☆ Chapter 19 (S2) ☆

314 39 0
                                    

PIDATO SINGKAT DARI AUTHOR:

Hai haii, siapa yang kangen book ini??
Aku lupa aku pernah bilang ke kalian bakal lanjutin book ini kalo udah ada ide. Aku janji di s2 ini bakal menyajikan cerita yang lebih berkualitas secara bahasa, penulisan, dan alur (karena jujur aja aku sendiri ngerasa cringe pas baca chap² sebelumnya). I've learned a lot about writing. Dan maaf banget sekali lagi karena ending s1 yang tidak memuaskan. Aku juga membuat konsep baru untuk season 2, yaitu semi-socmed, jadi tidak hanya narasi, namun ada selipan tampilan sosial media.
So, lets get started!

So, lets get started!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*✧ ───────── ✧*

Pukul 08.00 pagi, di mana seharusnya manusia sudah beranjak dari mimpi indah dan memulai aktivitas sehari-harinya. Namun, seorang mahasiswa yang sedang libur semester ini justru masih berkutat di alam mimpi.

Hwang Hyunjin namanya.

"Hey, Hyunjin! Bangun! Dasar kebo, lihat sekarang jam berapa!" Yeji mendobrak pintu kamar saudara kembarnya (yang sebenarnya tidak dikunci) sembari membangunkan saudaranya tersebut. "Rajin banget, tumben," Hyunjin malah menggoda Yeji yang menyebabkan Yeji naik darah dan melayangkan tatapan tajam kepada Hyunjin. Walaupun masih dalam keadaan setengah sadar, Hyunjin masih bisa melihat tatapan setajam silet Yeji yang mengarah kepadanya. Artinya, Yeji menyuruh Hyunjin untuk segera mandi dan sarapan. Hyunjin pun segera menuju kamar mandi sebelum hal-hal brutal lainnya terjadi.

Setelah selesai mandi, Hyunjin menuju ke dapur apartemen tempatnya dan Yeji tinggal. Mereka memang memilih untuk tinggal berdua saja di apartemen semenjak masuk kuliah dengan alasan melatih kemandirian. Begitu sampai di dapur, wangi masakan Yeji langsung menusuk indra penciuman Hyunjin.

"Wangi banget, masak apa kamu?" Hyunjin langsung duduk di meja makan dan menunggu masakan Yeji matang. "Cuma ayam kecap aja, kok. Nothing special," jawab Yeji singkat. Hyunjin yang perutnya sudah keroncongan pun mencari makanan ringan apapun yang dapat digunakan untuk mengganjal perutnya. Namun hasilnya nihil, karena mereka memang belum belanja bulanan. Untung saja, lima menit kemudian Yeji akhirnya menaruh sepiring ayam kecap di meja makan, dengan hidangan pelengkap yaitu tempe goreng dan tumis kol.

"Ji, nanti jadi belanja bulanan, kan?" Hyunjin bertanya sambil menggigit tempe goreng di tangannya. "Iya, ntar pake mobil lo aja," jawab Yeji. Hyunjin hanya mengangguk-angguk karena ia fokus menyantap ayam kecap yang ada di piringnya.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua sudah selesai sarapan dan bersiap ke supermarket untuk belanja bulanan. Hyunjin sudah selesai bersiap duluan, lalu ia menunggu di ruang tengah dan membuka ponselnya. Sayangnya, notifikasi yang diharapkan Hyunjin belum juga muncul. Felix belum juga membalas chat-nya, padahal, Felix cukup sulit dihubungi sekarang karena kesibukannya. Maka dari itu, jarang-jarang ia dapat menghubungi Felix, dan setiap ada kesempatan, pasti ia pakai untuk menghubungi kekasihnya itu. Namun, kali ini Hyunjin sedang tidak beruntung karena mungkin Felix sedang sangat sibuk.

Brother || Hyunlix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang