“Nobody Enemy.”
×+×
Setelah tahu bahwa Lisa bukanlah gadis yang menarik perhatian Jeka. Gadis itu sadar bahwa kata-kata yang ada di buku pedianya tak semua benar, bahkan jika boleh jujur kini Lisa menganggapnya sebagai ‘kalimat penenang’ saja.
Akibat terlalu mempercayai omong kosong itu, Lisa jadi merasa sakit hati karena ulahnya sendiri. Yang mana ia berharap bahwa sedikitnya Jeka menaruh rasa padanya, setelah apa yang telah mereka lalui dalam sebulan kurang ini.
Lisa memang belum memastikan pada orangnya langsung. Apakah Jeka menyukai Ayu atau hanya sekedar dekat saja sebagaimana kakak kelas dengan adik kelas. Namun agaknya gadis itu tak ingin mengambil resiko jika nanti Jeka menjawab yang bukan sesuai harapannya.
Lagi pula Lisa masih sadar diri, siapa dirinya bagi Jeka. Dirinya hanya sekedar seorang teman satu sekolah, tidak lebih. Gadis itu rasa, akan tak sopan jika menanyakan hal semacam itu pada Jeka yang notabenya mempunyai kepribadian yang tertutup. Lebih tepatnya ia tidak mau ikut campur urusan orang lain.
Namun terkadang selain otak Lisa sedikit lamban dalam pelajaran, gadis itu juga tak menyadari fakta jika sudah lama ini ada seorang pemuda yang diam-diam menyukainya.
Padahal selama ini pemuda itu selalu setia berada di sisinya, mau itu dalam keadaan senang maupun susah. Tapi sayangnya seseorang yang menyukai Lisa ini sangat pandai dalam memanipulatif semua orang, termasuk dirinya. Itu kenapa hingga sekarang tidak ada yang pernah tahu jika pemuda itu menyukai Lisa semenjak dulu. Atau mungkin rahasianya kini sedikit bocor kepada satu orang temannya.
Dan inilah lima tingkah menyebalkan pemuda itu, yang sebenarnya hanya manipulatif untuk menutupi rasa sukanya terhadap Lisa.
Sering menjahilinya ; I
×+×
Sudah bisa di tebak bukan, siapa orang itu?
Ya. Vino Dirgantara, lah orangnya.
Kisahnya di mulai dari ...
Saat pertama masuk kelas satu SMP sekolah Nusantara. Vino mendapati seorang gadis berada di luar gerbang dengan raut wajah cemas pada masa upacara. Kebetulan saat itu Vino memilih barisan paling belakang.
Jelas sekali bukan, kesan pertama kali yang di berikan Lisa padanya begitu buruk. Membuat Vino berpikir bahwa Lisa adalah gadis yang tidak tepat waktu dan tak mematuhi peraturan sekolah dengan datang terlambat.
Tadinya Vino ingin bodo amat saja dengan membalikkan badannya ke arah depan lagi. Tapi suara gadis itu yang sepertinya tengah meminta bantuan padanya, menggangu konsentrasinya. Sampai mau tidak mau dirinya berbalik melirik gadis itu.
“Hei! Bantuin gue naik pager ...” bisiknya entah pada siapa.
Dan Vino dengan muka datarnya, melirik ke kanan dan ke kiri tak mendapati siapa pun yang berbicara dengan gadis itu selain dirinya. Lalu menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan. Dengan raut wajah yang sedang mengartikan kata ‘Gue?’
“Iya, elu. Cepet bantuin gue plis ... Liat bentar lagi ada anggota osis lewat sini.” gemas Lisa sambil menunjuk para murid yang memakai seragam osis tengah berjalan ke arah keduanya.
Ketahuilah jika pemuda itu sudah berhadapan dengan orang seperti ini. Ia akan memposisikan dirinya menjadi gadis di depannya dan membayangkan, bagaimana jika dirinya yang ketahuan terlambat dan tidak ada yang membantunya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Calming Sentence | LM
RomanceLarisa Dwi Mahesha, terlalu percaya pada omong kosong dari kata-kata pedia yang selalu dirinya baca. Terkadang Lisa terlalu banyak berharap, hingga ketika sadar. Dirinya jatuh terlalu dalam akibat harapan yang ia buat sendiri. Sekarang Lisa tahu, ba...