02 - Pangeran!

6 7 2
                                    


"Permisi, nona." Pelayan itu mengetuk pintu sembari menunggu jawaban Aghnesia. "Nona, jika anda masih bangun saya akan masuk. Ada pesan dari keluarga kerajaan untuk nona."

"Masuklah," jawab Aghnesia. Mendengar jawaban Aghnesia, pelayan itu masuk membawakan surat keluarga kerajaan.

"Jika aku belum menjawab, jangan meracau seperti burung di luar. Itu mengganggu ketenanganku, kau seharusnya diajari lebih banyak untuk menjadi pelayan," ucap Aghnesia beranjak dari tepian kasur menuju meja belajar.

Pelayan itu membungkuk memohon maaf. "Maafkan saya atas kelancangan saya sebelumnya." Pelayan itu menyerahkan surat keluarga kerajaan kepada Aghnesia.

Aghnesia hanya diam tidak menjawab—menerima surat itu. "Sudah diterima, kau boleh keluar," ucap Aghnesia menatap pelayan itu. Pelayan itu mengangguk dan mulai beranjak pergi dari ruangan luas itu.

"Sebentar, apakah pria tua itu sudah tertidur?" tanya Aghnesia berjalan mendekati pelayan itu sambil menyipitkan mata.

Pelayan itu gelisah akan kedatangan Aghnesia yang mendekatinya, dengan perasaan gundah, pelayan itu menjawab. "Ayah anda sudah tertidur di jam 7 tadi, nona," ungkap pelayan itu. Mendengar itu, Aghnesia mengangguk.

"Aku ingin meminta sesuatu padamu, malam ini juga," tutur Aghnesia menatap tajam perempuan itu.

...

"Pangeran sudah datang!! Segera bukakan pagar!"

Hentakan kaki kuda yang menghempas tanah padat mengeluarkan suara, memasuki gerbong besar yang menjulang tinggi berwarna hitam itu. "Apa ini!" kaget pelayan melihat kedatangan pangeran.

"Nona, pangeran datang mengunjungi kediaman Amethyst, saya akan menyiapkan beberapa baju untuk anda," ucap kedua pelayan dengan panik.

"Nona?" curiga pelayan itu karena tidak kunjung mendapat jawaban sang nona. "Tidakkah kita lebih baik memaksa membuka pintu?"

"Tidak, ini berarti nona sedang tidak ingin di ganggu. Kita kabarkan hal ini pada tuan," usul salah satu pelayan itu.

"Tuan sedang tidak ada di kediaman Amethyst untuk beberapa waktu!" ucap Lilis.

𝘒𝘳𝘪𝘪𝘦𝘵

Pintu berwarna cokelat itu perlahan dibuka dari dalam, hembusan angin yang keluar dari pintu itu mengalihkan semua pandangan pelayan.

"𝘒𝘢𝘶!" pekik salah satu pelayan melihat orang yang keluar dari ruangan itu.

"Dimana nona, Fio?" tanya seluruh pelayan, penuh kecurigaan melihat Fio.

Mengapa Pelayan baru bisa masuk ke kamar nona di pagi hari?

Dengan perasaan yang berdesir, Fio menjawab gugup. "N-no-nona ada di dalam," ucap Fio menunjuk perempuan yang sedang tertidur di kasur.

Kelima pelayan itu mulai berdesakkan masuk kekamar Aghnesia, memberi informasi tentang kedatangan pangeran. "Beri tahu, aku tidak bisa menyambutnya dengan baik kali ini. Badanku sedang tidak nyaman," jawab Aghnesia membangkitkan dirinya dengan susah payah.

"Nona?! Apakah nona sakit," kaget Tiara memasuki kamar Aghnesia dengan tergesa-gesa. "Maafkan saya, nona. Saya tidak memperhatikan kondisi nona, seharusnya nona makan malam semalam..." tutur Tiara membungkuk.

"Ya, kalau sudah begini. Kamu, kau sambut pangeran, itupun jika pangeran 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯," perintah Aghnesia menunjuk Fio dengan senyum miringnya.

"Apa?!" pekik seluruh pelayan melihat keputusan Aghnesia. "Nona, dia pelayan baru, tidakkah kau menyuruh Tiara saja, diakan berpengalaman!" ungkap Lilis tidak setuju, dan diangguki seluruh pelayan.

"Ini perintah, jika tidak ingin. Berarti tidak siap," ungkap Aghnesia menatap tajam ke-5 pelayan itu. Mendengar pengungkapan mutlak Aghnesia, mereka tidak bisa berkutik lagi.

"Baik."

Fio berjalan membuka pintu kediaman Amethyst, menyambut kedatangan pria tinggi. Pria dengan wajah tampan, rambut berwarna putih berkilau, dia adalah pangeran. Wajah yang penuh dengan ketampanan itu diam untuk beberapa saat.

"Selamat datang, pangeran." sambut Fio tersenyum. Pangeran itu hanya diam menatap Fio.

"Dimana nona muda yang ada disini?" sang pangeran bertanya, memperhatikan sekeliling.

"Nona sedang tidak enak badan, saya sebagai wakil disini. Pangeran," jawab Fio.

𝘚𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘬𝘶𝘥𝘶𝘨𝘢, 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘬𝘶. 𝘉𝘪𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘪-𝘮𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶, batin pangeran.

"Baiklah, kalau begitu. Ini hadiah untuk nona muda di rumah ini." Pangeran pergi mengibaskkan cloak putihnya, meninggalkan Fio yang mematung.

"Nona muda memang mengerikkan," bisik Fio mengelus dadanya.

...

"Permisi, nona. Tugas sudah diselesaikan, ini hadiah untuk anda nona, dari pangeran," ucap Fio memberikan hadiah dari pangeran.

Lilis dan Tiara hanya diam di samping Aghnesia, menatap Fio dengan saksama.

Aghnesia menerima hadiah itu. Membukanya dengan perlahan. "Tidakkah kau berharap jika barang ini berguna?" ucap Aghnesia menatap tajam hadiah yang diberikan pangeran.

"Sepertinya, pangeran Phillip sangat 𝘵𝘢𝘩𝘶, ya. Dengan barang kesukaanku," tutur Aghnesia menutup matanya dingin.

"Apakah hadiahnya sangat bagus, nona?" tanya Lilis tersenyum menatap sang nona.

"Sangat!" ucap Aghnesia menggeram.

——

"aku ingin tahu, bagaimana reaksi nona muda yang malang itu saat melihat hadiahnya?" tanya Phillip tertawa menatap kearah jendela.

——

"Hah..."

"Tidakkah kau merasa sedang mempermainkanku, pangeran."

"Seenaknya karena kau pangeran, kau kira aku akan tunduk padamu?!"

"Berani sekali mengirim hadiah seperti itu!" desak Aghnesia memukul mejanya, hingga tangannya berdarah.

"Nona, tenanglah. Tangan dan bibir anda sudah berdarah!" ucap Lilis menghentikan aksi Aghnesia.

"Nona! jangan melukai diri sendiri!" tangis Tiara menghentikan Aghnesia yang mengamuk.

Walau begitu...

Amarahku belum juga sirna.





TBC🫶🏼
Vote untuk next chapter📖
Terima Kasih!!

Who's The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang