01. HUJAN & SENJA (PROLOG)

74 7 0
                                    

Hai semua. Ini cerita pertamaku, jadi mungkin kalau ada typo atau apa gitu bisa di tulis di kolom komentar dan jangan lupa tekan vote dan komen biar aku semangat terus nulisnya.

Thank you all.

***

"Gue benci lo Grahita. Tapi gue cinta," mengusap wajahnya dengan kasar dan menghembus dengan kasar nafasnya.

***

"Mau mati lo?" tanya remaja laki-laki tersebut dengan tatapan mengintimidasi.

***

"Hujan," panggil seorang gadis dengan antusias.

"Senja," sahut pria tersebut dengan tak kalah semangat.

***

"Mana janjinya? Udah 1 minggu lebih gak di tepatin," gadis tersebut berjalan lesu ke arah pintu rumahnya.

***

"GUE BENCI KEBOHONGAN KALIAN SEMUA! GUE BENCI!!!"

***

Malam yang begitu dingin, langit yang dihiasi bulan dan bintang. Angin yang terus menerpa kulit Zevan-yang duduk di balkon kamarnya. Menatap kosong ke arah depan tanpa peduli dengan petir yang mampu membuat siapa pun ketakutan dan merinding. Hanya satu yang dipikirkannya, apa jawaban dari semua teka teki hidup ini?

Berjalan ke dalam menuju kasur empuknya, menduduki tubuhnya dengan kasar. "Gue benci sama lo Grahita. Tapi gue cinta, gimana dong?" Zevan terus bergelut dengan pikiran dan hatinya yang memiliki dua pendapat yang berbeda.

"Solusinya mending gue mati aja. Malas mikirin hidup yang penuh dengan tanda tanya." Zevan membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya secara perlahan sebelum semua menjadi gelap.

Brukkk

Pukul 3 pagi, Zevan terjatuh dari kasur miliknya dengan kasar yang menyebabkan dirinya kesakitan yang menyelimuti tubuhnya. "Anjinglah. Malah jatuh pula," ucap Zevan kesal.

Bangkit dari lantai tempat dirinya terjatuh dan mengambil ponsel di atas meja belajar miliknya. Membuka room chat miliknya.

REVIANO AGLER

Zevan :

Gue tidur di markas.

REVIANO AGLER adalah rumah kedua bagi sekumpulan anak-anak remaja yang mengikuti komunitas gang tersebut.

Zevan bersiap mengambil jaket kebanggaan milik Reviano Agler. Dengan gagahnya, Zevan berjalan dengan penuh kharisma yang mampu membuat siapa pun jatuh cinta melihatnya. Membawa motor kebanggaannya keluar dari pekarangan rumah dan membawanya dia atas kecepatan rata-rata. Sepi, sunyi, dan gelap.

Tit tit

Zevan turun dari motor miliknya, setelah memarkirkannya di antara motor milik anak Reviano lainnya. Berjalan menuju ke arah pintu markas dan menunjukkan wajah tanpa ekspresi.

"Woi Zev. Tumben lo datang pagi-pagi," ucap salah seorang dari kelima inti Reviano yang menunggu Zevan datang.

Zevan menatap ke arah Aksa. "Suka-suka gue. Bukan urusan lo."

Aksa-sipria paling dramatis yang suka mempermainkan hati wanita di sekolahnya. "Gue nanya. Santai aja kali."

Zevan berjalan ke arah sebuah sofa dan menatap ke jendela serta menghidupkan sebatang rokok yang berada di antara sela-sela jarinya. Menghisapnya dan menghembuskannya ke wajah milik Aksa.

"Uhuk," batuknya. "ZEVAN BANGSAT!" teriak Aksa kesal. Zevan melihat sekilas wajah Aksa yang tampak kesal dan marah. "Batuk? Baygon sana," usir Zevan.

"BAYGON MATAMU!" ucap Aksa lantang dengan mata yang sinis ke arah Zevan. "Bukannya minta maaf, malah nawarin yang lain. Bukannya nawarin diri buat minta maaf," lanjutnya.

"Hm."

Seluruh inti anggota Reviano lelah jika sudah berhadapan dengan bos batu. Belum lagi Denzel-si kutub yang hampir memiliki sikap yang sama dengan Zevan.

"Gua benci lo Grahita," gumam Zevan saat ini.

***


Teman-teman terus baca cerita aku sampai habis ya. Aku jamin gak bakal nyesel.

BYE PARA ZETA.... (Nama untuk para readers Zevan)

Spoiler? Eh gak boleh nanti gak asik ceritanya. Di tunggu ya byeee ZETA.

ZEVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang