Counsel

22 3 0
                                    

Beberapa hari kemudian, Saga tetap mendatangi pantai tempat Sera tinggal dengan menghindari kapal, perahu dan para manusia lain. Dia berhati-hati mencari tempat untuk persembunyian seperti di bebatuan karang yang bertumbuk tinggi. Selama hari hari itu Saga tidak menemukan keberadaan Sera mendekati pantai namun hari ini berbeda.

Akhirnya Sera datang, "...."

Terlihat tubuh Sera sekarang semakin kurus, namun luka lebam di tubuhnya sudah menghilang. Dia berjalan perlahan mendekati pesisir pantai, ombak ombak kecil mulai menyapu pergelangan kakinya. Saga memanggil sera dengan kekuatannya melalui telepati.

"Manusia kecil," lirih Saga melalui telepati nya.

Sera akhirnya menoleh kearah asal panggilan. Dia hanya bisa melihat sebuah tangan melambai-lambai kepadanya dari balik batu karang. Sera mulai mendekatinya dengan berjalan perlahan-lahan. Kemudian terkejut orang yang melambai itu ternyata Saga.

Sera berjongkok dan kemudian memberikan peringatan kepada Saga.

"Kenapa kamu masih ada di sini, Saga? Apakah kamu tidak tahu bahwa pantai adalah tempat yang berbahaya untukmu."

Saga sebenarnya mengetahui itu semua, namun lebih dari itu apa yang sedang terjadi pada Sera membuatnya lebih penasaran.

Lalu Saga pun balik bertanya, "lalu kenapa kamu terlihat kurus tidak seperti biasanya, apa sesuatu mengganggu pikiranmu?"

Sera pun terdiam tanpa menjawab.

Tapi Saga mendesahnya, "bagaimana kalau kamu pergi dari sini, maksudku pergi dari pulau ini? Aku akan mengajakmu ke tempat ini, itu adalah pulau yang sepi dan hanya di ketahui oleh bangsa duyung, bisa di katakan terpencil dan tidak terjangkau oleh para manusia."

Sera menggelengkan kepala, "mustahil, aku tidak berani kabur, lagi pula sulit berada di tempat lain yang sulit dari keberadaan manusia."

Argumen Sera memang benar, lagi pula Sera masih kecil untuk berpetualang ke tempat lain dengan seekor duyung. Itu adalah rencana yang sulit untuk dilakukan. Pada saat itu Saga tidak berhenti meyakinkan Sera.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi ke pulau lain, dimana tidak banyak para manusia tinggal. Aku bisa memakai kapal."

Saga memperhatikan keadaan Sera yang mengalami luka. Saga mulai berpikir untuk membuat rencana, dia yakin dengan hal itu, "bagaimana kalau masuk kapal dengan cara ilegal. Karena mungkin para awak kapal tidak mungkin membiarkan anak kecil masuk ke kapal dalam keadaan sendirian. Aku bisa mengikuti mu dengan jarak cukup jauh."

Sera menjawab, "akan aku pikirkan lebih dahulu."

Tidak lama kemudian, mereka mengakhiri komunikasi untuk menghindari kecurigaan para manusia. Sera berlari meninggalkan pantai meninggalkan Saga sendiri. Di saat itu Saga berharap mendapatkan jawaban sesuai yang diharapkannya.

•••

Entah kenapa butuh beberapa hari Sera datang kepadanya dengan jawaban yang pasti. Dari kejauhan Saga bisa melihat Sera berlari tergesa-gesa tanpa membawa barang besar. Dia nampak seperti orang kabur hanya membawa kantong yang kemungkinan berisi uang. Hamparan debu sedikit mengotori wajah Sera yang tercampur dengan keringat. Dia berjalan cepat mendekati kapal yang membawa banyak penumpang ke pulau lain.

Dengan pengelihatan yang tajam, Saga bisa melihat air mata Sera  berkaca-kaca seperti orang menangis.
Namun Saga tidak dapat melihat lebih lanjut apa yang terjadi kepada Sera kali ini, hal itu karena tertutup oleh badan kapal yang besar. Sesuatu yang pasti mungkin telah diketahuinya.

Beberapa menit setelahnya kapal membunyikan sirine, pertanda kapal berangkat. Kapal mulai berlayar meninggalkan pulau dan bermigrasi ke pulau lain.

Saga berkomunikasi lagi dengan Sera melalui telepati, jawaban Sera apakah berhasil memasuki kapal ternyata dia bisa, bahkan tanpa cara ilegal ataupun sulit karena seseorang mau berpura-pura menjadi paman bagi Sera. Hal inilah memudahkan Sera untuk masuk kapal dengan cara ilegal.

Mendengarnya Saga pun membalas, "baiklah aku senang mendengarnya."

Kemudian Sera berceloteh melalui telepati nya mengatakan bahwa paman tersebut sangat ramah dan baik hati. Dia tidak segan menolong walaupun tidak kenal dengan Sera. Mendengarnya dengan seksama Saga sangat senang sambil mengikuti arah kapal berlayar.

Lanjut Sera, "paman itu bermana Dr. Vans. Awalnya aku terkejut mendengar dia adalah dokter diumur 25 tahun. Hebat sekali bukan? Oh, dan sekarang kapal ini berlayar menuju pulau Vernitz. Aku telah mendengar pulau itu dari buku, tempatnya penuh dengan orang-orang  migrasi, sehingga ada berbagai macam orang datang ke pulau itu. Penduduk pulau Vernitz juga ramah, sepertinya perjalanan kita akan menyenangkan."

Saga tersenyum mendengar dari nada yang dikeluarkan Sera terdengar bahagia.

"Sampai di dermaga pulau Vernitz, kamu bisa pergi tanpa bertemu denganku. Kita bisa bertemu di saat hari malam dan tempat yang sepi." Balas Saga.

Tidak ada jawaban dari Sera, sepertinya seseorang sedang ada di dekatnya dan mengajak berkomunikasi. Kemungkinan besar adalah Dr. Vans yang sudah Sera ceritakan sebelumnya.

Saga agak ragu dengan kebaikan yang diberikan Dr. Vans, sehingga Saga pun memberikan nasihat kepada Sera. "Jangan terlalu percaya kepada orang yang baru dikenal. Bisa saja orang-orang itu berbahaya."

Tanpa menunjuk nama Dr. Vans, Sera memberikan jawaban "Ya" untuk menunjukkan dia mengerti.

Perjalanan menuju Pulau Vernitz membutuhkan waktu yang cukup lama, karena jaraknya cukup jauh dan terpencil.

••••

Akhirnya, kapal telah berlabuh di dermaga pulau Vernitz. Pulau itu sesuai dengan buku yang Sera baca,  sangat indah dan menawan, pasirnya putih membentang panjang dan terdapat pohon-pohon pinus  yang berjajar rapi. Banyak sekali orang orang yang terlihat berada, itu mungkin karena kebanyakan dari mereka adalah imigran asli yang datang ke pulau Vernitz. Pulau ini ramai oleh orang yang di jadikan untuk tempat berlalu lalang dari satu pulau ke pulau lain

Setelahnya Sera mengucapkan perpisahan kepada Dr. Vans, tetapi dr Vans menghentikannya, "kamu yakin, bisa hidup sendiri hidup di pulau ini, apa kamu tidak ada keluarga disini?"

Sera menggelengkan kepalanya, "tenang saja aku bisa mengatasinya sendiri,"

Dr Vans kembali berbicara, "aku pernah tinggal di pulau ini selama beberapa tahun, di masa remajaku, aku sangat mengenal tempat ini dengan baik, ku sarankan kamu menginap di tempat yang sama denganku, penginapan Gov. Ayo kita bisa pergi ke sana bersamaan."

Sera sedikit mempertimbangkan saran dr Vans. Menurutnya saran dari dr Vans memang benar namun mengikuti orang asing itu termasuk berbahaya.

Sera menggelengkan kepala, "tidak perlu cemas paman, aku tidak merepotkan mu, lagi pula tujuan kita berbeda di pulau ini, sebenarnya juga kemungkinan aku bisa saja berpindah tempat ke pulau lain yang lebih luas."

Dr Vans tidak memiliki alasan lagi membujuk Sera, pendiriannya telah teguh. Sehingga mengurungkan niat Dr Vans. Mereka berdua berpisah melalui dua jalan yang berlawanan. Sera pergi menuju papan pengumuman pulau Vernitz, di situ terpampang jelas peta pulau Vernitz. Ada beberapa kota dan desa, namun masih bisa di hitung jumlahnya dengan jari.

Sera hanya fokus pada kota tempatnya turun dari dermaga, yaitu kota Venesia.  Sera melirik ke orang samping dan bertanya, "apakah ada salinan peta ini, aku ingin membawanya?"

Orang itu menggelengkan kepalanya, sebagai balasan Sera mengucapkan terima kasih. Dia pun kembali menatap kota Venesia selama beberapa detik, membuat apa yang sedang dia lihat masuk dalam ingatannya paling dalam.

Lalu orang itu melihat penampilan Sera dari atas hingga bawah, dia nampak penasaran dengan anak kecil di hadapannya saat ini, "Kau ingin pergi ke mana, nak?"

Sera terdiam, dia tidak ingin menjawab pertanyaan dari orang tak di kenal. Dia lalu pergi dan melanjutkan perjalanannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Red Rose In The OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang