Ketika membaca sebuah cerita tentang Raja Iblis yang dikalahkan oleh sebuah Pahlawan—sebagai orang yang telah dewasa, apa yang kalian pikirkan tentang cerita itu?
Kalian pasti akan merasa itu sebuah cerita yang sangat klise, bukan? Dalam cerita seperti itu, pada akhirnya Pahlawan akan selalu menang.
Kejahatan tidak akan bisa melawan Kebaikan. Antagonis tidak akan bisa menang melawan Protagonis.
Itu akan selalu berakhir seperti itu.
Namun, meskipun semua cerita seperti itu membosankan—Celin, seperti anak-anak pada umumnya, menyukai kisah yang seperti itu.
Dan yang paling dia idolakan adalah Pahlawan dalam cerita—idola klise yang disukai semua anak-anak.
Hanya saja, berbeda dengan anak-anak mulai meninggalkan Pahlawan ketika mereka tumbuh dewasa—Celin, dia berbeda.
Semakin dia tumbuh, semakin besar pula rasa cintanya pada sosok Pahlawan.
Dia ingin menjadi seseorang yang bisa mengalahkan kejahatan. Dia ingin menjadi seseorang yang selalu menang. Dia ingin menjadi pusat dari cerita. Dia ingin menjadi Protagonis.
Celin bahkan mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menjadi sosok yang dikaguminya itu.
Meskipun tubuhnya dilahirkan lemah, dia selalu berlatih untuk mengatasi itu karena semua Pahlawan pasti harus kuat.
Meskipun dia selalu dipanggil sebagai anak bodoh oleh kedua orang tuanya, dia selalu belajar untuk mengatasi itu karena semua Pahlawan pasti harus pintar.
Meskipun dia selalu dipanggil sebagai sebagai anak tak diinginkan, anak pengganggu, anak yang seharusnya mati saja, dan anak yang lahir dari kesalahan oleh kedua orang tuanya, dia selalu tetap tersenyum karena Pahlawan pasti harus selalu tak gentar apapun situasinya.
Kemudian, Celin saat ini baru saja mengunjungi pemakaman dari satu-satunya teman yang dia miliki—Minoru Kagenou, yang baru saja menemui ajalnya dengan tertabrak truk tiga hari yang lalu.Minoru Kagenou adalah orang yang Celin anggap sebagai teman sejati, karena dia dan orang itu memiliki pemahaman satu sama lain atas cita-cita mereka sendiri.
Seperti Celin, Minoru Kagenou adalah seseorang yang ingin menjadi sosok idolanya sendiri.
Namun, berbeda dengan Celin yang ingin menjadi Pahlawan—Minoru Kagenou ingin menjadi Penguasa Dalam Bayangan—karakter yang seperti namanya, menguasai dalam bayang-bayang dan bergerak di belakang cerita untuk membantu Pahlawan secara diam-diam.
"Kematianmu adalah suatu hal yang patut disayangkan, Minoru Kagenou. Apa yang telah kau lakukan selama ini tidaklah sia-sia. Mulai sekarang, aku akan berjalan di jalan ini—sendirian." Celin mengatakan itu saat dia menaburkan bunga ke makam temannya.
Dia lalu menurunkan payung hitam yang dia bawa dan berbalik, menatap ke langit.
"Hujan, mulai mereda."
Celin kemudian melangkahkan kakinya di jalanan pemakaman yang telah becek karena hujan dan dalam hati, dia diam-diam berpikir, 'Apakah aku sudah berakting dengan keren tadi? Plot tentang Protagonis yang mengunjungi makam teman sejatinya yang telah mati memanglah yang terbaik! Tidak rugi aku membeli bunga serta setelan pemakaman yang mahal ini.'
Dia sama sekali tidak peduli atas kematian Minoru Kagenou.
Tidak, disebut "tidak peduli" mungkin terlalu berlebihan untuk apa yang dilakukan Celin saat ini. Dia hanya mencoba untuk meniru apa yang Minoru Kagenou mungkin akan lakukan jika orang itu mengunjungi makamnya.
Celin lalu keluar dari pemakaman dan berjalan melalui trotoar menuju tempat dia sekolah.
'Tapi ini akan menjadi sepi. Minoru Kagenou, kenapa kau malah menemui ajalmu sendiri sebelum memenuhi janji kita untuk menjadi Pahlawan dan Penguasa Bayangan sejati?'
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Protagonist, So What?
Fanfiction(Kage no Jitsuryokusha/The Eminence in Shadow Fanfic) "Cid Kagenou---ingatlah bahwa sebelum kau bisa menjadi bayangan sejati, kau membutuhkan sebuah cahaya."