.
"Argghh, papa stop" erang gadis dengan wajah yang memerah bekas tamparan.
"Ampun papa Ampun"
"Sialan!!.. Ini kesalahan kamu sendiri!!" bentak pria yang disebut papa dengan terus mencambuk punggung sang gadis.
"papa tidak pernah mengajarkanmu membolos,berlian!!" maki stevan- ayah gadis itu.
"Papa stop,,Ampun papa" Berlian memohon kepad ayahnya untuk berhenti.
Berlian,Berlian Queen Melody- gadis cantik dengan wajah yang selalu membekas luka dari pipi yang memerah, kening yang terluka, dan sudut bibir yang memerah. Gadis penyayang namun tak ada yang sayang.
Stevan, Stevan Mahardika Ayah kandung berlian. Pria tua yang cinta uang tak memperdulikan oranglain, dan hanya memperdulikan prioritasnya sendiri. Di kenal dengan pria wibawa namun tak untuk berlian, Memurutnya ayahnya sangatlah kejam namun ia tetap menyayanginya.
"sekalo lagi saya dengar kamu mebolos, tak akan segan segan saya buat kamu mati!!!!" tegas stevan.
"anak bodoh!!" lanjutnya dan pergi meninggalkan berlian yang tengah terbaring lemas di lantai.
Saat stevan benar benar keluar. Berlian mencoba bangkit perlahan, rasanya sangat sakit. Setelah berhasil berdiri dengan memgangi dinding-dinding kamar. Berlian menutup pintu kamarnya lalu setelahnya pergi ke arah kamar mandi.
Berlian menatap dirinya di cermin. Terlihat jelek menurutnya jika seperti ini, banyak luka dan memar. Berlian membuka bajunya dan melihat punggung nya di cermin, banyak luka sobekan kecil dan ada darah segar mengalir.
Berlian segera memakai bajunya,dan berniat mencuci muka dengan merk my baby. Ia yakin pasti akan terasa perih.
"argh" lirihnya lalu membilas dengan air.
Setelahnya ia kembali kekamarnya dan menuju ranjangnya.
Ia merebah kan dirinya di kasur. Saat akan tidur tiba tiba handphonenya berdering.
Drtt Drtt
Id Call Dinda♡, Berlian mengakat telfon dari sahabatnya-Dinda.
"Hallo"
"Hallo lia", lia-panggilan berlian dari Dinda.
"apa"
"l-lo gapapa"
Berlian tersenyum tipis "g-gue nggak pa-pa din"
"lo bohong kan!, li jangan sembunyiim dari gue,gue tau lo jauh dari kata nggak pa-pa, g-gue khawatir li"
"din..., g-gue a-anak sialan ya?, gue ga sanggup din, cape" rapuh hati berlian, luka yang ia selalu ia sembunyikan dari orang-orang,kecuali dinda, Dinda sandaran hidup Berlian,yang ia kenal satu- satu nya.
"lo bukan anak sialan li, papa lo yang brengksek"
"lo jangan bilang gitu din, bagaimanapun dia papa kandung gu-"
Tut..
Panggilan terputus sepihak oleh Dinda.
Ia tahu Dinda kecewa. Karna Berlian selalu membela ayahnya yang benar-benar sudah ketelaluan pada dirinya. Dinda tidak habis pikir dengan jalan hati Berlian. Tapi begitu Berlian tetap sahabatnya-Dinda.
Berlian terisak kembali saat panggilan sudah terputus. Luka fisik tidak sesakit luka batinnya. Berlian tidak tahu bagaimana kedepannya, apakah dirinya akan selalu seperti ini? Entahlah.
Berlian membaringkan kembali badannya, ia melihat jam di dinding, sudah menunjukan jam 11.34. Waktu begitu sangat cepat, namun semua belum berakhir. Berlian menyampingkan badannya ke sebelah kiri. Ia menyeret selimut nya ke atas hingga pas di dada. Mata nya dikit demi sedikit terpejam. Dan ia berhasil mencapai ke alam mimpi.
••••••
Silauan matahari masuk ke dalam gadis dangan luka lebam di wajah, dari sela-sala jendela dengan tirai yang agak terbuka.
Berlian menggeliat terbangun dari tidurnya. Gadis itu menetralkan matanya yang terasa kunang-kunang. Setelah kembali normal gadis itu bangkit dan membereskan tempata tidurnya. Lalu pergi ke dalam kamar mandi.
Saat itu ia sedang melihat seluruh wajahnya di depan cermin. Helaan nafas berat keluar. Ia merasa lelah, tapi bagaimana lagi, ingin di ubah? Belum waktu nya.
Setelah selesai dengan ritual mandi nya yang hanya membutuhkan 10 menit saja. Kini ia sedang merias rambutnya agar ter-urai.
"Berlian!!" teriak pria dari luar kamar. Berlian tersentak kaget, dengan masih duduk di atas meja riasnya.
Pria itu membuka pintu sangat keras, melihat berlian yang tengah duduk di atas kursi meja rias yajg rengah menatap dirinya juga.
"apa yang kamu lakukan, hah..apa kamu nggak liat sekarang jam berapa" murka samuel- ayah Berlian.
"m-maaf ayah, a-aku akan segera berangkat, tapi izin kan aku untuk sarapan dulu" ujarnya dengan terbata- bata. Ia takut jika sudah berurusan dengan papanya.
"nggak, anak sialan kaya kamu nggak akan saya kasih makan hari ini" bentaknya. Berlian sudah tahu, pasti ia tidak di dapat jatah makan sarapan hari ini. Dan pasti tidak akan di beri uang upah.
"t-tap"
"pergi sekarang!!"
"b-baik papa, berlian pergi dulu" berlian mengambil tas nya dan dipakaikan di pundaknya. Saat ia akan menyalimi tangan stevan, namun malah di tepis oleh stevan dan berlalu pergi.
Berlian sangat mamaklumi itu, toh dia sudah terbiasa. Berlian pergi keluar dari kamarnya tal lupa menutup pintu.
••••
Kini berlian sudah berada di kelas. Ia sedang menunduk menahan rasa sakit perutnya, akibat lapar.
Seorang cowok datang kekelas berlian, menghalmpirinya lalu duduk di sebalah bangku berlian yang kosong. Yah sahabat berlian -dinda saat ini belum datang. Bangku sebelah berlian adalah bangku dinda.
Berlian belum menyadari kehadiran cowok itu. Si cowok memegang pundak berlian.
Berlian kaget dan mendongak ke arah sampingnya. Ia melihat bima disebelahnya.
"maaf soal kamarin" ujar bima.
"gapapa bim"
"tapi lo-"
"gue?, gapapa" berlian mencoba tersenyum.
Berlian menatap mata bima , disana ia melihat mata bima dengan penuh kesalahan pria itu.
.
Maaf kalo banyak kesalahan...Thanks,,bye..
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Dibawah Hujan
Teen Fiction⚠WARNING⚠ ⚠HASIL KARYA SIBI SEORANG •••••• Gadis cantik dengan rambut terikat ekor kuda merasakan sakit yang sangat hebat di luka batinnya. Berlian, Berlian Queen Melody berada di derasan hujan yang menutupi tangisannya dan mampu menghilangkan rasa...