6) Sebuah Permintaan

155 36 26
                                    

----••----

Gue hanya lembaran kelabu yang terbungkus oleh indahnya dunia dan perspektif mata.

~ Akmal Alanza Al-Afham ~

----••----

Kalimat yang baru saja Pak Leknya ucapkan membuat Naisha tersentak. Gadis itu menggeram marah. "Pak Lek jangan ngada-ngada, ya!"

"Ini bukan sekadar ancaman, Nduk. Pak Lek nggak main-main," tegas Herman pada keponakannya.

"Nggak!" Naisha memukul dashboard mobil sebagai pelampiasan atas penolakannya. Deru napasnya memburu. "Nai nggak mau nurutin ide gila Pak Lek!"

"Ini bukan ide gila, Nduk. Ini solusi karena kamu selalu ngeyel kalau Pak Lek bilangin," papar Herman dengan sirat kelelahan di wajahnya.

Naisha menggeleng pelan dengan manik yang menghunjam. "Enggak! Pak Lek jangan seenaknya begini sama Nai."

"Pak Lek mau kamu berubah, Nduk. Langkah kamu udah terlalu jauh dari Gusti Allah." Herman menghela napas. Pria itu mengelih, menatap keponakannya prihatin. "Apa kamu nggak kasihan sama ibumu, toh? Dia pasti sedih lihat kamu kayak gini."

Bibir Naisha terkatup kala Pak Leknya menyebut sang ibu. Hatinya mulai dihujani rapuh kala bayangan ibunya terlintas di kepala. Bibir Naisha kelu untuk membalas ucapan Pak Leknya. Manik hazelnya yang memanas menerawang nanar ke depan, tepatnya pada peristiwa pembunuhan yang merenggut nyawa ibunya delapan tahun lalu. Tahun itu adalah awal mula lembaran suram dalam hidup seorang Naisha Aeleasha Elvaretta.

Herman menghela napas ketika menyadari perubahan air muka keponakannya. Ada sedikit rasa bersalah dalam hati karena telah mengingatkan Naisha pada salah satu hal pahit dalam hidupnya.

"Sekarang pulang, ya. Pak Lek nggak mau kamu keluyuran lagi sampai nggak pulang kayak semalam," cetus Herman. Pria itu pun melajukan mobil menuju rumah.

Dalam perjalanan, hanya ada keheningan yang mengisi. Herman yang fokus menyetir sembari memikirkan nasib keponakannya, sedangkan Naisha bergulat dengan hati dan pikirannya. Tangan gadis itu terkepal. Mengapa dirinya tidak beruntung dalam hal keluarga?

Naisha belum pernah merasakan secangkir kehangatan yang seharusnya tersaji dalam sebuah keluarga. Hari-harinya selalu disuguhi uap panas pertengkaran kedua orang tuanya. Tidak sampai di situ. Setelah sang ibu meninggal dalam sebuah tragedi pembunuhan, sang ayah tega meninggalkannya sampai sekarang.

Tanpa terasa, mobil telah sampai di tempat tujuan. Naisha langsung turun ketika menyadari mobil telah berhenti. Gadis itu mematri langkah cepat menuju rumah dan melewati seorang wanita yang sedang menyapu teras begitu saja. Dia adalah Lastri-istri Pak Leknya.

Wanita berusia tiga puluh lima tahun itu tampak terperangah melihat kepulangan Naisha. Ia langsung menghampiri sang suami yang baru keluar dari mobil sambil berkacak pinggang.

"Kenapa Bapak bawa dia pulang lagi, sih? Padahal Ibu udah seneng kalau dia minggat dari sini," omel Lastri seraya menunjuk pintu rumah yang baru saja dimasuki Naisha dengan sapu.

"Ibu!" Herman melempar tatapan galak pada istrinya hingga membuat wanita itu kicep. "Biar bagaimanapun, Naisha adalah keluarga kita."

Covers in My Life (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang