Sebelas

465 61 16
                                    

Sebuah kamar yang terlihat terang dan hangat oleh sinar mentari, namun hawa dikamar itu begitu berat hingga membuat 2 orang pemuda menatap gugup kearah seorang pemuda bersurai merah.

Pemuda itu, duduk di kursi yang berada dikamarnya dengan raut wajah syok, marah, dan benci. Ia meremas erat sebuah kertas yang sudah berbentuk bulat dengan beberapa informasi didalamnya.

Kamar itu begitu sunyi, kedua pemuda tadi tidak ingin mengeluarkan suara sebab takut akan menimbulkan masalah lain. Tapi, ada satu makhluk di kamar itu yang tidak merasa takut dan malah bertanya kepada pemuda bersurai merah itu.

"Indo? Ada apa? Kertas itu berisikan apa?" Tanya Ukraina sang peri dengan bingung.

Indonesia, pemuda itu berdecak kesal saat dilontarkan pertanyaan, "diamlah! Aku sedang tidak ingin diganggu!"

Ukraina sedikit tersentak saat Indonesia berbicara padanya dengan suara dingin yang tidak pernah ia dengar sebelumnya dari Indonesia sendiri sejak dia tinggal bersamanya.

Menit demi menit terasa. Indonesia yang mulai jengkel sendiri akhirnya melirik kearah dua pemuda yang berada di kamarnya.

"Kembalilah sana. Terimakasih sudah memberikanku informasi seperti ini. Kalian melakukan tugas kalian dengan baik," Malaysia dan Philippines, dua pemuda itu mengangguk perlahan lalu keluar dari kamar Indonesia.

Begitu keduanya sudah keluar, Indonesia menghela nafas kesal dan membakar kertas itu dengan sihirnya. Ukraina, peri itu masih ditempatnya dan menatap Indonesia dalam diam sebelum akhirnya dia mengeluarkan suaranya kembali.

"Apa ada yang bisa aku bantu?" Tanyanya pada Indo.

"... Tolong tinggalkan aku sendiri..." Ukraina merengut mendengarkan perkataannya, namun dia tetap pergi meninggalkannya Indonesia sendirian di kamarnya.

Kini hanya Indonesia seorang yang ada didalam kamarnya. Kepalanya sedikit tertunduk dan ia termenung.

"Padahal aku sudah mulai percaya padamu..." Gumam Indonesia dan mengacak-acak rambutnya dengan kesal.

Indonesia masih memikirkan orang yang ada didalam kertas informasi yang didapatkannya. Dirinya tidak tau harus bersikap seperti apa.

'memang seharusnya aku tidak mempercayai semua yang ada di sini'

<⁠(⁠ ̄⁠︶⁠ ̄⁠)⁠>

Di sisi yang lain, sebuah langkah kaki berhenti di depan pintu. Sebelum sempat mengetuk pintu itu, suara seseorang dari dalam kamar terdengar memanggilnya masuk.

Di dalam kamar itu, seorang perempuan duduk di depan cermin riasnya, sedang menyisir rambut pirang panjangnya sampai akhirnya perempuan itu mengeluarkan suaranya.

"Kamu sudah sampai adikku?" Tanya perempuan itu kepada seseorang yang diketahui adalah adiknya.

"Ya... Kenapa kakak memanggil saya...?" Dia mendekat kearah perempuan itu dan berdiri di belakangnya.

"Tidak ada, aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu." Perempuan itu tersenyum lalu memberikan sisir pada orang itu yang langsung diambil dan tanpa di perintahkan pun, dia langsung menyisir rambut panjang perempuan itu dengan hati-hati dan lembut.

"Apa itu, kak?"

"Kau... mengerjakan tugas yang kuberikan dengan baik kan?" Mendengar pertanyaan itu, sang adik terdiam sebentar lalu kembali menyisir rambut sang kakak, namun dengan perasaan gugup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

°WAR IN THIS F A M I L Y°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang