02. HUJAN & SENJA (MARKAS REVIANO AGLER GANG)

37 7 0
                                    

Hai i'm comeback seperti janji-janji Author Zevan buat kalian.

Untuk para ZETA udah siap?

Udah vote? Kalau belum di vote dulu.

Jangan lupa komentarnya ya para ZETA.

Dan jangan lupa follow akun Author.

***

Pagi, pukul 8. Seluruh inti Reviano Agler baru sampai di depan gerbang sekolah yang sudah di tutup rapat. Terlambat. Hampir setiap saat jika ke enam inti gang ini jika sudah bertemu. Zevan mengode ke arah Aksa agar mau di buka oleh satpam.

Aksa berjalan turun dari motornya dan menempelkan tubuhnya di pagar sekolah. "Pak satpam buka gerbangnya Reviano mau lewat," ucap Aksa dengan sedikit keras.

Satpam tersebut berjalan ke arah Aksa setelah mendapatkan sedikit teriakan dari siswa sekolah SMA HARRISON. "Udah ke berapa kali kalian terlambat? Saya gak buka gerbang buat kalian. Mending pulang," usir satpam.

"Pak satpam jahat amat sama Reviano. Awas nanti di bunuh Zevan loh pak." Aksa menakut-nakuti satpam.

"Saya gak peduli. Mending kalian pergi," ucap satpam yang terus mendesak mengusir seluruh anak Reviano.

Zevan turun dari motor miliknya, setelah melihat interaksi Aksa yang tidak membuahkan hasil. Berjalan ke arah pagar dengan wajah yang datar, kedua tangan di masukkan di saku jaket kebanggaan Reviano Agler.

"Buka pagarnya." Zevan mengatakan hal tersebut dengan lembut. Laki-laki itu tak mau adu otot untuk pagi ini.

"Gak bisa!" ucap satpam tersebut dengan penuh tekanan.

"Mau mati lo? Buka." Amarah Zevan hampir memuncak. Wajahnya memerah, dan tangan yang terkepal.

Satpam yang merasa ini bukan waktu yang tepat untuk melawan sang ketua Reviano, langsung membukanya tanpa melawan ucapan Zevan yang tatapannya seperti ingin membunuh dirinya.

"Bikin susah orang aja." Zevan kembali ke motor miliknya dan membawanya dengan menggas di hadapan satpam tersebut.

Seluruh anggota Reviano pergi ke rooftop sekolah, setelah memarkirkan motor mereka masing-masing.

"Besok ujian semester lo udah pada belajar?" tanya Stefanus. Stefanus-sipria yang paling pintar dari seluruh inti Reviano.

"Gue malas belajar. Belajar cuman buat nambah beban pikiran doang. Yang ada gue bukan nambah pintar malah di bikin mati kepusingan," keluh Garvin-siceroboh yang selalu nyusahin orang.

"Kalau gue belajar. Demi dapat ranking satu," sahut Stefanus dengan sombong.

"Kalau gue mending gak usah ngerti kali tentang ilmu pengetahuan umum mending ilmu agama yang gua pelajari," jawab Allard-sipaling-paling soleha. Katanya.

"KALAU GUE MENDING BELAJAR MENDAPATI HATI PARA GADIS. CHUAKS," teriak Aksa-buaya yang terlepas dari kandangnya.

Seluruh inti Reviano Agler memberi pendapat tentang pertanyaan dari Stefanus. Berbeda dengan Denzel-si kutub yang tak mau bergabung dalam hal pembicaraan apapun. Keempat anggota inti Reviano Agler menatap ke arah Denzel dengan tatapan mengintimidasi.

"Apa lo semua! Mending jaga mata lo masing-masing sebelum gue congkel dari tempatnya," ucap Denzel mengespresikan wajahnya datar tanpa senyuman.

"Hehehe kita bercanda kali Zel. Jangan esmosi gitu," canda Aksa yang mendapatkan pukulan di perutnya yang begitu keras. "Parah lo Ezel bangsat! Sakit anjing!" pekik remaja laki-laki tersebut.

ZEVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang