one

237 11 0
                                    

author note;

cerita ini dari chapter 1-akhir ditandai 18+ karena ada beberapa chapter mengandung unsur kata umpatan dan beberapa nama tokoh berubah.
chanyeol; lean, sehun; sean, jongin; kai, taehyung; kian

happy reading!



"Hidup itu dibawa santai, ga usah galau mikirin yang lain." Miu menatap gue galak. Dia udah jengah ngeliat gue yang galau berbulan-bulan efek putus sama pacar.

"Namanya jatuh cinta itu wajar kalo sakit hati. Rollercoaster, ga selamanya kisah cinta lo kaya di dongeng Disney. Dan ga bakal lo nemuin cowo yang macem Dilan. Move on. Wajah cantik, pinter, lo kurang apa, sih ?" Nabila menatap gue datar, lalu memfokuskan pandangannya ke arah makanan di meja. "Kurang ajar mungkin iya." Ledeknya.

"Lagian mantan lo yang selingkuh itu kok dipikirin terus. Ga worth it. Cowo ga cuma dia doang." Rae menepuk bahu gue perlahan dan dia duduk di samping gue.

"Terus, gue harus gimana ?" Gue menunduk. Ini emang sih udah bulan ke empat gue ngegalauin mantan.

"Liat arah jam 9, yang lagi main basket sama Sean, Kai, sama Kian." Miu mengarahkan pandangan gue, Nabila, dan Rae, lalu menunjuk lapangan basket menggunakan kentang goreng.

Gaya ala-ala Miu gitu. Classy. Ppppffffttt. Classy pantat kuda.

"Kenapa ?" Gue menoleh, memperhatikan cowo tinggi, hidung mancung, fair skin dengan senyum merekah menatap ke arah Sean, Kai, dan Kian karena habis mencetak poin.

Alah. Gitu doang dibanggain. Ga penting emang.

Gue berdecih, "Gue juga bisa kalo ngeshoot gitu doang."

"Lo tau dia, ga ?" Tanya Miu yang menatap Sean dengan tatapan yang—ah emang kalo cewe hobi menel mah.

"Sean ? Ya, tau gue." Ucap gue malas.

Siapa yang ga kenal Sean ? Lelaki berwajah bule, putih mulus tanpa noda sedikitpun, dan pastinya, incaran dedek gem—bel. Bukan gemes, karena yang gemes cuma gue. GA PAKE DEBAT.

"Bukan Sean, cong." Miu memukul kepala gue dengan botol minum miliknya berwarna pink, "Yang itu. Yang berdiri di samping Sean."

"Oh. Engga." Ucap gue santai. Iya. Gue ga kenal dia siapa dan ga mau tau dia siapa. Karena di dalam hati gue masih di kunci oleh satu orang—Derryl.

Putus sama Derryl efek dia ga bisa LDR. Iya, dia kuliah di Amerika sekarang. Kakak tingkat. Tapi ga taunya dia selingkuh. Sama cewe yang cantiknya lebih dari gue.

Nyelekit. Tapi kok tidak berdarah.

"Coba gih tuh move on sama Lean. Siapa tau jodoh. Kalo lo bisa dapetin Lean gue kasih mobil baru." Rae menatap gue, meremehkan. Iya, diantara tiga manusia-manusia ga ada guna ini, cuma gue yang engga pro masalah cinta. Mereka kalo putus mah, udah langsung aja dapet yang baru.

Sakti ? Engga.

Emang jiwa menel sudah mendarah daging di mereka.

"Gue setuju saran Rae. Kita Dare or Dare aja. Gue mencoba dapetin Sean, Rae dapetin Kian, Nabila dapetin Kai, dan lo dapetin Lean. Gue kasih waktu sampe kita kelulusan. Well, enam bulan itu ga cepet kan, cong ?" Miu menaikkan alisnya berkali-kali, mencari persetujuan anak-anak lain.

Nabila dan Rae menyeringai. Walaupun cowo-cowo yang disebutin sama Miu tadi itu memang pentolan sekolah, ya lo tau lah, ya. Mereka mah pasti bisa dapetin. Lah gue ? Yang cuma seonggok kentang.

Ya ampun, menyandingkan diri gue dengan Lean ? Pantes ga, ya ?

Fated • PCY ✔️ [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang