13. Coba Lihat Sebentar.

4 2 0
                                    

Bukan tanpa alasan, mengingat legenda yang pernah ada tengang seribu candi, di daerah yang sangat ramai pengunjung itu, nampaknya  banyak kisah misteri, sama halnya seperti kisah Bintang dan Rara yang terjebak dalam ruang yang hampir serupa. Memilih untuk diam demi sebuah kepastian dan kebenaran yang masih belum tahu, apa dan bagaimana kelanjutannya.

Duduk di tempat yang sudah dijanjikan nyatanya membuat Rara sedikit bosan, ia juga sudah beberapa kali mengirim pesan melalui WhatsApp, tetapi belum dapat balasan apa pun selalin tanda baca yang masih abu-abu.

"Bintang ke mana, sih? Katanya suruh tunggu di parkiran, motornya ada, helmnya ada, orangnya belum muncul, dia tidur di kelas gitu?" 

Sudah hampir dua puluh menit Rara menunggu diparkiran, sambil berselonjor kaki gadis itu juga melemparkan batu kerikil kecil ke sembarang arah dengan menunduk, ia juga menggerutu berulang kali memaki Bintang karena terlalu lama. Bahkan, pesannya saja masih belum terbalas, beberapa kali Rara melirik ponsel yang ia genggam.

"Maaf menunggu lama, tadi ada insiden kecil di kelas."

Seketika Rara langsung mendongak, melihat wajah cemas dengan beberapa luka memar di bagian wajahnya.

"Ini kenapa? Berantem?"

Tanpa ragu Rara langsung menyentuh wajah Bintang, sementara si pemilik tidak keberatan tangan lembut Rara menyentuh wajahnya. Ia justru merasa beruntung karena baru pertama kali ada seseorang yang peduli tentang keadaannya.

"Luka kecil, nanti juga sembuh," ucap Bintang lalu sedikit memalingkan wajahnya dari Rara.

Gadis itu tampak khawatir, karena Bintang terus mengelak dari tatapannya.

"Sekecil apa pun luka, namanya luka, ya, harus diobati, Bintang."

Bintang tidak tuli, ucapan Rara yang begitu nyaman didengar membuatnya sedikit bersalah, lalu menunduk menghindari kontak mata dengan gadis yang terus memaksanya untuk menatap ke arahnya.

"Duduk dulu, gue obatin, setidaknya pertolongan pertama itu juga perlu."

"Ra, jangan terlalu baik. Gue baik-baik aja."

Rara tidak menggubris ucapan  Bintang, gadis itu justru meminta Bintang untuk duduk sebentar, meski waktu sudah semakin sore untuk mereka pulang. Meski terpaksa melakukan apa yang diminta Rara, Bintang hanya menuruti apa yang gadis itu perintahkan,sementara dirinya terus memperhatikan apa yang Rara lakukan di depannya.

Duduk berdua di tempat yang sudah hampir  sepi, tak membuat Rara takut sedikit pun, baginya menolong orang itu juga perlu, apalagi Bintang bukan hanya sekadar teman, melainkan sosok lelaki yang ia kagumi sejak pertama bertemu.

"Cerita sama gue, kenapa dan ada apa sampai muka lo kayak gini," ucap Rara.

Bintang menghela napas sebelum menjelaskan apa yang terjadi padanya sampai dirinya telat, padahal sudah membuat janji untuk pergi bersama.

"Reza."

Dengan cepat Rara menatap wajah Bintang dengan penuh tanya, bibir yang tiba-tibw tertutup rapat itu seketika membuat Bintang ikut terdiam, hanya membalas tatapan Rara yang begitu ingin mendengar penjelasannya.

"Tolong jangan marah sebelum gue menyelesaikan apa yang mau gue jelasin, ngerti?"

Rara hanya mengangguk, kemudian kembali melanjutkan kegiatannya untuk mengobati luka yang ada pada wajah Bintang. Beberapa obat-obatan yang selalu ia bawa di dalam tasnya membuat Bintang sedikit terkejut sebenarnya. Namun, melihat raut wajah khawatir Rara, seketika menghapus semua pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Rara mengenai kotak kecil yang berisi beberapa obat-obatan itu.

MANTAN KE SERIBU (Selesai) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang