Prolog

19 4 0
                                    

Ketika pertama kali membuka kedai ini, tidak banyak yang bisa Madam Aura lakukan, kedai mereka tidak mempunyai pelanggan tetap, kebanyakan orang yang datang ke tempat ini adalah pelanggan baru yang tidak akan datang lagi ke tempat ini.

"Rasa makanannya aneh." seorang perempuan yang telah memesan nasi goreng seafood berbisik kepada kekasihnnya yang sedang makan malam.

"Gak baik komentarin makanan di depan yang jual." Kekasihnya menjawab, ia terlihat belum sempat menyuapkan makanan ke dalam mulutnya karena sibuk mengetik sesuatu di handphonenya.

Perempuan itu menampakkan wajah masam. Kecewa dengan rasa makanan yang tidak sesuai dan dengan kekasihnya yang tidak membelanya sama sekali. Ia menyimpan sendok makannya sedikit keras sehingga menimbulkan suara berdenting yang memenuhi ruangan.

Madam Aura yang diam-diam mendengar hal itu terdiam, ia tidak melakukan apa pun.

Kekasihnya yang penasaran dengan rasa masakan tersebut akhirnya mencobanya, ia menyuapkan suapan pertama kemudian terbatuk-batuk. Si perempuan tampak begitu puas melihat reaksi kekasihnya itu sehingga ia menyeringai, seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Tuh kan, apa aku bilang!" Tidak lama kemudian mereka berdua pergi meninggalkan kedai tersebut.

Ditto seorang mahasiswa yang merangkap menjadi asisten Madam Aura segera membersihkan meja tersebut, dan membawa sisa makanan ke belakang.

"Sisa makannya kasih kucing." Madam Aura berkata seraya memotong kuku tangannya di meja kasir.

"Madam mau racunin kucing dengan makanan gak layak ini?" Ditto menjawab dengan kesal, kemudian pergi dan membuang makanan itu ke tempat sampah. Ia berdoa semoga tidak ada satu pun hewan di dunia ini yang memakan makanan tidak layak itu. "Kalo gak mau bayarin seorang chef, minimal belajar masak kek!" Ditto berkata.

Madam Aura acuh tak acuh menjawabnya. "Orang yang putus asa gak akan komentarin makanan yang gak enak. Itu cara kita nyari orang yang butuh bantuan."

Ditto tahu itu tapi ia tidak tega melihat orang-orang yang makan dan pergi beberapa saat kemudian karena rasa makanan yang tidak enak. Dulu, ia pun pernah merasakan nasi goreng buatan Madam Aura, dan rasanya benar-benar buruk.

Pintu kedai terbuka, seorang lelaki muda membukanya dan tersenyum ketika pandangannya menyatu dengan Madam Aura dan Ditto.

Lelaki muda itu memesan soto ayam dan teh manis hangat. Ia juga izin untuk merekam aktivitas makannya untuk dijadikan vlog dan disebarkan di media sosial.

Dengan cepat Madam Aura menyiapkan makanan tersebut, dan setelah semuanya siap ia meminta Ditto untuk mengantarkannya.

"Madam gila? Kalo orang itu upload di media sosial, dan orang-orang tahu rasa masakan di sini gak enak, gak akan ada lagi orang yang mau makan di sini." Ditto marah karena Madam Aura mengizinkan orang itu untuk merekam.

"Kita bisa bayar dia buat review makanan kita."

"Bayar?"

"Ya, syukur-syukur kalo videonya viral nanti kita dapet pelanggan baru yang banyak! Kamu bisa naik gajih!" Ditto tidak setuju dengan ide Madam Aura karena hal itu mempunyai risiko yang berat, tapi ia tetap mengantar makanan itu ke meja, diikut Madam Aura yang mengikutinya di belakang.

"Makasih, Mas." Lelaki itu berkata.

Madam Aura mengetuk meja makan lelaki itu, kemudian menyembul di belakang punggung Ditto.

"Mas gimana kalo saya bayar Mas buat review makanan di tempat ini?" ia berkata.

Alis hitam lelaki itu terangkat keheranan. "Kenapa?"

"Ya, seperti yang Mas liat kedai ini sepi banget padahal makanannya enak. Tempatnya juga luas dan bersih. Saya mau kedai ini ramai dikunjungi orang-orang." Madam Aura berkata, sedangkan lelaki itu menggaruk kepalanya.

"Gimana ya, saya sebenernya baru-baru ini bikin konten. Saya gak punya pengikut yang banyak, gimana kalo konten saya gak berhasil? Dan gak ada orang yang tertarik ke tempat ini?"

Madam Aura tersenyum. "Gapapa, saya akan tetap bayar kamu. Dicoba dulu ya, Mas. Saya yakin Mas bisa ngelakuin yang terbaik."

"Tapi saya ngerekamnya bukan pake kamera, cuman pake handphone. Gimana dong?"

"Gapapa, santai aja. Saya sama pelayan saya tunggu di meja kasir ya biar gak ganggu Mas bikin konten. Oh ya, soto itu gratisnya Mas gak perlu bayar."

"Makasih." Madam Aura dan Ditto kemudian bergegas pergi ke meja kasir. Mereka menonton lelaki itu yang merekam kesana-sini dengan handphonenya.

"Dia keliatan kayak seorang ahli." Madam Aura berkomentar. Ia yakin sekali dengan keputusannya.

"Kayaknya kita cuman buang-buang uang." Ditto berkomentar sengit, membuat Madam Aura menyumpal mulutnya dengan krupuk udang yang ada di hadapannya. "Kerupuk udangnya gosong." Terakhir kali Ditto berkomentar, sebelum akhirnya ia berlari ke belakang dan memuntahkannya.

"Hallo guys! Sekarang gue lagi ada di tempat makan yang namanya unik banget, loh. Kedai yang bisa menghapus ingatan buruk, unik banget kan? Eh atau jangan-jangan kedai ini bisa ngehapus ingatan buruk beneran? Hmm, kayaknya gue harus tanyain hal itu sama yang punyai kedai, tapi sebelum itu gue udah pesen soto ayam. Dari warnanya keliatan enak banget kan?" Lelaki itu mulai menyuapkan suapan pertama, dan selama beberapa detik itu tampak terpaku. Madam Aura yang menontonnya menahan napas, ia ingin segera mengatahui reaksi lelaki itu.

Tapi rasa masakan kedai tidak berubah enak sedikit pun, rasanya tetap aneh dan lelaki itu berkata dengan wajah kemerahan. "Enak banget, guys!" lelaki itu tahu jika ingin menarik perhatian orang-orang untuk datang, maka ia harus menghabiskan masakan itu, dan terus memujinya.

Madam Aura dan Ditto yang menonton lelaki itu menghabiskan makanannya, menahan napas, ada rasa sedikit tak tega melihatnya seperti itu di hati Ditto.

Bersambung...

Kedai Yang Bisa Menghapus Ingatan BurukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang