26

1.3K 114 4
                                    

"jangan difikirkan lagi yah, Dunk ada disini" berusaha terus-menerus memikat perhatian sang sahabat dengan tawa renyahnya, Dunk selalu bersemangat "Phuwin mau sesuatu?"

"Dunk..."

"Humm?"

"Bagaimana keadaan di sekolah?"

"Sudah jangan dipikirkan lagi, semuanya baik-baik saja" Dunk menyahut, "aman terkendali, hanya tinggal Phuwin saja harus semangat. Kita akan lulus secepatnya, dan Dunk akan membawa Phuwin berlibur"

Phuwin mengangguk setengah tertawa, "pastikan membawaku ke tempat liburan yang menyenangkan"

"Tentu saja..." Sudah begitu penuh, berlompatan dalam benaknya kekhawatiran mengenai sang sahabat. Namun dia sedikit lega karena Phuwin masih bersedia merespon. "Phu.. makan yah"

"Aku belum lapar"

"Tapi sekarang sudah jam 3 dan jam makan siang sudah lewat"

"Aku akan kebawah sebentar mengambil minuman" Phuwin melangkahkan kaki turun dari ranjang, tangannya memutar kenop pintu dengan hati-hati hingga berjalan sampai di tangga. Pendengarannya sedikit terganggu, mata si manis mengintip di sela-sela tangga.

Mommy-nya menangis memegangi baju Joong yang penuh noda hitam seperti lumpur, dan nampak kakaknya itu berusaha menenangkan. "Sudah Mommy, tak masalah. Jangan menangis, sudah... Sudah..."

Phuwin yang masih tak paham memutuskan menyimak lebih lama.

"Mengapa mereka membenci adikmu?, Dan melampiaskannya seperti ini padamu Joong?"

"Mommy, mereka hanya salah paham pada Phuwin. Sudah tak ada masalah"

Mix mengusap wajah tampan sang anak dengan air mata membanjiri pipinya, "bagaimana Phuwin bisa kembali kesekolah?, Mommy tidak akan mengizinkan jika orang-orang menghakimi adikmu"

"Untuk saat ini jangan dulu yah, biarkan Phuwin istirahat"

Phuwin menghela nafas panjang, raut bersalah dari wajahnya begitu jelas.

"Daddy pulang cepat sekali"

Dia kembali menatap ke bawah tangga, dan benar mendapati Daddy-nya memasuki dapur.

"Dimana adikmu?"

"Dia ada dikamar"

"Jangan biarkan dia keluar rumah, orang-orang diluar meneriaki Daddy dan mengatai adikmu"

Mix menunduk dalam, tubuh itu bergetar hebat. "Tak ada yang boleh menyakiti Phuwin, jangan ada yang menyentuh anakku"

Di antara anak tangga, tubuh si manis terduduk. Mendengarkan dengan jelas amarah kelurganya memuncak, dan dia merasa lidahnya kelu karena ini. Batinnya bertanya-tanya apakah dia harus membuat upacara kematiannya sendiri?, Ribuan persimpangan dari hidupnya menjatuhkan orang-orang yang dia sayangi. Saraf tubuhnya nyaris terputus, tanggung jawab seharusnya jadi solusi yang dia ambil secepatnya.

Melarikan diri dari perasaan cinta, persahabatan, dan kasih sayang adalah kalimat santai yang menyeruak serasa menusuk dada. Itu lebih baik, daripada harus terlambat berlari dari takdir menyakitkan ini, Phuwin membalikkan badan buru-buru memasuki kamar.

"Phu? Kau kenapa?"

"Semuanya akan baik-baik saja kan, Dunk?"

"Tentu saja" suara bergetar, terdengar berusaha percaya diri "tidak ada yang bisa menyakiti sahabatku ini" dia memeluk erat Phuwin. "Kami menyayangimu Phu, benar-benar menyayangimu"

.
.
.
.
.

Pond duduk dengan raut wajah tak terbaca, kedua tangan menumpu di pahanya. Sesekali lelaki tegas itu akan menatap seseorang di atas ranjang pasien, dan nihil dia tak bisa melihat pergerakan apapun.

My Sweet Love [Pondphuwin]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang