Ini short story tapi nggak short story banget, nah gimana tuh.
Aku iseng aja muter otak eh nemu judul dan alur ya sudah langsung buat, kalian mungkin bakal nemu beberapa kesalahan kata, maklumin aja ya, baru belajar nulis soalnya.
Kurang pasti update kapan, sesuai mood.
Kalo sekiranya kurang suka sama cerita ini, just leave it, right?
╰┈➤
Gadis bernama Nayanika Biru Sandyakala berkuliah di universitas Swaraja, jalan Cik Di Tiro-Yogyakarta. Tetapi saat ini ia tidak berangkat kuliah melainkan menangisi hidup nya di pantai Midodaren, ia tidak berangkat kuliah di karenakan lebam di wajah yang disebabkan oleh Papa nya.
Pantai saat ini sedang sepi karena hari ini hari kerja, jadi Biru bisa menangis sepuasnya. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan ke Biru. Ia terkejut lalu menoleh, laki-laki.
"Kamu ...?" ternyata yang menyodorkan sapu tangan itu adalah laki-laki yang juga ia tabrak saat sedang menerobos hujan di titik nol kilometer Yogyakarta, Malioboro.
"Ambillah." suruh si lelaki sembari menunjuk sapu tangan dengan dagu nya.
Biru mengambil sapu tangan tersebut dari tangan lelaki itu. "Terima kasih." ucap nya lalu menghapus air mata nya menggunakan sapu tangan.
"Boleh saya duduk di sebelah mu?" tanya si lelaki dengan hati-hati. "Silakan." balas Biru mempersilakan laki-laki itu duduk di sebelahnya.
"Lihat ke depan." lelaki itu menyuruh Biru melihat ke depan, Biru menurut. "Lalu?" jawab Biru kepada si laki-laki.
"Ada apa di sana?" tanya si laki-laki kembali.
Biru mengernyit bingung, "Ada pantai dan..." balas Biru.
"Langit?" tambah nya.
"Ya?" si lelaki membuat si Biru tambah kebingungan.
Biru menoleh ke si lelaki dengan raut wajah yang kebingungan. Si lelaki pun ikut menoleh ke Biru, ia terkekeh pelan.
"Saya Lintang Langit Bumantara." kata si Langit.
Biru tertawa, orang tua mana yang memberikan nama anak nya Langit? itu sangat konyol, aneh, dan unik pada saat bersamaan.
"Langit?" aneh, sangat aneh." ujar nya kepada Langit.
Langit hanya mengangkat bahu nya.
"Baiklah Langit, apa warna kesukaan mu?" kini Biru yang akan memperkenalkan nama nya.
"Biru, karena langit yang cerah itu berwarna biru. Oleh karena itu aku menyukai warna biru." jawab Langit kepada gadis yang ada di samping nya.
"Jadi kamu menyukai ku?" tanya Biru kepada Langit, lalu Biru lagi-lagi tertawa. tawa yang di hadirkan berkat si Langit.
"Kamu Biru?" Langit terkejut lalu ikut tertawa, tawa yang juga di hadirkan berkat si Biru.
"Iya, Biru. Nayanika Biru Sandyakala." ucap Biru yang masih tertawa.
"Nama mu bahkan lebih aneh dari nama saya." jelas si Langit.
"Baiklah, baiklah. Nama kita sama-sama aneh." kata Biru.
Mereka kembali berbincang-bincang, ternyata Langit satu kampus dengan Biru. Hanya saja berbeda fakultas. Biru hukum sedangkan Langit psikologi.
"Kenapa muka kamu penuh lebam, Biru? saat kamu menabrak saya juga ada lebam di muka mu. Tetapi tidak sebanyak yang sekarang." ucap Langit yang terdengar sangat khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Nol Kilometer Yogyakarta
RomanceKita yang bertemu di Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Jogja, apa kau menghukum ku dengan cara merindukan semua tentang mu dan dia? Jogja, mengapa kau pertemukan aku dan dia, jika pada akhirnya kau juga yang membuat perpisahan antara aku dan dia? Sega...