Bab 9

587 36 0
                                    

Keesokan harinya, Lala memutuskan cerita kejadian malam tadi pada anak laki-laki. Kak Zuma bilang mungkin aja orang iseng, tapi heii, itu sekitar pukul 23.00 WIB. Siapa yang mau iseng jam segitu? Warga desa saja jam 8 malam sudah tidur. Tapi ya udah, kami berusaha positif thingking aja.

Kegiatan hari ini kami akan membantu aparat desa mengelola web desa, sebagian lagi ikut bapak-bapak menuju kandang ayam milik desa dan membersihkannya.

Hari ini kebetulan malam Minggu. Kami berencana akan pergi jalan-jalan ke kota sebelah, tapi aku memutuskan tidak ikut, karena aku dan sahabatku, Risa, ingin ke kota lain (kiri: kota X, kanan: kota Y). Teman yang lain mengijinkan.

Aku sudah bersiap-siap sedari tadi. Ternyata, kak Zuma tidak ikut jalan bareng yang lain karena sakit gigi dan demam. Sebenarnya kami ragu meninggalkannya sendirian, tapi kak Zuma mengatakan tak apa-apa. Berpisahlah kami di persimpangan. Temanku ke arah kiri dan aku ke arah kanan.

Disepanjang perjalanan, aku dan Risa bercerita banyak hal. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke kota Y. Kami kebingungan akan singgah kemana dan berakhir kami mampir ke warung makan.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Risa.

"Emmm.. Bakso aja deh, soalnya di desa ga ada yang jual bakso" ucapku.

Risa segera memesan pesananku dan dirinya. Selagi menunggu pesanan datang, kami mengobrol.

"Gimana? Ngeri kan jalan desa KKN kami?" tanyaku.

"Ngeri banget tau! Kamu berani banget sih, Vit" jawab Risa.

"Ya harus berani, kalo ga berani kita ga bisa keluar gini, terus kalo air minum abis gimana hehe" ucapku.

Tadi, aku dan Risa, setelah menjemput Risa pastinya, aku mengajaknya mengunjungi desa KKN kami sekaligus aku membawakan obat untuk kak Zuma.

Pesanan kami datang, terjedalah obrolan kami. Baksonya lumayan enak. Setelah makan, kami memutuskan untuk pulang. Gilaa!! Jalanan sepi dong. Jarak antar rumah warga juga cukup jauh, jalanan yang sedikit kecil dan curam serta gelap, memacu adrenalin kami.

Huhh, di dekat bundaran, banyak sekali pemuda-pemuda. Aku memutuskan untuk mengebut, takut kami dikejar. Waspada tak apa bukan?

Aku singgah di posko KKN Risa. Teman sekelompoknya baik-baik semua. Mereka menerima kedatanganku dengan senang hati. Karena aku kebelet pipis, aku meminta Risa menunjukkan letak toiletnya. Risa menemaniku.

Aku terkejut melihat keadaan toilet mereka, jika aku membandingkannya, ternyata toilet kami lebih bagus dan bersih. Cepat-cepat aku buang air. Tak sengaja aku menoleh ke arah belakang (ventilasinya tuh kalo kita liat bakal langsung ke arah hutan gitu). Sekelebat bayangan lewat. Aku berpura-pura tak melihat dan segera keluar dari toilet.

"Agak serem ya toilet kalian, Ris"

"Hehe, emang"

Aku hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban Risa. Lagi, aku melihat bayangan orang di ujung tangga. Risa menyadari arah tatapanku dan segera menarik tanganku.

"Abaikan aja, Vit"

Aku hanya mengangguk. Saat aku ingin pulang, hujan turun dengan lebatnya.

"Aih, gimana aku balik nih?"

"Nginep aja, Vit, daripada entar sakit"

Tentu saja aku tak mau. Aku memikirkan posko anak perempuan. Tidak ada yang menjaganya. Kalao posko anak laki-laki sih kak Zuma yang jaga. Teman-teman Risa juga menyarankan aku untuk menginap, tapi aku hanya menjawab dengan senyuman.

"Yaudah kalo kamu gamau nginep, tunggu hujan agak reda baru kamu pulang"

Aku mengangguk sebagai jawaban. Aku ingat betul, hujan tak berhenti. Waktu menunjukkan pukul 00.02 WIB. Aku memutuskan untuk pulang.

"Ris, aku pulang aja ya. Ga enak kalo aku lama-lama disini, mana posko cewek ga ada yang jaga"

"Tapi masih ujan, Vit"

"Gapapa... Cuma ujan air, bukan ujan peluru wkwk"

"Dih, malah becanda. Ntar sakit loh"

"Udah gapapa. Kasian juga kak Zuma sendirian"

"Emang keras kepala mah kamu. Mau dianterin sama temen cowok kami gak?"

"Engga usah. Gamau ngerepotin"

"Tapi kamu cewek, Vita. Lagian jalan ke desamu itu sepi dan gelap, ditambah kondisi ujan lagi"

"Aku bukan cewek penakut, Ris. Udah, kamu tenang aja, ntar aku kabarin kalo aku udah sampai"

Risa mengalah dan membiarkanku pergi. Sebenarnya, aku sudah menghubungi teman lain di kota Y, tapi ternyata di sana juga hujan lebat. Jarak antara kota Y dan desa kami juga jauh. Untuk itulah aku memutuskan pulang.

Sejujurnya aku sedikit takut, tapi ketakutanku terkalahkan dengan keinginanku untuk pulang. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya aku berdoa, sampai akhirnya aku tiba di posko.

Segera aku membuka pintu dan berganti baju lalu beristirahat. Tak sampai 5 menit aku di dalam kamar tidur, aku merasa ada yang menemaniku. Aku keluar dan berjalan keliling dari dapur sampai depan posko kemudian masuk lagi dalam kamar tidur. Karena aku merasa tak nyaman, aku segera pergi ke posko laki-laki. Ku ketuk pintu Balai Desa sekuat tenaga, ada sekitar 3x aku mengulangi ketukanku yang mulai brutal.

Akhirnya kak Zuma membukakan pintu.

"Lama banget sih kak bukain pintu!"

"Maaf. Ga kedengaran, hujan lebat banget tau di luar. Kamu ngapain ke sini?"

"Hadeh... Aku takut kak sendirian di Polindes. Tadi mau tidur malah kayak ada yang nemenin"

"Oh. Yaudah, kamu di sini aja. Yang lain belum balik?"

"Belum. Kejebak hujan"

"Tunggu aja mereka di sini"

Sekitar pukul 3 pagi baru teman-teman datang. Basah kuyup dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sia menjemputku dan pergi ke Polindes.

Pengalaman Saat KKN (Agak Horror)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang