Nona Muda Dixon.Erick menghela napas lega. Akhirnya setelah beberapa hari berada di kereta kuda, mereka kini hampir sampai di kediaman Dixon. Pemuda itu sungguh menyesal ketika memutuskan langsung meninggalkan Brokerlyn setelah persidangan. Alhasil ia harus merasakan lelah yang berkali-kali lipat karena kurang istirahat.
"Tubuhku terasa begitu keram."
Cale menatap tuan mudanya yang kembali mengeluh untuk kesekian kali, pria itu menggeleng pelan ia tidak mungkin meminta kusir menghentikan kereta kuda mereka lagi.
"Kita sudah hampir sampai, Tuan Muda. Bertahanlah beberapa menit saja. Setelah kita berada di kediaman, Anda bisa beristirahat selama mungkin nantinya."
Mata Erick memutar bosan, ia bahkan mengdengkus kesal.
"Mana mungkin bisa begitu? Harusnya kau juga paham, Cale. Saat kita sampai di kediaman, pertama yang akan kita dengar tentu saja ocehan Emma."
"Bagaimanapun, Anda sudah menukarkan Nona Emma dengan surat perintah dan cap kekaisaran. Menurut saya ia patut untuk marah."
Kata-kata Cale membuat Erick meringis dengan rasa bersalah. Sepertinya ia benar-benar tidak bisa lari dari hukuman yang akan segera dijatuhkan kakaknya.
"Apakah ... Nona Emma itu orang yang menakutkan?"
Dua pasang mata itu mengerjap bersamaan ketika mendengar pertanyaan barusan, sedetik kemudian satu orang dari mereka menggeleng dan satunya lagi menganggukkan kepala. Cale menghela napas, ketika melihat raut wajah gadis yang duduk di depannya kini tengah menatap dengan kebingungan.
"Nona Hellena, tidak ada yang perlu kau takutkan. Meski Tuan muda berkata bahwa kakaknya seperti monster sekali pun, pada akhirnya itu kadang hanya khayalan belaka."
Erick menatap tidak percaya pada apa yang sudah pelayan pribadinya katakan. Di mana-mana yang namanya bawahan biasanya akan menyanjung tuannya, tapi Cale adalah jenis yang berbeda. Bahkan kerap kali pria itu dengan mudah menjatuhkan harga diri tuannya. Hal tersebut kadang juga membuat Erick bertanya-tanya terkait kesetiaan pelayannya yang entah pada siapa.
Hellena mengangguk, tapi raut wajah murungnya tidak bisa berbohong akan hal itu. Ia belum pernah melayani seseorang sebelumnya. Jadi wajar ketika akhirnya Erick membawa serta dirinya, hal tersebut membuat si gadis kepikiran. Ia takut mengecewakan semua orang. Bukan hanya tuan muda barunya, melainkan juga Nona muda yang sepertinya memiliki kekuasaan penuh sebagai kepala keluarga.
Mata Erick menatap ke arah luar jendela kereta, ia jelas tahu kecemasan yang Hellena rasakan. Hanya saja pemuda itu tidak mengerti harus berbuat apa, sekali lagi ia terlalu awam dengan gadis maupun wanita selain kakaknya. Sedangkan seperti yang ia tahu, Emma merupakan salah satu yang paling berbeda dengan orang-orang di luar sana.
"Aku hanya bisa mengatakan satu hal. Emma adalah orang selain kami yang dapat dipercaya. Meski kadang tidak bisa ditebak, tapi ia tidak akan membiarkan orang-orangnya terluka dengan begitu mudah."
Wajah Hellena mendongak, ia menatap tuan mudanya yang kini sedang melihat jalanan. Pemuda tersebut tidak menghadapnya, tapi gadis itu yakin bahwa perkataan barusan adalah jawaban untuknya. Ia menghela napas lega, ada sedikit kehangatan yang di rasa. Seperti menemukan sesuatu yang hilang, hanya saja belum diketahui tentang hal apa.
Tanpa sadar, kereta kuda yang mereka naiki mulai berjalan perlahan karena sudah memasuki pemukiman. Beberapa orang terlihat menyapa dengan ramah, bahkan ada uga yang menundukkan kepala sebagai tAnda salam hormat.
"Ah! Itu tuan Erick."
"Wuah benar, tuan Erick! Lihat kemari."
"Akhirnya tuan Erick pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Zodiac
FantasyDitemukan mayat tanpa jantung yang menggemparkan seluruh kota dan jadi topik paling fenomenal. Beberapa orang menduga, pembunuhan dilakukan oleh sekelompok bandit yang lewat. Sebagian lagi menerka, pembunuhan dilakukan oleh seorang penyihir yang me...