23

1.1K 98 10
                                    

"selamat pagi, kau benar-benar manis hari ini"

Phuwin mendelik, wajah sumringah sahabatnya nampak begitu niat membuatnya malu. "Ckk, Dunk jangan lebay"

"Cepat naik, kita akan menuju ke sekolah menggunakan kereta kencana"

Dia mengangkat bahu, tangannya membuka pintu dan duduk nyaman menatap Dunk.

"Hari ini kita makan bersama kan?, Hari ini kita ke kantin lagi kan?, Kau tidak bawa kotak bekal kan?"

"Iya Dunk iya..."

"Aku tidak suka jika kau mengingat hal-hal yang tidak berguna" Dunk berbicara tegas, tangannya menyetir mencoba fokus.

"Iya..." Kata Phuwin singkat.

Dia merasa dirinya tak menang, dia juga merasa dirinya belum kalah. Apapun harapannya, ambisinya hanya merebut keadilan agar orang-orang tak salah dalam menilainya. Dia mengerti tak bisa tinggal diam saja mengurung diri merasa seakan dialah yang bersalah, dia akan keluar sebagai pemenang.

Bermula saat hubungannya bersama Joss berjalan baik-baik saja, hal yang seharusnya tak pernah terjadi menimpanya malam itu juga. Menikmati percekcokan besar dalam sebuah ruangan remang nyaris tak memiliki celah, dia berusaha mengembalikan kewarasan dan menahan gelora nafsu yang biadab.

Phuwin ingat kala dia memohon untuk kepuasan, mendengar suara tawa tekikik-kikik menghinanya. Malam yang panjang dengan rasa pahit tak terlupakan, dia membiarkan orang-orang brengsek meninggalkan jejak ditiap inci tubuhnya. Purnama malam itu membutakan matanya, kata-kata kosong dan gerakan tak masuk akal menguasai tiap saraf tubuh.

Persis setelah tubuhnya di gilir, air mata mulai turun dengan rasa panas mendesir sampai di hatinya. Kekacauan yang gila, hal paling spesial yang dia punya telah direnggut paksa dibawah kendali mantan kekasihnya. Lengkingan marah dan rasa malunya di abaikan, malam itu tubuhnya kembali dalam keadaan memalukan.

"Phu..."

Lelaki manis menatap bertanya pada sahabatnya, "humm?" Sahutnya

"Kita sudah sampai, kenapa kau diam saja?"

Dahinya berkeringat, dia membuka pintu mobil dengan pelan. "Aku ke ruangan club untuk ganti baju duluan"

"Phu... Kita sudah sepakat"

"Hah?"

"Kita ganti baju di ruang ganti, jangan terus menghindari teman-teman. Ayo cepat" Dunk menarik lengan sahabatnya, mencoba membuat Phuwin belajar akrab dengan yang lain, namun pergerakan mereka terhenti.

"Dunk... Biarkan aku berganti di ruangan club, ada barang-barangku ketinggalan disana"

"Ya ampun, baiklah, kita bersama saja"

Beberapa saat mereka menuju ke ruang club, belokan koridor sebelah kanan. Keduanya menghindari kerumunan dan terus bergegas ke ruangan club, Phuwin memasukkan kunci sebelum tangannya berhenti. "Pintunya tidak terkunci"

"Kau lupa menguncinya?" Ujar dunk mendorong pintu, masuk terlebih dahulu.

"Perasaan kemarin aku sudah mengunci pintunya, aku rasa begitu"

"Yah, mungkin saja lupa" Dunk mulai melucuti seragamnya, mengganti dengan pakaian olahraga.

Phuwin hanya diam, tangannya mengusap tembok seakan mengawasi beberapa barang didalam sana. Lalu perhatiannya tersita oleh sebotol minuman kemasan di tepi rak, keningnya menyergit. "Dunk?"

"Humm?"

"Kau menyimpan minumanmu disini?"

Dunk memperbaiki posisi lengan bajunya, mengusap sepatu olahraga kemudian menggeleng. "Bukan aku, cepatlah... Kita terlambat"

My Sweet Love [Pondphuwin]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang