pertama

1.1K 113 40
                                    

Hari yang tenang seperti biasanya. Di sebuah taman yang indah, seorang anak lelaki berambut merah tengah menikmati angin yang berhembus dengan secangkir teh. Tak lupa, disampingnya terdapat seorang peri yang juga tengah memakan beberapa cemilan yang ada.

"Hari yang cukup tenang, iya kan pangeran?"

"Hmm"

"Ayolah, jangan bersikap seperti itu kepadaku. Lagian, kau juga sudah berusia 14 tahun sekarang" sang peri memberi nasihat, walau sebenarnya tidak.

"Ah iya, kau benar. Hari aku tepat berusia 14 tahun"

Sudah 3 tahun sejak kedatangannya ke sini dan aku masih belum bisa menerima kedatangan 'sampah' itu kemari.

Anak itu.... Sungguh ingin sekali aku membunuhnya sekarang. Apalagi setelah mereka berdua mengatakan... Ibu angkatku...

"Pangeran... Saya..."

"Ya? Kenapa Malay? Apa ada masalah?"

"Itu- anu, ibu angkat yang mulia pangeran..."

"Ada apa dengan ibu?"

"Beliau... Beliau sudah..."

"...apa? Jangan membuatku khawatir Malay!"

"Beliau t-tiada... Saya dan Philippines menemukannya dengan keadaan bersimbah darah tak bernyawa"

"H-ha...?"

"Kami tidak tau siapa yang ada dibalik semua ini, tapi kami bersungguh-sungguh akan menemukan pelakunya!"

"Tidak perlu"

"Kenapa pangeran?! Apa anda tidak marah!?"

"Aku sendiri yang akan menemukan orang yang membunuh ibu. Aku akan menggantung kepalanya di pagar istana sebagai hiasan baru kerajaan ini... Aku bersumpah atas nama dewi"

Aku yakin sekali dalang dari semua ini adalah dia! Aku yakin. Sial, sial, sial! Anak itu... Apa hubungannya dia dengan ibu angkatku?!

Crack

Suara retakan terdengar diantara heningnya taman. Cangkir yang dipegang oleh pemuda berambut merah terlihat retak.

"I-Indo... Kau melamun lagi? Apa yang kau pikirkan kali ini?"

"Tidak apa apa. Aku akan kembali ke kamarku saja" pemuda yang diketahui bernama Indonesia beranjak dari tempat duduknya.

"Eh Indo? Kau mau meninggalkanku sendiri disini?"

"Kembalilah lewat balkon sana. Aku sedang ingin sendiri"

Di perjalanan menuju kamarnya, Indonesia dipanggil oleh seseorang. Indo sangat mengenali suara ini.

"Indo!!~" seseorang dengan rambut emasnya yang berkilau dan senyum di wajahnya. Di tangannya, terdapat sebuah kotak besar dengan pita diatasnya.

"Selamat ulang tahun Indonesia! Aku memberikan ini untukmu!~" dia memberikan kotak itu pada Indonesia dengan senyum yang masih terpasang di wajahnya.

"Tidak, terimakasih" bagi Indonesia sendiri, kotak hadiah itu sama saja dengan sampah. Setiap hari, tiada hari tanpa gangguan darinya. Indonesia sampai muak jika melihat senyumnya yang semakin lama semakin menjengkelkan jika dilihat lebih serius.

"Kamu... Menolak hadiah dariku? Hiks padahal aku sudah membelinya dengan susah payah. Tapi ternyata hiks Indo tidak suka dengan hadiah dariku" tidak sembarangan ia menangis karena hal sepele. Hal ini dilakukan saat ada orang lain diantara mereka seperti pelayan atau semacamnya. Dan benar saja, 3 orang pelayan tengah melihat mereka berdua.

°WAR IN THIS F A M I L Y°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang