20

1.3K 112 2
                                    

Akhir pekan telah tiba, sesuai kesepakatan Pond dan Joong dari awal bahwa hari ini mereka akan menyelundupkan Pond di dalam kamar. Sekitar siang hari tepat jam 2 Joong mulai mengeluarkan ransel besarnya dari dalam rumah ke teras, sedangkan Pond mulai masuk pelan-pelan ke dalam kamar lelaki itu.

"Heh... Dengarkan aku, jika Phuwin bicara padamu jangan katakan apapun" ujar Joong menatap sekitarnya was-was "aku sudah menempel kertas peringatan di depan pintu, kau akan aman dua hari didalam sana"

Pond terlihat ragu "cepat pulang, aku takut Phuwin akan membunuhku"

"Baguslah, jika nanti aku pulang kau tinggal dimakamkan"

"Bangsat..." Pond memaki kesal, wajahnya begitu dongkol. "Pergi cepat, nanti Phuwin bangun"

"Jangan macam-macam dengan adikku yah" terakhir saat Joong hendak pergi. "Awas saja adikku hamil"

"Shia..."

"Bye..."

Pintu tertutup ditarik oleh Joong, dengan wajah datar Pond menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang. Satu lengannya menyangga kepala, dan tangan lainnya sibuk memainkan ponsel.

Baru beberapa menit dia menyelinap kedalam kamar, suara pintu terbuka begitu nyaring menyapa indra pendengarannya. Pond buru-buru mengintip di depan pintu, dan benar saja Phuwin nampak berdiri disana dengan wajah bantal yang baru bangun.

"Menggemaskan sekali"

"Aku di rumah saja"
"aku tidak mau keluar, kau bisa berakhir pekan bersama keluargamu"
"Humm, bye..."

Pond menyergitkan dahi, siapa yang baru saja berbincang di telepon bersama pemuda manis itu. Mungkin saja Dunk, karena sahabat Phuwin memang hanya lelaki itu.

"Joong..." Siluet tubuh tinggi, lelaki manis mendekat di depan pintu kamar, Pond jadi tak tenang. "Aww... Tulisan apa ini?, Kekanakan sekali"

'jangan menggangguku selama dua hari, aku bermeditasi'

Phuwin menguap, wajahnya sembab dengan ekspresi aneh membaca deretan tulisan di depan pintu kamar sang kakak. "Aku lapar" kakinya menuruni tangga satu persatu, menuju ke dapur berangsur memeriksa satu persatu stok makanan di dalam lemari es.

Dia menggigit apel menyeret tubuhnya duduk di atas sofa, mata jernih begitu berbinar setiap mulutnya mengunyah sari-sari apel yang manis. Wajah menggemaskan itu perlahan kembali riang, dia membaringkan tubuh dipermukaan sofa kemudian kembali diam.

.
.
.
.
.

Pukul enam sore, Phuwin terbangun dengan wajah linglung. Matanya mengedar ke segala arah memastikan langit sudah menggelap, perutnya keroncongan.

Phuwin melangkah dalam kegelapan mulai menghidupkan lampu-lampu di teras serta lampu di dalam rumah, suasana sunyi sekali dia kelaparan. "Aku ingin pergi jalan-jalan di akhir pekan, tapi aku benci keramaian" dia berdialog dengan dirinya sendiri sambil berjalan ke arah kamar kakaknya, demi apapun lelaki brengsek itu seharusnya membelikan makanan lezat diluar rumah.

"Joong... Belikan aku makanan, di dapur kita kehabisan stok" Phuwin menggedor pintu tak sabaran, raut mukanya suram. Matanya menyipit. "Joong, bangsat..."

"Hmm..."

"Belikan aku makanan"

"Hmm..."

"Kau kenapa sih?, Cepat keluar, belikan aku makanan, aku lapar"

Pond kelimpungan, dia mondar-mandir panik sekali merasa tak bisa melakukan apapun untuk memperdaya adik sahabatnya, dia masih kekeh dengan pendiriannya tak membuka pintu.

My Sweet Love [Pondphuwin]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang