"Tidak ada kehidupan yang selalu akan ada kebahagiaan. Kisah ini menunjukkan betapa terpuruknya seorang gadis yang memiliki sahabat, namun ia harus kehilangan dengan masalah secara bertubi-tubi."
***
"Hidup ini adalah sebuah misteri. Kita tidak akan pernah tahu, bagaimana kehidupan kita selanjutnya."
Kisah ini berawal dari umurku yang masih terbilang cukup muda, yaitu 24 tahun. Alfaris Adijaya, itulah namaku. Aku memiliki saudara kembar, dia abang sekaligus ayahku setelah ayahku meninggalkan kami hanya untuk memilih kekasih barunya. Sedangkan mama selalu lebih mengutamakan pekerjaannya.
Alfaro Yunanta Adijaya, itulah namanya. Memiliki kisah hidup yang sangat memilukan. Hidupnya tidak pernah jauh dari lingkungan rumah sakit. Di umur 24 tahun, ia tercantum penyakit kanker otak stadium tiga. Kakakku ini tergolong orang yang sangat keras kepala. Dia juga memiliki seorang kekasih, namun ia tidak mau jika kekasihnya itu mengetahui penyakitnya. Ia takut jika kekasihnya tahu tentang keadaannya yang buruk itu, akan meninggalkannya begitu saja.
Di sini, di rumah sakit. Aku selalu menemani kakakku yang sedang terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit.
Tringgg ...!
Suara ponsel Alfaro berbunyi."Siapa?" tanya Alfaro padaku.
"Alana," jawabku saat melihat Alana, sang kekasih kakakku menelpon.
"Tolak saja," pinta Alfaro.
Sesuai dengan perintah, aku pun merijek panggilan dari Alana.
"Sampai kapan sih kak, kamu bakalan nutupin hal ini dari Alana?" tanyaku menatap wajah Alfaro.
Alfaro tersenyum saat mendapatkan pertanyaan yang baru saja aku lontarkan.
"Aku juga gak tahu Ris. Tapi aku mohon banget sama kamu, jangan pernah kasih tahu Alana tentang ini," jawab Alfaro lirih.
"Aku takut Ris, kalau Alana bakal ninggalin aku," sambung Alfaro.
Aku yang merasa iba, langsung memeluk Alfaro.
"Justru aku yakin dia bakalan sakit kak, dengan semua kejadian ini," ucapku sambil memeluk Alfaro.
Kediaman Alana.
Alana sedang duduk di tepi kolam renang rumahnya. Ia terus menatap layar ponselnya.
"Alfaris bilang, Alfaro lagi ada tugas di luar kota. Apa kamu sebegitu sibuknya Ro, sampai telepon dari aku terus-terusan kamu rijek?" gumam Alana memikirkan Alfaro.
"Apa sebenarnya kamu udah bosan sama aku?" sambung Alana.
"Sayang, ayo makan," ucap seseorang yang tak lain adalah mama Alana, yang sedang menuju ke arah Alana.
"Iya Mah," balas Alana bangkit dari duduknya.
Fatya Amira, itulah nama mama Alana, ia seorang Dokter. Bahkan Dokter yang sedang berusa menangani penyakit Alfaro. Namun Tante Fatya juga sudah terlanjur berjanji dengan Alfaro, agar tidak memberitahu pada Alana keadaan Alfaro.
Tante Fatya tahu bahwa anaknya Alana, sangat mencintai Alfaro. Tante Fatya selalu mengatakan pada Alfaro untuk tetap kuat. Agar Alfaro bisa sembuh, dan bisa menikahkan anaknya, Alana.
Kediaman Alfaro.
Sudah satu minggu Alfaro dirawat di rumah sakit. Kini kanker yang menyerang otak Alfaro semakin berpesat. Dokter bilang kanker itu sudah memasuki stadium empat. Bahkan, sekarang kepala Alfaro sudah botak, wajahnya sangat pucat, di pinggiran matanya sudah mulai hitam.
Aku dan mama sangat takut, jika suatu hari nanti kami akan kehilangan Alfaro.
Aku sedang duduk di sofa, melihat mama yang sedang memegang piring yang berisi nasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN CERPEN (Cerita Pendek) Sudah Terbit dan Belum Terbit
Teen FictionCERPEN (Genre: Remaja, Romance, Horor, Sad)