Disclaimer dulu.
Yg dimaksud otak adalah sisi pemikir sang Aku. Dan perasaan adalah sisi perasanya. Wujud mereka adalah manusia, dan berbentuk selayaknya Aku itu sendiri.(。>‿‿<。 )
**✿❀ Happy Reading ❀✿**
Si*l si*l si*l! Kenapa dia malah terkesan menggemaskan?
Aku mengusap wajahku kasar. Dalam diriku terjadi pertengkaran hebat antara diriku, perasaanku dan otakku. Seakan belum cukup perdebatan yang pernah kami lakukan sebelumnya. Perasaanku berkali-kali mengatakan bahwa ia merasa tidak enak, sedang otakku melotot garang, dia tidak peduli dan menyuruh diriku untuk memikirkan sekali lagi yang kuinginkan.
Diriku di antara pertengkaran itu, berdiri mematung melihat otak dan perasaanku yang mulai saling menarik kerah masing-masing. Tatapan tajam bahkan umpatan terlontar berulang kali dari otak, sedang perasaanku terlihat geram menggertakkan gigi, menahan untuk tidak berteriak.
"PIKIRKAN APA YANG KAU MAU! ORANG LAIN MENYUKAIMU, BUKAN BERARTI KAU MEMILIKI KEWAJIBAN UNTUK MEMBALASNYA!" Otak dengan penuh amarah mendorong perasaanku, melepas cengkeramannya pada kerah perasaan.
"DIA TULUS PADAMU! PIKIRKAN PERASAANNYA! JANGAN JADI BR*ENGSE*K! JANGAN JADI B*AJ*INGAN!" perasaanku bangkit balas melawan, menjatuhkan serta menjambak kuat sang otak, membuat entitas pemikir itu mendongak dalam posisi bersimpuh, menatap nyalang pada perasaan yang tengah menangis dan berdiri di hadapannya.
//bodoh. Sensornya gaguna hey.//
"DIAM."
Aku membentak keras keduanya.
"Dengar.. Perdebatan kalian tidak menyelesaikan masalah. Masalah kita tidak hanya berfokus pada bocah itu. Kita ada satu bocah lagi yang lebih posesif. Lebih buruk dari itu, masalah internal kita belum selesai."
Hening sejenak, sebelum otak bangkit dari bersimpuhnya. Mengibas santai tangan perasaan yang sedari tdi menjambaknya. Melepasnya dengan mudah.
"Belum?"
Tawa menggema. Dalam ruangan remang dengan pencahayaan lilin klasik layaknya ruangan perpustakaan tua, tempat kami berada sekarang, otak tertawa lebar.
Otak menyeka air di sudut matanya, setelah satu menit membiarkannya tertawa sendiri, aku menatapnya serius. Apa maksud dari perkataannya?
"Jangan naif. Aku tahu kamu tidak bodoh."
Ucap dingin itu membuat atmosfer ruangan berubah. Bulu kudukku meremang. Seperti disadarkan kembali.
"Itu bukan belum selesai. Itu hanya masalah yang tidak akan selesai. Jangan pura-pura tidak tahu.. Kau jelas tahu itu. Kamu hanya terlalu berusaha mengabaikannya. Terlalu berusaha mengenyahkan faktanya...," Otak berjalan ke arahku, belah bibirnya mendekat pada daun telingaku, "Tapi kau tidak bisa... Bukan begitu, Sayang?"
Suara dalam sang otak menelusup masuk dalam pendengaranku, membuatku mengeraskan rahang, berusaha menahan diri untuk tidak meluapkan emosi apapun.
"Jangan terlalu menahannya.. Aku tahu. Perasaan tahu. Kita semua tahu~.."
Aku menggeram, perasaan juga menghela nafasnya tak jauh di depanku sebelum kemudian dia menarik paksa otakku untuk menjauh dariku.
"Kau hanya membuat ini semakin runyam."
"Kita hanya membicarakan fakta, Manisku~"
"Dan kita sudah tenggelam di dalamnya, Darling. Jadi berhentilah.." ucap rendah perasaan dengan penuh emosinya menahan geraman, menggeret paksa otak untuk ikut dengannya ke ruangan sebelah.
![](https://img.wattpad.com/cover/337852807-288-k70062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Cute Scene
RomanceKalian kurang asupan halu? Kalian kekurangan taburan gula kehidupan? Shipper garis keras yang kurang asupan shippin'? Atau ingin menikmati adegan-adegan manis? Kalian bisa coba cek di sini! (◍•ᴗ•◍) Di sini, dengan cengiran lebar author akan sajikan...