Renze

14 4 0
                                    

"Lagipula tak apa. Kalau sampai kakak kelas ada menegurmu, aku akan ada di sisimu, membela. Kalau mereka mau baku hantam, aku akan dengan senang hati, maju untukmu." - Renze

♪♪♪

Renze menghela nafas kasar, menatap ponselnya. Gemas, lihatlah di ponselnya, terpampang halaman chat-nya dengan Asra. Asra mengomel, padanya.

Kurang lebih kalau dideskripsikan, perasaan Renze sebenarnya campur aduk. Gemas, senang, tapi ia sendiri kesal.

Kesal pada Asra? Sedikit. Tapi tentu saja bukan sepenuhnya. Renze kesal pada apa dan siapa yang menjadi topik omel sang gadis.

Bagaimana mungkin aku kalah pamor dengan ekskul dan kakak kelas.

Kakak kelas? Ekskul?

Benar. Asra sedang mengomel soal itu. Gadis itu di seberang tengah mendengus berkali-kali, dengan wajah tertekuk, kesal, marah, malas. Mencurahkan semua isi pikiran dan kekesalannya pada pesan teks yang ia kirimkan pada Renze.

Konteksnya sepele. Asra tidak mau berurusan dengan kakak kelas, tapi ada beberapa ekskul khusus yang harus ia pilih salah satunya. Renze sendiri sejak tadi sudah menjelaskan kalaupun Asra memilih untuk tidak ikut, tidak masalah. Asra tidak akan kena tegur, pun dirinya, Renze pun tidak akan kena. Yang akan kena mereka-mereka yang satu komunitas dengan kakak kelas.

Tapi lihatlah, Asra masih saja mengirimi Renze pesan.

Aku hanya bertanya, itu wajib, heh?

Di situ Renze gemas :v

Wajib sayangkuu.. jawab Renze dalam hatinya. Berusaha untuk tidak menuliskan itu. Mengganti kalimatnya dengan menampakkan sedikit kekesalan.

Kalau kukatakan wajib pun bukan berarti kamu bakalan milih, Sra. Jadi gak ada gunanya aku jawab wajib, bukan?

Send.

Di situ Asra kembali mengirim pesan.

Kamu bilang wajib, itu setidaknya kamu harusnya ada bukti. Surat khusus, instruksi guru, atau bahkan setidaknya kakak kelas yang bilang. Kalau kamu punya, aku bakalan mengubah keputusanku.

Renze gemas.

Kalau gitu, ini gak wajib. Karena aku gak punya semua itu.

Jawaban akhir Renze itu tidak lantas membuat Asra berhenti mengomel. Omelan Asra masih berlanjut sampai beberapa waktu sampai Renze memutuskan menghentikannya, "Ada lagi yang mau disampaikan?"

Dalam hati sebenarnya Renze menginginkan jawaban gila. Ya. Gw suka lo. Nape? Dan omelan lanjutan.

Brak!

Renze refleks membenturkan kepalanya pada meja belajar, apa-apaan isi kepalanya. Berpikir soal apa dia? Heh! Ada-ada saja! Meski ia tahu melihat kelakuan Asra itu tidak mustahil...

T-tapi tidak mungkin dirinya juga kan?!

"Yah, aku tahu kau sudah muak. Selamat tidur saja. Mimpi indah."

Renze melihat jawaban itu, satu detik, dua detik.

"Baiklah."

Mengetik dengan tangan gemetar.

Couple Cute SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang