Emosi

19 5 0
                                    

Dev menggebrak meja kerjanya dengan keras dan menyapu semua barang diatas meja kerja itu dengan segala amarah yang memuncak. Nafasnya memburu keras dan wajahnya keras dengan urat yang terlihat di sekitar leher dan pelipisnya.

Dev marah. Sangat marah.

Baru saja dia pulang dari club malam untuk mencari sang gadis yang diincarnya tapi kenyataan pahit harus didapatnya. Ia sudah bertindak seperti seorang pahlawan yang datang untuk menyelamatkan sang gadis tapi penolakan dari gadis itu membuat Dev murka. Dev sudah berharap jika gadis itu akan terkesan dengannya saa menyelamatkannya dari pria kurang ajar yang berani menyentuh miliknya. Laki-laki itu pantas mati ditangannya karena tak sopan sudah melecehkan gadisnya.

"Lihat siapa yang marah?"

Ucapan mencemooh itu terlontar dari mulut iblis yang datang tak tepat waktu atau mungkin memang sengaja datang disaat yang tepat agar manusia seperti Dev lebih murka lagi.

Dev tak menanggapi ucapan sang iblis dan memilih mengabaikannya. Jika dia meladeni iblis itu tentu amarahnya akan semakin memuncak.

"Kau tau, aku tadi berada disana. Dan sungguh itu tontonan seru"

Iblis mulai berjalan mondar-mondir didepan meja kerja Dev. Perlahan dan penuh hentakan. Dia sengaja meneliti sikap Dev yang enggan melihatnya. Iblis ingin tau sejauh mana Dev akan bertahan.

"Saat itu dirimu benar-benar kehilangan kontrolmu. Begitu menyenangkan melihat wajah marahmu yang berbeda dari biasanya. Apa itu karena ada pesaing yang maju untuk mendapatkan gadis itu?"

Tubuh Dev menegang dan sang iblis mengetahuinya. Iblis itu tersenyum lebar. Sedikit lagi.

"Aku tak salah menyuruh iblis rendahan untuk menggoda pria itu. Ternyata manusia itu memerankan perannya dengan sangat baik dan dia mampu membuatmu marah"

Ketawa menggelegar terdengar diseluruh penjuru ruangan. Tawa itu menakutkan tapi tak ada seorangpun yang dapat mendengarnya.

"Jadi kau yang menyuruh lelaki bajingan itu untuk datang?"

Dev menatap murka sang iblis yang masih berada di depan meja kerjanya. Iblis itu tersenyum miring menanggapi pertanyaan Dev.

"C'mon. Itu sebuah club jadi para iblis pasti banyak disana. Dan salahkan manusia itu datang disana dan siap digoda. Itu tugas kami, remember?"

Dev mengepalkan tangannya. Ia jelas tau dengan jelas bagaimana para iblis bekerja. Hanya saja ia tak suka saat ada yang menyentuh miliknya.

"Ayolah, Dev sang manusia. Kita hanya bermain sedikit. Hal lumrah bukan jika itu terjadi di sebuah club?"

Dev menggebrak meja sekali lagi. Iblis itu semakin tertawa dibuatnya. Begitu indah amarah seorang Dev. Energinya begitu menakjubkan. Ia menyukainya.

"Kau dan kaum terkutukmu itu!!" geram Dev.

Iblis terkekeh.

"Dulu kau juga bagian dari kaum terkutuk itu, Apollyon yang terhormat"

Dev melempar gelas kearah Iblis tapi gelas itu menembusnya dan menghantam dinding dengan sangat keras hingga pecah berkeping-keping. Dev membenci saat ada yang masih memanggilnya dengan nama iblisnya. Ia sudah bukan bagian dari iblis. Dia manusia walaupun menjadi kasta rendah. Dev sudah lama mengubur nama itu sejak lama dari ia dilempar ke bumi. Nama itu bukan lagi namanya.

Iblis tertawa lagi. Kemurkaan Dev jelas sekali terlihat di wajahnya. Satu nama tersebut dan langsung membuat Dev menjadi beringas seperti ini.

"Apa aku salah mengucapkan nama?"

FALLEN ANGEL (HIASTUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang