Just for Us (2)

4 4 0
                                    

Aku meremas jemariku gugup. Kakiku sejak tadi kumainkan untuk menghilangkan segala perasaan khawatir. Ama sendiri izin datang terlambat. Rumahnya cukup jauh dan dia tidak bawa baju ganti. Entah itu sungguhan atau hanya alasannya saja.

Ah aku tidak jadi mengajak Arun. Setelah berbagai pertimbangan dan perdebatan diantara kami -- yang karena Ama, Bara turut terseret -- diputuskan Ama yang ikut.

Meski aku yakin bahwa aku merasakan hawa seseorang yang berniat turut serta mengawasi Ama. Entah siapa. Aku tidak bisa membacanya. Tapi kurasa orang yang tak jauh dari lingkup kami. Biarlah. Itu nanti menjadi masalah Ama.

Yang jelas sekali ialah sekarang aku gugup luar biasa. Menunggunya keluar dari gerbang sekolah, duduk diatas motorku menunggunya mendatangiku --- seperti yang dimaksud dalam carik kertas, ialah gerbang barat. Yang lebih jarang dilalui siswa dibanding gerbang di selatan.

Ketukan sepatu yang familiar terdengar membuatku menoleh, mendapati Shelly berlari kecil dengan rambutnya yang bergelombang itu bergoyang seiring hentakan kakinya. Ditambah dengan cahaya yang sempurna. Uah..

Aku buru-buru menatap ke depan, berdehem, melihat diri ke spion, memastikan diriku terlihat baik sebelum Shelly tiba di sampingku, dan dengan suaranya meminta maaf berkali-kali.

"Maaf.. Terlambat sepuluh menit dari janjiku.. Temanku tadi ribut terus. Aku susah untuk kabur.."

"Maaf, maaf.."

Nafasnya sedikit menderu dan ketika kuperhatikan lagi, beberapa tetes keringat membasahi dahinya.

"Santai.." ucapku senormal mungkin. Berusaha untuk tidak tersipu melihatnya meminta maaf dengan tulus karena merasa bersalah atas keterlambatannya.

Ah~ nona, asal kau tahu saja, kau benar-benar datang saja rasanya bagiku adalah mimpi..

"Sudah.. Jadi.. Mau ke mana?"

Nafasnya kembali normal, ia lantas tersenyum lebar, sumringah, "Ikutin arahanku aja. Nanti juga tau."

Aku menggangguk, senyumnya....

Dia memakai helmnya, menoleh ke kanan kiri sebelum kemudian naik ke atas motorku dan tangannya mencengkeram jaketku dari belakang.

Sejenak aku terkesiap.

Dug
Dug
Dug
Dug

Rasanya jantungku nyaris meledak karena detaknya yang begitu kuat.

"Ayo jalan!"

Aku masih terdiam untuk beberapa detik sampai kurasakan ia menyenderkan dagunya pada bahuku.

"War! Ayo.."

Tersadar aku berdehem, "Udah siap? Oke ayo.."

Percayalah, aku rasanya seperti kehilangan kesadaran. Hanya karena aku sudah terbiasa mengendarai motorlah sel tubuhku bisa membawa kami mengikuti arahan Shelly.

Kami tiba di sebuah danau dengan pepohonan rindang d sekitarnya. Tempat ini tampak terawat, namun sepi.

Shelly turun sambil melepas helmnya dan berlari mendekati danau, berhenti tak jauh dari danau, lalu berbalik menghadapku. Tangannya terentang dengan helm yang masih ia pegang.

"Selamat datang, di tempat yang tak pernah kuberitahukan pada siapa pun sebelumnya. Aku menemukan tempat ini saat SMP kelas 3 dan aku membayar orang untuk merapikannya. Kau suka?"

Aku mengerjap. Baru Tuhan, dia, aku, dan tukang pembersih tempat ini yang tahu?

"Tidak apa Ama ke sini?"

Shelly mengedikkan bahunya, "Temanmu tidak mungkin jahat. Jadi tak masalah."

Aku masih melihat sekeliling, berdecak kagum, sambil perlahan turun dari motor.

Couple Cute SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang