Chapter 11: "Story"

335 37 9
                                    

Meskipun Cid mengatakan itu, bocah berambut hitam itu lalu menuju gumpalan daging miliknya sendiri dan menyentuh itu, tampak berencana untuk menunjukkan bagaimana dia berlatih pada Celin.

"...." Celin tidak mengatakan apa-apa.

Memang, setelah pertemuannya dengan Cid kemarin, dia telah mengetahui kalau gumpalan daging itu digunakan sebagai pelatihan sihir oleh temannya dan karena dia kebetulan memiliki gumpalan daging yang sama yang dia temukan saat dia menyelamatkan Ana dulu, dia langsung memberitahunya-lalu membawanya ke sini. Namun, dia masih belum tahu latihan sihir apa yang dilakukan Cid itu dengan gumpalan dagingnya.

'Ngomong-ngomong, cincin penyimpanan ini juga kudapatkan saat menyelamatkan Ana. Benar-benar sebuah keberuntungan karena aku bisa mendapatkan banyak hal dari pedagang budak saat itu. Mungkin aku harus mencari mereka lagi kapan-kapan.'

Celin berpikir, saat matanya mengikuti Cid yang sudah menaruh tangannya ke gumpalan daging-membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa jijik.

Tetapi bocah berambut hitam itu tampak tidak peduli dan malah menjelaskan.

"Aku melatih kontrol sihir ku menggunakan gumpalan daging ini dengan mencoba merubah-rubah bentuk mereka. Karena tampaknya mereka adalah mantan orang yang telah kehilangan kendali akan sihir mereka sendiri dan tidak memiliki pikiran lagi, bukankah mereka adalah bahan yang hebat untuk dijadikan latihan dan uji coba sihir ku?"

"...." Celin diam lagi dan menyentuh dagunya.

Setelah mendengar penjelasan Cid, dia awalnya ingin menyetujui bocah berambut hitam itu. Tetapi, karena dia sama sekali tidak bisa merasakan dan menggunakan sihir, apa guna gumpalan daging itu baginya?

Sekarang gilirannya yang memandang Cid Kagenou dengan iri.

Celin berandai-jika saja dia memiliki sihir seperti sahabatnya ini, dia pasti bisa menggunakan itu untuk menciptakan efek-efek yang hebat ketika bertarung dan bisa membuat dirinya semakin bersinar sebagai karakter utama.

Kemudian, dia melihat Cid terus meremas-remas gumpalan daging di depannya itu. Celin ingin mendekat untuk melihat, tetapi langsung berhenti. Karena, dia lalu melihat gumpalan daging yang sedang diremas oleh sahabatnya itu entah kenapa tiba-tiba bersinar dengan cahaya ungu dan-

Seorang gadis terbentuk dari gumpalan daging itu.

Itu adalah sosok gadis kecil yang tampaknya seumuran mereka. Telanjang, berambut pirang, dan jika diperhatikan lagi, telinganya lancip seperti ras elf yang dijelaskan dalam buku.

Cid Kagenou dan Celin Heronono saling memandang.

Sang bocah berambut perak itu bertanya melalui pandangan matanya yang seolah mengatakan "apa kau tahu sesuatu tentang ini?".

Lalu, sang bocah berambut hitam itu menjawab melalui pandangan matanya juga yang seolah mengatakan, "aku sama sekali tidak tahu".

Akhirnya, kedua sahabat itu terus saling memandang selama beberapa detik lagi dan akhirnya mereka memiliki satu pikiran yang sama.

'Kita tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ayo berpura-pura saja didepan gadis ini agar kita terlihat keren.'

Cid menaiki kotak besi yang berisi gumpalan daging bawaan sahabatnya tadi dan duduk di sana.

Sementara Celin, dia duduk di bawah sahabatnya itu dan bersandar pada kotak besi. Dia lalu mengeluarkan sebuah tombak entah dari mana dan memegang itu sambil menyandarkannya pada tubuhnya.

"Ini ..." Sang gadis elf akhirnya mendapat kesadarannya. Dia bangun sambil menggenggam-genggam tangannya sendiri dan terkejut ketika dia menemukan dia bisa melakukan itu.

"Aku ... tubuhku kembali seperti semula!?"

Karena selama ini dia berada dalam bentuk gumpalan daging, menemukan dia mendapat kesadarannya kembali dan bisa menggerakkan tubuhnya seperti semula, itu sangat mengejutkan baginya.

Gadis elf kemudian menoleh ke atas dan menemukan dua sosok bocah menatapnya. Yang satu berambut hitam, menatapnya dari atas sebuah kotak besi sambil tersenyum, dan yang satunya lagi berambut perak, duduk di bawah bocah berambut hitam itu saat dia menyadarkan diri di kotak besi, memegang sebuah tombak di tangannya dengan ekspresi lebih tenang daripada yang pertama.

Pikiran pertama yang terbesit pada gadis elf itu ketika dia melihat keduanya adalah, "Apa kalian adalah orang yang telah menyelamatkanku?"

Lalu, gadis elf itu memperhatikan yang pertama menjawabnya bukanlah bocah berambut hitam, namun bocah berambut perak. Bocah itu memecahkan ekspresi tenang yang dia miliki dan membuka sebelah matanya, memperlihatkan warna emas dari pupilnya, lalu melengkungkan bibir dengan melankonis seperti tersenyum mengejek diri sendiri.

"Yang menyelamatkan dirimu hanya dia. Aku sama sekali tidak ikut campur dalam hal ini. Memangnya, apa yang bisa dilakukan oleh bocah dengan cacat sihir semacam diriku untuk membantu gadis cantik sepertimu?"

"....."

Gadis elf itu terdiam dan tidak tahu harus berkata apa setelah mendengar perkataan Celin.

'Cara dia yang merendahkan diri seperti mencoba untuk tidak melibatkan diri ... aku tidak yakin apakah dia mengatakan hal sebenarnya atau tidak. Juga, apa maksudnya dengan "cacat sihir"?' pikirnya dengan cepat.

Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke bocah berambut hitam yang masih tersenyum saat menatapnya.

Cid lalu membuka mulutnya dan berkata, "Kutukan yang telah mengikat dirimu sudah aku angkat. Kau sekarang bebas."

"Kutukan ... ?"

Gadis elf itu menatap Cid dengan tanda tanya di wajahnya.

Hanya saja, setelah gadis elf itu bertanya seperti itu, Cid yang belum menyiapkan apa yang harus dia katakan selanjutnya, tersendat selama satu detik sebelum dia bisa melanjutkan dan mengangguk.

"Ya, kutukan yang aku maksud ialah ... kutukan yang diberikan pada kalian para keturunan pahlawan."

"...."

Gadis elf terdiam lagi. Walaupun dia belum pernah mendengar kutukan seperti yang dikatakan bocah berambut hitam itu, entah kenapa dia bisa merasa percaya padanya dan berpikir, 'Kutukan yang diberikan pada keturunan pahlawan ...'

Sementara itu disisi lain, Celin juga terdiam setelah mendengar mendengar perkataan Cid. Namun, dia terdiam bukan karena dia percaya akan perkataan bocah berambut hitam itu.

Dia hanya bisa berkedut dan berpikir, 'Kenapa kau malah membawa setting pahlawan ketika aku sendiri yang ingin menjadi "Pahlawan"?'

Cid meneteskan keringat dari pipinya juga setelah dia menyadari kalau dia memang telah membuat kesalahan dengan membuat setting cerita yang bentrok.

Tetapi, dia juga tak bisa disalahkan. Lagipula karena kedatangan gadis elf ini sangat tiba-tiba, tidak seperti Celin yang memiliki otak hebat untuk memikirkan kalimat keren secara singkat, dia hanya memiliki otak manusia biasa dan cuma bisa mengucapkan hal acak jika itu tidak disiapkan sebelumnya, mengakibatkan akhirnya terjadi sebuah bentrok seperti ini.

Hanya saja, dia tidak bisa menarik kata-katanya lagi saat ini. Karena dia merasa suasana sudah menjadi bagus, dia memaksa untuk melanjutkan.

Cid memperhatikan ekspresi gadis elf di depannya itu dan berkata, "Wajar jika kau merasa terkejut. Namun, kau pastinya tahu kan, kisah tentang tiga pahlawan yang mengalahkan iblis Diablos dan menyelamatkan dunia?"

Celin menghela nafas mendengar lanjutan Cid dan memutuskan untuk mengikuti saja. Karena dia juga sudah membaca kisah-kisah pahlawan di dunia ini, dia kemudian mengeluarkan sebuah buku cerita tentang tiga pahlawan yang dikatakan sahabatnya itu dari cincin penyimpanan dan membuka halaman dengan suara balikkan kertas yang keras, mencoba untuk menarik perhatian gadis elf kepadanya lagi.

Celin tetap tersenyum ketika matanya tertuju pada buku, seolah dia sedang membaca di halaman itu.

"Sebenarnya, kisah itu adalah hal yang nyata. Itu bukanlah hanya sebuah cerita dongeng atau apapun, tetapi catatan sejarah itu sendiri."

Gadis elf meremas tanah dengan erat saat dia dikejutkan lagi oleh kata-kata Celin. Dia membuka telinganya yang runcing lebar-lebar dan mencoba mendengarkan dengan seksama, menunggu hal apa yang akan dikatakan bocah berambut perak itu selanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm the Protagonist, So What? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang