Zero Page : About Her

121 9 0
                                    

Aneh rasanya orang seperti ku menulis sesuatu seperti ini. Tetapi tanganku gatal sekali untuk tidak menulis tentangnya, tentang gadis dengan sejuta rahasianya. Baiklah, aku tidak terlalu pandai bermain kata. Mari kita langsung saja mendeskripsikan gadis yang akan menjadi tokoh utama dalam cerita ini.

Asa.

Setidaknya, begitulah aku memanggilnya. Karena dia dipenuhi dengan harapan. Dia adalah gadis berusia delapan belas tahun yang bersinar dengan caranya sendiri. Bahkan, kalian akan menyadarinya meski hanya dalam sekali melihat.

Dia memiliki mata yang akan menghilang saat sebuah tawa lepas darinya. Tawanya benar-benar bisa menulari siapa saja yang mendengarnya. Aku rasanya bisa melihat bulan sabit dan matahari bersamaan saat dia tertawa. Itu berlebihan, tetapi itulah kurasakan. Dan jangan lupakan otaknya itu. Otaknya benar-benar dipenuhi imajinasi yang mengagumkan. Aku kadang heran, bagaimana otak udang yang bahkan tidak memahami mata pelajaran itu dapat memikirkan hal-hal seperti itu.

Namun, disaat yang bersamaan, dia juga menyebalkan. Aku ingat dengan jelas, saat itu dia dengan sengaja menambahkan lebih banyak sambal di mangkuk baksoku, agar aku tidak memakannya dan memberikan baksoku kepadanya. Gadis itu juga suka sekali menyembunyikan barang-barang ku atau menghabisi makanan di kulkas ku. Dia benar-benar menyebalkan, tetapi sayangnya aku tidak bisa marah padanya, dia terlalu menggemaskan saat melakukannya. Dia bukan hanya menggemaskan saja, tapi dia memiliki sejutanya pesona yang lain. Sulit untuk menolak gadis ini saat kalian menyadarinya seberapa kuat pesonanya.

Namun, itu dulu. Pesonanya masih ada, tetapi dia kehilangan senyumannya. Coba saja kalian liat senyumannya itu. Iya, senyuman yang membuat matanya hilang itu. Dulu, senyum itu tanpa cacat. Tidak ada ruang kosong dari senyumnya. Tapi itu dulu. Karena aku nyaris saja mustahil untuk menemukan senyum menularnya seperti dulu. Dia kehilangan kepandaiannya.

Si gadis Asa ini sekarang menjadi gadis bodoh. Lebih dari sebelumnya. Jika kalian bertanya mengapa, aku akan menjawabnya. "Dia bodoh, karena menjadikan tangannya sendiri sebagai canvas." {}

Once Upon A HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang