3. Pulang

28 10 0
                                    


:)



Sultan - pria dua puluh satu tahun yang masih bingung tentang masa depannya kini mulai menyesal setelah menolak tentang tawaran wanita muda di cafe tadi, ia sedang duduk selonjoran diatas karpet dengan laptop menyala dan menayangkan film Titan monyet sedang berlari-lari karena berburu manusia.

Tapi Sultan sadar bahwa dia seorang introvert, membayangkan bergaya didepan banyak orang membuatnya bergetar. Bahakan presentasi di depan kelas saja ia masih terbata-bata dan terkadang kacau hingga berakhir ditertawakan.

Sultan bangkit dari sana, berdiri dihadapan cermin. Ia diam, mengamati wajah terpantul disana Selama beberapa menit sebelum menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman tapi itu terlihat kaku, menggerakkan alis tebalnya dan membuat beberapa ekspresi, mengangkat tangan untuk membuat gestur peace, menyimpan di pinggang, dibawah dagu, Sultan terus mencoba berbagai gaya didepan benda itu sebelum akhirnya tersadar dan mengusap wajah kasar.

"Ck, apa yang kulakukan. dasar idiot! Gerutunya merasa malu sendiri telah berperilaku konyol kemudian berjalan untuk duduk kembali, mencoba menikmati tayangan attack on Titan.

----

Lisa menutup mulut dengan tangannya saat lagi-lagi melihat Charlie dan Ruby berduaan, mereka terlihat asik tertawa dan saling bercanda. Perasaan panas dan sakit hati langsung menghantam dadanya, membuat rasa perih itu datang lagi.

Bukankah Ruby tahu bahwa ia menyukai Charlie? Mengapa perempuan itu tak memikirkan perasannya saat menghabiskan waktu dengan seseorang yang sahabatnya sukai? Mungkinkah selama ini Dia juga menyukainya?

Sial, Lisa ingin menangis sekarang.

Ia berlari meninggalkan tempat itu untuk menenangkan hatinya, untung jadwal syuting MV telah selesai hari ini membuat Lisa bisa istirahat sejenak. Kaki panjang itu terus terayun dengan wajah tertutup. meski kota ini tak begitu banyak penduduk seperti di ibukota, tetapi ia tak ingin mencari gara-gara dengan berjalan terang-terangan.

Tinnn - tinnnn.

"HEIIII , AWASSSS!!!!"

Belum sempat Lisa menghindar, serempetan sepeda mengenai sikunya hingga terhempas kesamping dan seseorang yang tiba-tiba terjatuh menabrak pohon kelapa.

"Aw..aw..." Sultan bangkit perlahan saat kakinya terasa sakit, berusaha berdiri dengan susah payah dan meringis saat sadar bahwa sikunya berdarah juga jari kelingkingnya lecet.

"Heii, Kau tidak apa-apa?" Tanya Lisa panik, melirik kanan kiri.

Sultan meniup-niup lukanya. Ini perih, apalagi kakinya. Sultan tidak yakin apakah ia bisa bekerja nanti atau tidak.

"Kak Sultan, hei. Tanganmu berdarah!"

Sultan menoleh,baru sadar bahwa ada seseorang yang sempat ia tabrak tadi. Lagi-lagi ia terkejut saat mendapati Lisa disana. Ia mengenali iris bulat besar itu meski nyaris seluruh wajahnya tertutup, melihat dirinya dengan raut khawatir yang terlihat sangat lucu apalagi wajah panik itu ketika melihat lukanya.

Pria dua puluh satu tahun itu berdehem, menetralkan rasa gugupnya "Ay, ya. Aku tidak apa-apa." Melirik pada lengan putih dihadapannya yang juga lecet. Seketika Sultan merasa bersalah."I-itu, aku minta maaf karena hampir menabrak mu." Melirik sepeda butut yang kini tergeletak dibawah. "Sepertinya remnya rusak."

Lisa menggeleng "Tidak apa-apa, ini cuma sedikit. Yang paling penting kau harus segera ke dokter. Luka tanganmu lumayan besar, Aku takut infeksi."

Sultan menarik ujung bibir, berusaha memberikan senyum menenangkan yang terlihat canggung "Tidak apa-apa, aku akan pulang dan mengobati ini dirumah."

Light In the sky // Sehun X Lisa //Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang