Angela, lahir 09 september 1998 di Aceh. Seorang mahasiswi dari Tunas Bangsa, yang mempunyai masa remaja yang sangat pahit dalam menjalin hubungan dengan kekasihnya. Apa yang kita inginkan bukan berarti bisa kita miliki. Takdir yang sudah tertulis tak akan bisa kita ubah.
***
"Andai aku bisa memilih, aku ingin menjadi seekor burung, yang dapat terbang ke mana pun yang diinginkan oleh hatinya. Tidak harus menelan rindu walaupun tidak bisa disentuh."
Namaku Angela, kelas 12 SMA Tunas Bangsa menjadi statusku.
Ting ...! Sebuah notif masuk di ponsel yang kugenggam.My Love ❤️
✓✓Bangun, siapkan diri ke sekolah.Begitulah isi pesan dari sang pacarku. Namanya Rizky, kami sudah menjalin hubungan hampir 2 tahun lamanya.
Di kelas, seperti biasanya, jam istirahat aku dan sahabatku akan selalu menyalurkan keluh kesah bersama. Vina, ia adalah sahabatku yang dapat menjaga semua rahasiaku.
"Vin, aku senang banget deh. Setiap pagi dapat pesan manis seperti ini dari dia," ucapku sambil menyodorkan ponselku.
"So sweet banget ya Risky," balas Vina tersenyum.
"Hem, tapi aku masih ragu dengan hubungan kami. Aku takut kalau selama ini pacar Risky bukan aku saja. Secara Risky ganteng, pintar, baik, romantis juga." jelasku pada Vina, yang memang selama ini aku memikirkan hal itu.
"Ya, kamu harus hati-hati dong. Kasih dia perhatian yang baik. Soalnya aku juga ngerasa gitu. Cowok seperti Risky, tidak mungkin tidak ada yang suka 'kan?" balas Vina menatapku.
Sepulang dari sekolah, aku selalu menghabiskan waktuku di rumah. Itu sudah menjadi peraturan dari ibu untukku, agar aku tidak berkeluyuran bebas di luar sana. Maka, kamarku menjadi salah satu tempat favoritku. Kini aku sedang mencoba untuk menghubungi Risky. Dan tidak butuh waktu lama, panggilanku tersambung dengan Rizky lewat via telepon.
"Hallo Angela, ada apa?"
"Kamu sibuk gak?" tanyaku lembut.
"Enggak, kenapa?"
"Tidak, aku hanya ingin ngobrol sama kamu."
"Bilang aja kamu kangen aku 'kan?" kekeh Rizky membuatku tersenyum malu.
"Haha ... ge er banget. Eh tapi, iya juga sih, haha ...."
"Tuh 'kan bener. Haha ....""Risky aku pengen banget jalan-jalan sama kamu," ucapku lirih.
"Kamu sabar aja ya. Nanti kalau aku udah punya uang pasti aku bakalan bawa kamu jalan-jalan," jawab Risky di seberang sana.
Risky memang dari keluarga yang kurang mampu. Itu yang membuat Risky harus banting tulang walaupun dibayar upah dengan sedikit. Maka, baginya jalan-jalan bersamaku itu sangatlah tidak mudah. Apalagi megingat peraturan dari ibuku. Itu juga menjadi suatu kendala aku dan Rizky jarang untuk bisa jalan-jalan di luaran sana.
Lumayan lama kami berbicara via telepon, hingga akhirnya aku dan Rizky memutuskan untuk istirahat.Tok ... tok ...!
Aku terbangun dari tidurku saat mendengar ketukan pintu kamarku.Ceklek ...!
Aku membuka pintu kamarku."Mama, ada apa?" tanyaku saat melihat ibuku di depan pintu kamarku.
"Ada teman kamu tuh di depan."
"Teman? Siapa Mah?" tanyaku bingung, aku pun langsung keluar dari kamarku. Aku melihat seseorang yang sedang duduk di kursi depan teras rumahku.
"Risky?" ucapku terkejut saat melihat orang tersebut adalah pacarku.
"Kenapa, kaget?" tanya Risky dengan senyuman yang menghiasi di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN CERPEN (Cerita Pendek) Sudah Terbit dan Belum Terbit
Teen FictionCERPEN (Genre: Remaja, Romance, Horor, Sad)