Menelan Rindu (Sudah Terbit)

3 2 0
                                    

"Andai bisa memilih, aku ingin menjadi seekor burung yang dapat melanglang buana sesukanya. Supaya raga ini tak perlu menelan rindu."


WhatsApp
(❤️)
"Angela sayang, siapkan diri ke sekolah, ya."

Aku yang tengah bersiap dibuat tersenyum oleh pesan sederhana yang dikirimkan Risky, pacarku. Laki-laki yang berhasil menguasai hatiku sejak aku duduk di bangku kelas 11. Sedang sekarang, aku sudah hampir menyelesaikan pendidikanku di tingkat menengah atas. Prosesku tersisa kurang dari tiga bulan lagi.

Selain Risky, aku yang tidak berstatus jomlo ini, juga memiliki Vina di dalam hidupku. Seorang gadis yang mau bersahabat denganku, juga mau menjadi tempatku berkeluh kesah. Tentunya aku tidak perlu takut jikalau berbagi dengan gadis itu, sebab Vina tidak akan membocorkannya ke publik.

"Vin, aku senang banget, deh. Setiap pagi selalu dapat pesan manis seperti ini dari dia," ucapku seraya menyodorkan ponsel yang menampilkan room chat Risky.

"Dia nggak pernah gagal buat aku semakin cinta setiap harinya," lanjut Angela.

"So sweet banget ya, Risky." sahut Vina setelah membaca pesan-pesan yang Risky kirimkan setiap harinya.

"Kapan, ya, aku dapet cowok seromantis itu?"

"Kapan-kapan," sahutku seraya tertawa meledek. Namun beberapa detik kemudian, tawaku digantikan dengan raut datar karena aku teringat sesuatu yang sering membuatku galau.

"Tapi, Vin, aku masih ragu dengan hubungan kami. Kamu tahu, kan, Risky bukan laki- laki biasa? Meski dia bukan dari kalangan orang kaya, dia tetap punya kelebihan lain yang pastinya menarik bagi banyak gadis di luar sana." Aku menjeda ucapanku, memberi kesempatan untuk tubuh ini menarik napas sebanyak-banyaknya. Sebab, membicarakan topik ini selalu berhasil menguras emosiku.

"Tubuhnya yang selalu berhasil membuat kaum hawa mengalihkan perhatian, caranya memperlakukan orang yang nggak pernah gagal membuatku kagum, juga kerja keras dan isi otaknya yang selalu menarik kekaguman banyak orang. Dia sehebat itu, makanya aku selalu takut dia berpaling." Vina menatapku intens. Dia pasti paham jika aku tengah berada dalam ketakutan akan sebuah hubungan yang sedang kujalani.

"Nah, itu tugasmu agar dia nggak berpaling. Kamu kasih dia perhatian balik. Ya intinya, buat dia berkesan juga dengan caramu memperlakukannya." Aku mengangguk seraya tersenyum. Meski aku mengerti maksud Vina, tetapi aku masih harus berpikir keras bagaimana caranya membuat lelaki itu terkesan.

***

Sepulang dari sekolah, aku langsung bergegas membersihkan diri dan menghabiskan waktuku di kamar. Sebuah peraturan tak tertulis dari mama yang selalu kuturuti. Sebab kata mama, peraturan itulah yang membuatku diam di rumah dan tidak berkeluyuran seperti gadis SMA di luar sana.

Kini aku tengah menghubungi Risky seraya menikmati nyamannya tempat favoritku. Dan tidak butuh waktu lama, aku sudah tersambung dengan Risky, meski hanya melalui telepon.

"Halo, sayang." Suara Risky dengan lembut menyapaku di seberang sana.

"Halo juga. Btw, kamu sibuk nggak? Atau aku memang ganggu?"

"Enggak, kok, sayang. Kenapa?" respon Risky yang membuatku tersenyum sendiri.

"Aku cuma pengen ngobrol sama kamu." ungkapku dengan jujur.

Risky tertawa meledek di seberang sana. Membuatku ikut tertawa karena tawa lelaki itu benar-benar menular. "Kamu pasti kangen aku!"

"Kamu terlalu percaya diri, sayang," responsku dengan cepat karena saking malunya. "Tapi, aku nggak bisa bohong. Aku memang selalu jatuh cinta dan rindu sama kamu."

KUMPULAN CERPEN (Cerita Pendek) Sudah Terbit dan Belum TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang