◾ Chapter | 24

673 33 4
                                    

••••

"APA YANG KAU LAKUKAN HAH?" Kay memegang tangan Jillian yang tertancap pisau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"APA YANG KAU LAKUKAN HAH?" Kay memegang tangan Jillian yang tertancap pisau. Ketika pisau itu akan di tusukkan, wanita itu memilih untuk melindungi Kay dengan tangannya sendiri hingga menjadi korban.

Jillian terdiam melihat tangan kirinya yang tertancap pisau, lalu beralih pada Kay yang berusaha menghentikan darah yang mengalir. Ekspresinya datar, tidak menunjukkan emosi apapun. Bahkan dia tidak terlihat kesakitan sama sekali. Jika pisau itu di cabut Kay yakin jika darahnya akan semakin banyak keluar.

"Kenapa kau bertindak bodoh seperti ini hah!" Kay menatap Jillian dengan tajam. Berusaha menghentikan darah yang mengalir meskipun percuma. Meskipun sudah terbiasa dengan darah tapi Kay tidak terima jika darah itu keluar dari tubuh wanitanya apalagi dengan sengaja.

"A-aku," Jillian kehilangan kata-katanya karena pandangannya tiba-tiba memberat membuat tubuhnya hampir kehilangan keseimbangan jika Kay tidak menahannya. Pandangannya memburam, rasa sakit di tangannya mulai terasa.

"Jangan dulu tutup matamu." Kay menggendong Jillian lalu memasukkannya ke mobil menuju rumah sakit terdekat. Tidak lupa Kay menghubungi Akira jika Jillian sudah ditemukan.

Jillian bisa melihat wajah Kay yang terlihat kalut. Apakah dia peduli padanya? "Kay.. ibumu," ujarnya dengan lirih di ambang kesadarannya.

"Dia baik-baik saja." Meskipun terlihat enggan, Kay membalas ucapannya. Ada apa sebenarnya? Kenapa pria itu terlihat tidak suka membahasnya. Apakah ada hal yang dia sembunyikan. Tapi jika dipikir-pikir lagi dia tidak tahu apapun tentang Kay. Dia terlalu diam.

Jillian tersenyum lega, "Syukurlah." Dan setelahnya matanya tertutup sempurna membuat Kay menambah lagi kecepatan mobilnya. Tangannya tidak terlepas sedikitpun dari tangan Jillian yang masih tertancap pisau.

Saat di pesawat tadi, Kay sempat kehilangan komunikasi dengan Jillian membuatnya mengamuk dan hampir mengacaukan seisi pesawat jika saja Akira tidak menenangkannya. Entah kemana perginya sifat tenang Kay karena tadi dia seperti orang yang kesetanan.

Di tengah-tengah ketegangan, anak buahnya mengatakan jika Jillian bisa di hubungi lagi membuat Kay lega bukan main. Dengan segera bicara padanya meskipun butuh beberapa waktu untuk Jillian menjawabnya.

Hal pertama yang Kay dengar adalah tangisan menyayat dari Jillian membuatnya mengeraskan rahangnya. Kedua tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.

"Jillian, hei ini aku." Panggil Kay berusaha menenangkan Jillian.

"K-kay ini kau?"

"Ya sayang." Kay terus berusaha menenangkan Jillian yang terus menangis.

"Kay...aku takut dia bilang aku- bunuhmu, j-jika tidak ibu," meskipun ucapan Jillian terbata-bata dan sulit dimengerti orang lain tapi Kay langsung menangkap apa maksudnya.

LABYRINTHINE [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang