Sera tertawa kecil seperti bercanda, "keinginan ku sangatlah spesial dan penting untuk mu terima, keinginan ku adalah Aku ingin kamu mau berteman dengan ku, Saga."
Saga tertawa kecil mendengarkannya, entah keberanian datangnya dari mana berani bertanya ingin berteman dengannya.
Saga menjawab, "itu hanya ada dalam mimpimu."
Sera memainkan bibir, "kamu seharusnya mengabulkan keinginan ku, aku tidak meminta balas budi yang berat, aku hanya ingin berteman dengan mu, Saga."
Pikiran Saga kembali kepada para manusia yang tega dan keji menewaskan bangsa dan keluarganya, hingga tidak menyisakan satu pun. Saga hanyalah hidup karena keberuntungan yang di berikan oleh kedua orang tuanya. Dia mulai membenci keberadaan manusia kecil yang ada di hidupkan nya, entah dia benar-benar polos atau tidak mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh makhluk seperti mereka. Seorang makhluk yang telah menewaskan para duyung yang sering dianggap pembawa sial atau makhluk rendahan yang terkutuk.
Kemudian rasa kebingungan mendatangi Sera, dia hanyalah anak tunggal dan tidak mengenal apa itu teman dalam kalangan lingkungannya. Kebingungan Sera akhirnya mendatangkan sebuah arah, "bisakah kamu tetap berada di sekitar sini Saga, setiap hari saat menjelang sore aku akan mendatangi mu dengan perahu ku, lama kelamaan kamu pasti dapat menjadikan ku sebagai teman."
Saga tidak menjawab nya dia meninggal kan Sera di tengah tengah lautan berada di atas perahu nya. Sera duduk terdiam di atas perahu pikiran nya terasa kusut, entah darimana dia memiliki salah sehingga Saga tidak mau berteman dengan nya. Apakah dengan menemukannya juga menjadi kunci jawaban, kenapa dia selalu dikucilkan oleh kalangan lingkungan tempat tinggalnya.
Sera terus menerus memandang ke arah lautan yang sekarang tampak tenang, hamparan air laut yang luas serta suara kicauan burung di atasnya semakin menunjukkan tempat ini tak berpenghuni. Mata Sera tidak lagi menangkap diri Saga yang terendam dalam laut, seolah sebelumnya kehadiran Saga itu tidak ada.
•••
Keesokan harinya Sera mulai mendatangi lautan tempat sebelum dia bertemu Saga. Namun Saga tidak bertemu dirinya, lalu lusanya lagi juga sama. Begitu pun hari hari berikutnya sampai seminggu telah berlalu. Ketika sore hari Sera hanya memandangi lautan yang tenang. Sera akhirnya kembali pulang ketika matahari terbenam.
Seandainya saja Sera mengetahui bahwa Saga telah memperhatikan Sera sebelumnya. Mungkin Sera bisa kembali pulang dengan raut wajah sumringah di saat sore hari itu. Saga mulai penasaran dengan Sera bukan berarti itu menunjukkan keinginan berteman dengan Sera, namun Saga ingin mengetahui kehidupan Sera di tempat tinggalnya Sera.
Dari bawah permukaan laut Saga mengikuti perahu Sera berlayar. Perahu itu terus saja berlayar mengikuti arah angin menunjuk ke arah selatan sampai mendekati sebuah pulau terpencil yang sebenarnya Saga belum mengetahui.
Perahu Sera berhenti di pinggiran pantai, Saga bersembunyi di bebatuan karang berukuran besar. Turun dari perahu, entah kenapa Saga merasakan perubahan pada diri Sera. Manusia kecil itu terlihat tidak seperti biasanya, memang ketika menunggunya di tengah lautan Sera terlihat kosong namun di matanya masih terlihat binar-binar harapan. Dan sebagai duyung insting dan indra mereka jauh lebih peka daripada manusia. Yang di lihat Saga sekarang adalah Sera kosong tanpa ada kehidupan seorang anak kecil.
Saga kemudian melihat Sera di dekati oleh seseorang manusia yang sudah dewasa, seseorang pria paruh baya yang ditangannya memegang sebuah botol minuman. Saga mulai merasa tidak nyaman dengan kehadiran manusia paruh baya itu, dia juga mulai yakin bahwa Sera tidak nyaman dengan kehadiran manusia paruh baya itu. Namun ketika manusia paruh baya menarik tangan Sera, dia tidak menolaknya dan Sera seakan hanya terlihat pasrah seolah-olah hal itu sering terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Rose In The Ocean
FantasySejak kecil, Sagara melihat kenyataan pahit kehilangan keluarga dan bangsanya. Tentunya aksi itu dilakukan oleh para manusia kejam.