Bantuan

35 3 3
                                    

Sadar akan dirinya jatuh dalam pesona tempat ini, Angela langsung menoleh kearah pria yang masih setia berdiri disebelahnya. Dia tak lagi merasa takut akan pandangan pria ini. Hanya saja rasanya aneh saat pria ini memandangnya dengan pancaran mata lain yang cukup mengganggu itu.

"Kenapa?" tanya Angela.

"Beautiful"

"Huh?"

Angela memiringkan kepalanya tak mengerti dengan ucapan Dev. Dev tak mengulangi perkataannya dan memilih mengabaikan Angela. Dia berjalan mendekati kaca jendela besar di kamar itu. Pandangan Angela mengikuti arah langkah kaki Dev.

Angela masih belum paham dengan apa yang dilakukan pria ini. Kenapa dia begitu gencar sekali mengejarnya. Sudah dia katakan sebelumnya jika dia tak ingin lagi bertemu dengan lelaki ini. Tapi seperti parasit, dia terus menempel lekat dan sulit untuk dihilangkan. Angela tak menyukainya. Dia membenci pria ini. Dia benci betapa dirinya selalu merasa sesak dan sedih tiap kali melihat Dev. Perasaannya aneh. Tak bisa didefinisikan.

"Sunshine"

Dev berbalik dan menatap Angela. Angela sedikit tersentak saat Dev menatapnya lebih intens. Apa pria ini baru saja memanggilnya 'sunshine'? Apa itu panggilan untuknya atau siapa?

"Tinggallah disini hingga kondisimu membaik"

Ucapan Dev tadi terdengar lembut tapi mutlak. Angela merinding mendengarnya. Dev seakan-akan menunjukkan kuasanya untuk mendominasi gadis kecil seperti Angela. Angela menciut merasakan dominasi Dev. Dia ingin melawan tapi tubuhnya mengkhianati. Angela sungguh ingin memaki Dev sekarang. Dia ingin menyumpah serapahi Dev dengan umpatan yang diajarkan Stev kepadanya. Tapi lidahnya kelu seakan kaku tak bisa digerakan. Melihat mata Dev saja sekarang membuat Angela ketakutan.

"Aku harus memastikan kamu benar-benar sehat"

Ucapan lugas dari Dev itu entah kenapa memantik sesuatu dari dalam diri Angela.

"Mr. Jones, saya sungguh berterima kasih dengan segala perlakuan dan jamuan anda untuk saya"

Dev awalnya kurang menyukai bagaimana Angela memanggilnya. Terdengar sangat formal bahkan kata-katanya juga mempertegas itu. Tapi rasa berterima kasih Angela kepadanya itu tak bisa diabaikan begitu saja. Dev tentu senang membantu Angela.

"Tapi saya bisa menjaga diri saya sendiri. Bisakah anda mengantar saya pulang?"

Senyuman Dev dihatinya meluntur. Raut wajah Dev berubah drastis. Datar dan tak terbaca. Angela sedikit gentar dengan sikap Dev. Ia menjadi waspada.

"Tidak!" tolak Dev keras.

Nada suara Dev sungguh tak terbantahkan. Dia menolak menyetujui permintaan sang cantik. Angela memprotes tindakan Dev. Dia berdiri tapi tubuhnya limbung ke depan. Dev dengan sigap menangkap Angela dan mendudukan kembali ke sofanya.

"Look at you!"

Suara Dev dingin. Rahangnya mengencang hingga urat dilehernya terlihat jelas. Angela tau dia membangunkan sisi iblis dari Dev tapi dia tak mau mengalah. Dia ingin pulang. Sebagus apapun disini tapi tetap saja ini bukan tempatnya.

"Masih saja keras kepala padahal tubuhmu masih lemah begini" hina Dev ketus.

Perkataan itu menohok hati Angela. Dia memang keras kepala. Angela akui itu. Tapi ini bukan tempatnya. Apa yang salah tentang itu?

"Katakan kepada saya, apa yang membuat anda tertarik kepada saya?" tanya Angela berani.

Sebenarnya Angela hanya menduga-duga saja jika Dev mengejar dirinya akan suatu hal. Tentu saja Angela sudah tau rumor dari bujangan kaya Jones ini. Tak pernah terlibat dengan wanita manapun. Bahkan menyentuh mereka juga tak pernah. Bahkan dirinya sendiri sempat mengatainya sebagai gay. Lalu sekarang tiba-tiba saja pria ini memperlakukannya lain.

FALLEN ANGEL (HIASTUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang