••••
Ketika membuka matanya, hal pertama yang Jillian lihat adalah langit-langit sebuah ruangan yang terlihat asing. Dimana dia berada, apakah Kay sudah menyelamatkannya.
Saat akan bangkit Jillian merasa badannya lemas hingga membuatnya terjatuh kembali. Akhirnya dia memilih duduk dengan menyandar ke kepala ranjang. Dengan mata yang terus menatap sekitarnya. Pikirannya berkecamuk memikirkan hal yang tengah terjadi padanya.
Tangan Jillian terulur untuk membuka sepatu yang untungnya masih terpasang di kakinya. Bernafas lega ketika menemukan benda yang sengaja dia selipkan sebelum keluar dari kamar hotel masih ada di dalamnya. Dengan cepat dia mengambilnya kemudian mengaktifkannya.
Belum sempat dia pakai bunyi pintu yang akan di buka terdengar membuat Jillian dengan cepat menyimpan earpiece itu kembali ke dalam sepatunya.
Pintu terbuka dan muncul seorang pria dengan pakaian serba hitam layaknya seorang pengawal. Jillian menatapnya dengan curiga dan juga penuh waspada takut tiba-tiba berbuat sesuatu padanya.
Tanpa mengatakan apapun pria itu menarik tangan Jillian dengan mudah. Tentu saja dia memberontak tapi kalah tenaga ditambah lagi badannya yang masih lemas. Pria itu beralih menarik kerah baju bagian belakangnya lalu menyeretnya.
“Lepaskan,” Jillian meronta mencoba melepaskan badannya yang hampir seperti di jinjing.
“Diam!” tentu saja Jillian tidak memperdulikan bentakan itu. Dia tetap berusaha untuk melepaskan tubuhnya.
Jillian terperangah ketika keluar dari kamar karena ternyata dirinya berada di dalam sebuah pesawat. Mengedarkan pandangannya, ini adalah pesawat pribadi. Kemana sebenarnya dirinya akan dibawa.
Badan Jillian di hempaskan hingga tersungkur dan kepalanya terbentur kursi membuatnya mengumpat. Pria kurang ajar, badannya masih lemas malah di perlakukan seperti ini. Awas saja, dia akan membalasnya.
Mengangkat kepalanya, di depannya terdapat sepasang kaki yang di balut sepatu mengkilap duduk dengan menyilangkan kakinya. Lebih mengangkat kepalanya, Jillian menemukan seorang pria tengah menatapnya dengan intens, tanpa sadar dia meneguk ludahnya kasar. Pria itu yang membawa dan membuatnya seperti ini.
Matanya yang sayu dengan sorot yang tajam, tubuhnya yang kekar hingga membuat kemeja yang dikenakannya terlihat pas. Tangannya yang dilipat didepan dada membuat urat-uratnya tercetak dengan jelas karena kemeja bagian tangannya yang digulung.
Perawakannya sama seperti Kay. Hanya saja pria ini terlihat lebih santai.
“Halo nona manis,” pria itu mendekatkan wajahnya pada Jillian yang membuatnya otomatis memundurkan kepala.
Jillian memalingkan wajahnya ketika pria itu akan menyentuhnya. “Jangan seperti itu.” Menarik dagu Jillian dengan paksa hingga menghadapnya.
“Aku tidak suka seorang pembangkang.” Jillian menatap pria itu dengan kilatan emosi yang terlihat dengan jelas ketika pipinya di tekan cukup kencang. Dia yakin pasti bekasnya akan memerah saking kencangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABYRINTHINE [Editing]
RomanceBertahan atau menyerah? Hanya dua kemungkinan itu yang bisa Jillian pilih. ❗ D A R K R O M A N C E 21+ Kedatangannya ke Indonesia membuat seorang Kay Cyrano Agesislou, pemilik perusahaan pelayaran terbesar di Yunani terobsesi terhadap seorang g...