Chapter 08

1K 121 53
                                    

                    Jangan pelit vote dan
             komen, karena vote mu dan
         komen mu adalah semangat ku!

                    Jangan pelit vote dan             komen, karena vote mu dan         komen mu adalah semangat ku!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


              "Kadang, kita cuma butuh
           seseorang buat dengerin kita."


                        Happy Reading



Jaevan terlihat sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya pagi ini. Saking sibuknya, bahkan ia sampai tidak sengaja menyenggol piring yang berada di atas meja hingga jatuh dan pecah di bawah lantai.

Tarrr!!!

Tentu saja, suara benturan cukup keras yang di timbulkan itu berhasil mengundang Marina yang mendengarnya langsung marah dan menghampiri Jaevan.

Plak!

Wajah Jaevan tertoleh ke samping dengan pipi yang terasa panas sekali setelah satu tamparan keras mendarat di sana.

Ia lalu menunduk dalam, tidak berani sedikitpun untuk berkontak mata langsung dengan Marina yang sudah menatapnya tajam.

"KAMU INI GIMANA SIH CEROBOH BANGET JADI ORANG," bentak Marina.

"M-maaf, Ma. Saya tidak sengaja tadi," ucap Jaevan pelan dan terbata-bata.

Marina mendorong-dorong kepala Jaevan lumayan keras. "Alasan kamu, makanya kalau kerja matanya tuh di pake buat liat sekitar."

"Iya, Ma. Saya salah, saya minta maaf."

"Maaf, maaf." Marina lalu meraih segelas air putih dari atas meja lalu menyiramkannya ke tubuh Jaevan.

"Emang dasar anak gak guna kamu, selalu nyusahin aja."

Jaevan hanya terdiam membeku dengan bajunya yang sudah basah tanpa berniat untuk membatah sedikitpun.

"CEPAT BERESIN SEMUANYA!!"

Jaevan langsung mengangguk cepat setelah akhirnya Marina menginjakkan kakinya pergi.

Helaan napas berat lalu terdengar keluar dari mulut Jaevan. Kemudian, ia berjongkok untuk membersihkan semua kekacauan yang telah ia lakukan dengan memunguti serpihan piring yang pecah.

Namun ketika ia sedang membersihkan semuanya, jari telunjuknya tidak sengaja terkena oleh salah satu serpihan tajam itu. Membuat darah segar perlahan mulai keluar dari jari telunjuknya yang terluka.

"Arghh...."

Jaevan buru-buru mengambil beberapa lembar tisu dari atas meja makan untuk menahan darahnya tidak keluar.

Lagi dan lagi, Jaevan hanya bisa menghela napas berat. "Dasar manusia ceroboh," gumamnya pelan yang di tujukan untuk dirinya sendiri.

                                      ***

JAEVAN ; A stepchild's life  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang