Bab 2

19 3 0
                                    


Litha terdiam santai membaca materi perkuliahan melalui ponselnya. Telinganya tersumpal earphone yang tersambung dengan beberapa lagu favoritnya. Sesekali matanya menatap beberapa kali ke jalanan. Letak kontrakannya yang berada masih disekitar kampusnya membuatnya banyak melihat mahasiswa yang juga berangkat ke kampus.

Ia melirik jam di ponselnya. Jelas-jelas ia tau kalau ia harus berangkat sekarang kalau tidak mau terlambat. Tapi yang saat ini ia lakukan justru sebaliknya. Litha duduk santai dengan pakaian rapihnya menunggu kedatangan seseorang sambil membaca materinya nanti.

Selalu. Setiap kelas pagi ia selalu menunggu seseorang dimenit terakhirnya berangkat. Seseorang yang janjinya akan mengantarnya ke kampus meskipun tidurnya kebo bukan main. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Orang yang sedari tadi diam-diam dimakinya datang dengan motor kebanggannya dan wajah bangun tidur khasnya.

Gadis itu tersenyum kecil sebelum matanya menyipit kesal saat pria itu menyisir rambutnya yang kacau dengan tangan. Ia melirik beberapa orang lewat yang menatap terang-terangan pria bertato itu. Seakan tak memedulikan wajahnya yang jelas belum dicuci, mata mereka langsung tertuju pada lengan kirinya yang full tato dan wajah tampannya.

"Telat lagi ya gua?"

Alis Lalitha mengangkat sebal entah karena apa. "Selalu bukan?"

Jarot nyengir lucu membuat Litha mendesah kesal. "Sori."

Litha terdiam menatap Jarot yang memjit alisnya pening. Ia masuk kedalam sebentar mengambil jaket pria itu sebelum keluar kembali. Dipakaikannya jaket itu pada si empunya tak memedulikannya yang melongo bingung.

"Pagi-pagi kalau kemana-mana tuh pake jaket. Dingin tau," ujar Litha tajam sambil matanya menatap orang-orang tadi yang mendecih sebal. Bibirnya tersenyum miring sebelum ia tatap Jarot.

"Tadi buru-buru, ci."

"Semalem tidur jam berapa?" Tanya Litha sambil tangannya bergerak merapihkan rambut Jarot.

Pria itu sedikit membungkukkan tubuhnya agar memudahkan cicinya itu. Jarot hanya diam menurut saat Litha bergerak meraih ikat rambut miliknya dan diikatnya rambut gondrong Jarot. Pria itu diam memejamkan matanya kembali mengantuk karena nyaman dengan sentuhan tangan Litha.

"Jam 4 pagi deh kalo gak salah?"

Gadis itu menghela napas sebal sambil tangannya membersihkan kotoran mata yang masih ada di mata Jarot. "Masih susah tidur kah?"

Jarot mengangguk lucu membuat Litha mengecup rahangnya gemas.

"Yaudah nanti tidur lagi aja abis anterin gue."

"Oke, cici."

■■■

Mereka memasuki kawasan kampus dengan motor  Jarot yang sontak membuat mereka menjadi pusat perhatian. Litha yang posisinya memeluk Jarot hendak melepaskan pelukannya sebelum tangan Jarot menahannya.

Segera setelah motor itu terhenti, ia langsung turun. Hendak tangannya melepaskan helm sebelum Jarot merebutnya dan melakukannya. Ditatapnya pria itu lekat dengan jarak yang dekat.

Pria itu sibuk dengan dirinya tanpa memedulikan mereka yang diam-diam menjadi pusat perhatian. Tak dipedulikannya juga penampilan pria itu yang masih memakai sendal selop dengan celana training yang tak cocok dengan jaket kulitnya. 

"Safety belt gaboleh dilepas sebelum motor berhenti ci," ujar Jarot dengan nada serius membuat Litha berdecih.

"Buaya."

My Universe Where stories live. Discover now