Chapter 5 : Cobalah Kalau Berani

913 85 17
                                    

Sementara itu, di ruangan EG Group bisa terasa sebuah kekakuan di antara Delia dan Rendi. Keduanya hanya diam saja di sana, karena Pak Indra secara tidak sadar telah menyuruh keduanya untuk tetap diam di ruangan mereka. Sementara itu, Pak Indra malah menarik Yoshi untuk mencari Bu Risa.

Delia hanya bisa tersenyum ketika melihat hal itu terjadi. Kalau ada satu hal yang dia inginkan untuk tidak terjadi saat ini, hal itu adalah berduaan dengan Rendi. Mungkin apa yang terjadi tidak akan seburuk apa yang ada di dalam kepala Delia, tapi dia lebih suka kalau itu tidak terjadi dan Rendi bisa sadar diri kalau Delia tidak akan berpaling pada orang lain dengan cara melihat interaksinya dengan Yoshi dengan cara yang lebih ramah. Apapun yang akan terjadi setelah ini punya kemungkinan untuk menghancurkan hubungan baik yang sudah mereka miliki, dan Delia yakin akan hal itu.

Di sisi lain, Rendi bisa merasakan kegugupan dalam dirinya ketika dirinya menyadari kalau dia bisa berduaan dengan Delia. Ini adalah kesempatan yang sangat dinantikannya. Dari hasil pengamatannya, Delia adalah orang yang fokusnya cepat teralihkan. Jadi keadaan seperti ini jelas menguntungkan untuknya.

Walau begitu, tentunya dia tidak akan mengira kalau apa yang diamatinya ini berbeda dengan apa yang dia inginkan. Memang Delia sering kali cepat bosan dan bisa beralih ke beberapa topik pembicaraan atau kegiatan yang berbeda, tapi kalau masalah perasaan, ceritanya sangatlah berbeda.

Rendi kini bergulat dengan dirinya sendiri, karena dia adalah tipe orang yang kadang agak kebingungan untuk memulai perbincangan. Jadi, apa yang terjadi di antara mereka selama beberapa saat awal ketika ditinggalkan hanyalah perbincangan basa - basi dengan kecanggungan yang mengantung di udara sekitar mereka.

"Huh, kok Pak Indra sama Yoshi lama ya?" tanya Rendi, sambil melirik Delia.

Delia berusaha menahan tawanya. Dia mengerti maksud sebenarnya dari perkataan Rendi. Tapi si gadis memutuskan kalau dirinya ingin mengetahui permainan macam apa yang disiapkan Rendi untuknya, selain kecanggungan yang ada di antara mereka. Pandangan matanya sengaja menjauhi wajah Rendi, dan Delia mengangkat bahunya.

"Palingan juga ke tempatnya Pak Hein di sebelah," jawab Delia.

"Huh? Kok kamu selalu manggil dia dengan sebutan bapak sih? Memang dia setua itu?"

"Menurutmu, usia 33 tahun itu tua atau tidak? Menurutku sih, itu lumayan tua, setidaknya bedanya hampir 11 tahun denganku. Lagipula, Pak Hein itu guruku pas masih SMP. Jadi ... mungkin kebiasaan saat sekolah, makanya aku panggil dia begitu."

"Sepertinya kalian menganggap Hendra itu orang yang penting di sini ya?"

"Dia kan anggota gaib di sini. Walau kelakuannya kadang nyebelin begitu, beliau itu otaknya encer. Selain itu, dia juga punya pengetahuan yang luas soal dunia kejahatan di Inkuria."

"Wah, jadi Pak Said serius soal identitas rahasianya itu? Gak nyangka ya? Dari dulu, aku selalu mengikuti perkembangan dia di dunia kriminal. Aku selalu penasaran sama si Hoodie Detective yang sering dikabarkan sama media. Tapi setelah lihat orangnya secara langsung, rasanya nggak bisa dijelaskan pakai kata - kata. Orangnya kelihatan biasa saja, tapi dia cukup menarik juga kalau diperhatikan."

"Kalau sudah kenal nanti kamu bakalan kesal sendiri kok sama kelakuannya. Sekian lama aku kenal dia, rasanya aku masih belum sepenuhnya paham sama isi kepalanya. Padahal, aku bisa dibilang sebagai salah satu murid yang cukup dekat dengannya."

"Pasti banyak ya yang penasaran kalau punya guru begitu?"

"Jangan tanya lagi, sudah jelas itu. Selain itu, entah kenapa dia lumayan ganteng dan ramah, jadi aku tidak kaget kalau ada banyak muridnya yang ngefans sama dia."

"Hendra memang orang yang menarik, tapi aku lebih pengen tahu banyak lagi soal kamu. Terutama karena kita rekan kerja, jadi harusnya aku tahu beberapa hal soal kamu."

The Detective 2 : Love BattleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang