Chapter 02

3 1 0
                                    

Tepat di hadapannya tersuguhkan pemandangan yang sangat mengerikan. Di sana, dia melihat rumah-rumah warga yang tengah terbakar, dan yang lebih parah dari itu adalah banyaknya warga yang tengah panik berlarian dengan api yang menyelimuti tubuh mereka. Bukan cuma itu, di tanah juga tergeletak banyak sekali warga yang terkapar tak bernyawa dengan darah yang menggenang disekitar tubuh mereka. Luka tusuk, luka gores, kepala yang terlepas, usus yang terburai, tubuh yang hancur dan berbagai macam kondisi kematian yang mengenaskan terpampang jelas di depan matanya.

Risa membeku. Dia tak mengerti dengan kondisi mengerikan yang ada di hadapannya. Mulutnya menganga dan hampir berteriak, tapi dengan cepat Risa menutupi mulutnya dengan tangan. Dia mencoba tenang dan berpikir jernih. Mungkin saja semua ini hanyalah mimpi buruk. Itulah yang dia pikirkan. Tetapi itu tak berguna. Teriakan putus asa yang dia dengar terlalu nyata untuk sebuah mimpi buruk. Risa segera berlari meninggalkan jendela menuju kamar orang tuanya. Dia harus memberitahu orang tuanya tentang kejadian mengerikan ini. Dengan begitu mereka semua bisa melarikan diri dengan selamat. Itulah yang dia pikirkan. Namun, pemikiran itu langsung hancur saat dia melewati ruang tengah.

Di hadapannya, dengan jelas Risa melihat kedua orang tuanya terkapar tak bernyawa dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Terdapat luka tusuk di dada ibunya dan luka sayatan besar di leher ayahnya, bahkan saking besarnya luka itu hingga leher ayahnya hampir putus. Darah segar mengalir dari tubuh mereka berdua dan membanjiri seisi ruangan. Risa kalut, tak mampu lagi menahan ketenangannya. Dia berteriak hiteris. Melihat kedua orang tua yang sangat dia sayangi kini terkapar dengan kodisi yang sangat mengerikan membuatnya kehilangan akal. Dia menjerit sejadi-jadinya. Air mata mengalir dengan deras dari matanya. Dia tak mengerti, benar-benar tak mengerti. Kenapa semua ini bisa terjadi.

Risa terduduk lemah di atas genangan darah. Sambil menangis dan berteriak dia mendekati jasad kedua orang tuanya. Rio turun dari pangkuannya dan juga ikut menangis. Semua ini terlalu tiba-tiba, terlalu mengerikan. Mereka berdua adalah orang yang sangat baik dan penuh perhatian. Tapi mengapa mereka berakhir seperti ini.

Di tengah tangisannya yang tak kunjung reda, Risa menyadari ada orang yang masuk kedalam rumahnya.

"Rupanya masih ada yang tertinggal."

Di hadapannya berdiri dua orang asing dengan jubah serba hitam yang menutupi tubuh mereka, mereka juga memakai masker yang membuat wajah mereka semakin sulit dikenali.

"Ah, rupanya mereka adalah anak kecil yang manis. Terutama yang perempuan, sepertinya harganya akan sangat mahal."

Salah satu diantara mereka mengatakan hal itu sambil memasang senyum yang mengerikan. Risa menatap mereka bedua dengan tatapan penuh kebencian. Dia menyadari bahwa mereka berdua sudah pasti adalah orang yang menyebabkan semua kondisi mengerikan ini termasuk membunuh kedua orang tuanya. Risa sangat marah. Ingin sekali dia membalas perbuatan mereka sekarang juga. Namun dia segara sadar, jika mereka berdua mampu membuat kerusakan separah ini maka mustahil bagi dirinya untuk bisa mengalahkan mereka berdua. Risa tidak bisa bela diri maupun teknik berpedang. Satu-satunya yang dia kuasai hanyalah sihir penyembuhan tingkat rendah yang tentu saja tidak akan berguna di situasi saat ini. Satu-satunya pilihan Risa saat ini hanyalah kabur keluar kota lalu mencari bantuan.

Risa berdiri, menguatkan kakinya lalu menggenggam tangan Rio dengan kuat agar dia tak tertinggal saat Risa kabur. Risa memusatkan energi sihir di tubuhnya terutama pada kakinya. Hal ini dia lakukan agar kecepatan dan daya tahan tubuhnya sedikit bertambah. Dengan sekuat tenaga Risa berbalik lalu berlari membawa Rio menuju pintu belakang rumahnya. Namun, kedua orang misterius itu tak tinggal diam.

"Takkan ku biarkan kabur." Dengan cepat salah satu diantara mereka mulai merapalkan mantra sihir.

"[Chain]!"

Secara tiba-tiba sebuah rantai muncul dari tangannya. Rantai itu bergerak mengejar Risa dan Rio dengan sangat cepat hingga membuat mereka tak sempat untuk menghindar lalu dengan sekejap mata rantai itu telah mengingat tubuh Risa dan Rio hingga membuat mereka jatuh dalam keadaan terikat.

"Apa ini? Lepaskan aku!"

Risa mencoba untuk berontak, tapi tak berguna. Kekuatan fisik maupun sihirnya tak cukup kuat untuk menghancurkan rantai sihir yang kini mengikatnya. Dengan senyum lebar, kedua orang misterius itu mulai mendekati mereka.

"Percuma saja kau berontak, mustahil anak kecil seperti kalian bisa melepaskan diri dari rantai sihir itu."

Mereka berdua tertawa, sementara Risa mentap mereka dengan tatapan tajam. Dia mulai putus asa, dia kehabisan akal bagaimana cara menyelamatkan dirinya dan Rio.

"Kakak, tolong."

Rio yang berada di sampingnya bergetar ketakutan. Namun meski dirinya juga merasakan hal yang sama, Risa tetap berusaha untuk menenangkan adiknya.

"Tidak apa-apa Rio, semuanya akan baik-baik saja. Kamu percaya saja pada kakak."

Tiba-tiba mereka mulai menarik rantai yang mengikat Risa dan Rio. Menyeret mereka menuju luar rumah.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan kami! Kalau kalian ingin membunuh, bunuh saja aku, tapi bebaskan adikku."

Mendengar perkataan Risa, kedua orang itu lagi-lagi tertawa. Baik Risa maupun Rio terlihat bingung dengan reaksi orang-orang itu.

"Membunuh kalian? Tentu saja kami tak akan melakukan itu. Ada sasuatu yang lebih baik yang ingin kami lakukan kepada kalian."

Setelah mengatakan itu salah satu diantara mereka mendekat lalu mulai merapalkan mantra sihir.

"[Sleep]"

Secara tiba-tiba muncul kabut tipis disekitar Risa dan Rio. Sesaat kemudian mereka berdua merasakan rasa kantuk yang luar biasa. Risa mencoba untuk melawannya, tapi itu tak berguna. Rasa kantuknya semakin kuat hingga Risa tak mampu lagi menahannya dan mulai tertidur. Namun sebelum Risa sepenuhnya tertidur dia menyadari sesuatu. Saat dia dan Rio diseret keluar, secara samar dia melihat ada lebih banyak orang yang memakai jubah hitam di sekelilingnya. Mereka semua sama-sama memegang rantai yang di ujungnya terikat seseorang. Belum sempat mengenali siapa saja yang terikat dalam rantai itu, penglihatan Risa mulai memudar lalu dia sepenuhnya tertidur.

"Tidurlah dengan nyenyak, penderitaan kalian baru saja dimulai."


Bersambung...

Fell into a DystopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang