Takut

30 5 0
                                    

Aku sudah lebih baik dari sebelumnya. Beberapa hari terakhir, Stev benar-benar merawatnya hingga sembuh. Stev juga sudah membeberkan apa yang terjadi saat itu. Bagaimana Dev Jones memperalatnya untuk menusuk Angela lewat belakang menggunakan perusahaan ayah Stev.

Aku murka? Tentu saja! Sahabat mana yang tak marah jika dimanfaatkan seperti itu. Aku ingin sekali memaki Dev dan menggamparnya berkali-kali. Aku juga ingin sekali mencekik lelaki itu hingga kehabisan nafas. Biar saja aku dibilang pembunuh dan masuk penjara. Itu mungkin akan setimpal dengan apa yang dilakukan Dev kepada Stev dan keluarganya.

Aku semakin membenci Dev. Aku bahkan menolak semua makanan yang diantar oleh pelayan pribadinya yang bernama Red. Bagaimana Dev bisa tega membiarkan pria yang sudah tua mengantarkan makanan begitu. Sehari Red sudah tiga kali bolak balik ke apartemenku hanya untuk mengantar makanan. Dasar pria tidak tau diri! Semena-mena sekali menjadi majikan.

Aku tau setelah aku pulang ke apartemenku, Dev dengan rutin mengirimkan makanan untuknya. Stev yang selalu menerimanya. Stev juga yang memberitahuku. Dia tentu menerima-menerima saja karena tak enak dengan Red yang sudah bersusah payah mengantarkannya.

Saat kondisiku sudah lebih baik, barulah aku yang mengambil alih tugas Stev untuk menerima 'pasokan' makanan untukku itu. Red sempat terkejut karena aku lah yang membuka pintu. Tapi dia lega karena sudah melihatku lebih baik.

Red yang saat itu bersikeras agar makanan yang dia bawa mau diterima olehku langsung sungkan saat aku mengatakan jika aku akan membencinya atau lebih tepatnya membenci tuannya jika terus menerus keras kepala. Red sadar jika dia berada ditengah-tengah permusuhan antara tuannya dan gadis incaran tuannya. Red lebih memilih untuk mengalah daripada gadis incaran tuannya itu semakin menjauh dan membenci tuannya. Ia ingin membantu tuannya sebisa mungkin. Aku paham itu.

Sejak penolakan itu, aku tidak lagi 'diteror' oleh kiriman makanan dari orang suruhan Dev. Semua berhenti dan aku merasa lega. Untung saja tuan Jones itu tak muncul di apartemenku. Jujur saja, aku masih tak mau melihat wajah tuan Jones yang terhormat itu. Apapun yang dilakukan pria itu tak akan membuatku luluh begitu saja. Aku masih benci, ingat?

"Darl, malam ini kita pergi club, kamu mau?" ajak Stev yang berdiri didapur dengan set piama putihnya yang selembut sutera itu.

Aku yang sedang duduk di sofa dengan menonton TV langsung mengalihkan perhatianku.

"Kenapa memangnya?"

"Aku butuh hiburan, kau tau. Mengurusmu menguras emosiku" keluh Stev.

Aku terkekeh melihat gaya Stev yang berkacak pinggang seperti sedang merajuk yang dibuat-buat. Jika dipikir-pikir lagi kasihan juga Stev yang sudah mengabdikan dirinya merawatku selama seminggu ini. Dia pasti sangat lelah. Wanita seperti Stev itu tipe yang bebas dan sering keluar masuk Club. Jadi tak heran jika dia mengajakku untuk pergi ke club.

Sudah lama juga aku tak pergi ke club. Sehabis dari pesta milik Jones dulu, aku menghindari segala jenis keramaian club. Stev dulu berkali-kali mengajakku tapi aku tolak. Mungkin sedikit menyenangkannya akan membuatku lebih baik juga.

"Baiklah"

Aku mengangguk. Stev bersorak kegirangan dan dia langsung berlari ke kamar. Seperti biasa pasti dia sedang memilih gaun mana yang akan dia kenakan di club. Stev itu suka sekali berdandan. Ke club saja dia berdandan all out. Dia seperti sedang menunjukkan seberapa cantiknya dia. Stev dandan natural saja sudah terlihat cantik apalagi all out. Aku menggeleng pelan.

***

Here we are!

Kami sudah berada didepan gedung club yang biasa kami datangi, coret, Stev sering datangi. Tempat ini adalah club langganan Stev. Katanya sih tempatnya enak dan juga musiknya sesuai seleranya. Stev termasuk orang yang gemar menari. Jadi wajar saja dia memcari yang musiknya ok.

FALLEN ANGEL (HIASTUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang