HADIAH

3 2 0
                                    

"Tisha mau cerita sama abang?"tawar Arlo dan Tisha menggeleng pelan.

"Oke gapapa...Tisha,abang mau Tanya boleh?"tawar Arlo lagi.

"Bo-boleh"parau Tisha dan Arlo bersyukur,dia sangat khawatir.

"Tisha kenapa lakuin ini? Kalau nadi nya kepotong,adek bayi abang yang cantik ini,siapa yang ganti in?"lembut Arlo menyelipkan anak-anak rambut Tisha ketelinga gadis itu.

"Bukti nya gak mempan bang"julid Tisha dengan suara parau dan lirih sekali,seperti berbisik.

"Alhamdulillah kalau gitu,berarti Allah belum mau ambil adik favorite abang"ucap Arlo tersenyum dan menitik kan satu tetes air mata,ia benar-benar kalut.

Tisha menoleh dan kembali tersadar "Abang,jngan nangis...Maafin Tisha abang..Hiks.."tangis Tisha pedih dan segera mereka berpelukan.

"Tisha janji sama abang gak ulangi ini ya...Dangerous sayang,abang takut....Jangan ya sayang"parau Arlo dan Tisha mengangguk dalam pelukannya.

"Abang Tisha capek...Mau tidur tapi nangis terus"jawab Tisha.

"Iya,nih minum,udah ada obat bobo nya,seteguk aja ya"ucap Arlo dan Tisha menurut.

Setelah Tisha rapih di kasurnya barulah Arlo keluar dan kembali berbincang dengan sepupu-sepupunya itu.

Sedangkan di sekolah...

"Tisha ga sekolah,gimana nih?"cemas Lela,dia takut terjadi sesuatu.

"Kebiasaan ih tisu! Bikin overthingking!"omel Oliv dengan nada cemas dan yang cowok tenggelam dengan dugaan masing-masing.

DBRAK!! "WOI MANA OSIS?!" ucap Rendy bersama circle nya yang berjumlah 8 orang itu masuk ke aula.

"Ada apa bang?"Tanya Oliv yang memang sudah dekat.

"Itu si Tisha diapain anj*ng?! Mana Pembina lo?"marah Rendy dan semua diam.

"Ren...Ih,apaan sih?! Udah ahk...Maaf ya,dia lagi emosi"ucap kak Erlin menerobos gerombolan.

"Gak usah ikut campur ya Lin!"pelan tapi penuh tekanan kak Erlin menatap tak suka.

"Gak guna! Lo bisa Tanya baik-baik,semua udah kejadian! Emang dengan lo begini Tisha balik kayak dulu? Gak!"omel kak Erlin dan Rendy diam meredakan emosi.

"Gua mau bicara"pelan tapi penuh tahanan emosi.

Segera circle nya keluar dan menutup pintu,berjaga. Osis yang ada di dalam adalah circle Tisha,semua duduk melingkar. Rendy masih tak bisa bersuara karena masih sangat emosi. Kak Erlin mengusap-usap dada bidang Rendy agar tenang.

"Coba cerita apa yang terjadi sampe Tisha pergi?"Tanya kak Erlin dan Rian menceritakannya.

"Nala?! Yang mana?!"marah Rendy saat mendengar cerita lengkapnya.

"Gak sekolah dia kak"ucap Lela.

"Eumhh...Bang maaf,Tisha gimana? Kita khawatir"ucap Oliv dan semua mengangguk dalam diam.

"Hufttt Tisha nangis seharian,gak mau makan,demam 40 derajat gak turun-turun sampe sekarang,eh pagi nya dia malah udah nyilet pergelangan tangan nya,mana setengah silet nya nancep lagi"ucap Rendy.

"Gua bukan kasian liat adek gua,gua marah! Segitu terluka adek gua,bahkan silet yang nancep itu kayak gak ada harga diri nya,Tisha natap kosong tanpa suara,tanpa merasa perih atau sakit,segitu hancur nya dia"ucap Rendy sedikit tersedu.

"Tisha anak tunggal,warisan dia bisa buat 17 turunan! Dia cucu terbungsu,jadi kita semua merasa sangat marah atas tindakan Tisha...Tapi kita gak bisa marahin Tisha,gak bisa...Jadi kami marah sama yang membuat Tisha begini"jelas Rendy dan beberapa ciwi menyeka air mata nya.

PEMEGANG TAHTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang