11. Tentang Bunga

211 43 17
                                    

Sena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sena.

Sejauh ini aku merasa hubunganku masih baik-baik saja dengan Kak Hansa, walau tak menyempatkan diri untuk bertemu aku memilih untuk tetap aktif dalam berkomunikasi.

Secerah awan dan angin pagi hari ini hatiku turut bergembira setelah memutuskan untuk pergi ke toko bunga Bibi, aku baru saja menyelesaikan gaun yang dipesan untuk sebuah pertunangan dua minggu ke depan dan kemungkinan akan diantar dalam minggu ini.

Aku bersyukur gaun impian yang banyak wanita-wanita impikan dapat terealisasikan di butikku.

Bicara soal Yovanca, sejak terakhir kali aku melihat Yovanca di sanggar les, aku tak lagi menjumpainya hingga saat ini.

Haruskah aku merasa lega karena akhirnya hubunganku tak akan hancur begitu saja ataukah aku harus tetap waspada akan ancaman yang ia berikan saat itu?

Tapi untuk saat ini aku tak ingin memikirkan banyak hal selagi Kak Hansa masih berada disisiku dan aku hanya berusaha menjalani apa yang sudah seharusnya terjadi.

"Loh tumben sendiri, Hansa kemana?" tanya Bibi menelisik aku yang datang sendiri.

"Kak Hansa lagi sibuk hari ini Bi jadi aku dateng sendiri lagipula kenapa sih harus sama Kak Hansa terus. Yang kangen Bibi kan aku."

"Bibi kan kangennya Hansa," sahut Bibi iseng, sudah biasa bagiku menjadi bahan godaannya.

"Yaudah deh lain kali aku gak mampir-mampir lagi, aku siapa sih."

"Sekalinya mampir nanti bareng anak kamu sama Hansa ya," canda Bibi.

"Bibi apa sih kok ngomong gitu."

"Jangan suka menyangkal, lebih baik di Aminin." Aku mengangguk patuh pada ucapan Bibi.

Aku menghela nafas ringan tak melewatkan momen dimana aku bisa melihat dan bisa merangkai sendiri bunga-bunga yang ku sukai hari ini.

Bibi mengajarkan banyak hal padaku saat aku memasuki usia remaja dulu, bahkan sampai saat ini.

Di satu akhir pekan dalam sebulan aku berusaha menyempatkan diri ke toko bunga Bibi selain karena ingin melepas rindu, aku pikir aku juga butuh waktu menghibur diri dengan melihat bunga.

Aku sangat ingat bahwa Bibi bilang ingin pergi ke kota untuk membuka usaha, saat itu aku masih remaja dan aku tidak bisa bohong kalau aku tidak rela ditinggal Bibi yang sudah seperti Ibu keduaku.

Beliau lah yang membuatku menyukai bunga, setelah Bibi pergi aku sempat berpikir mungkin bunga bisa jadi alasanku untuk bersedih.

Tapi sekarang aku tersenyum mengetahui takdir yang berjalan tidak sesuai pikiran buruk ku. Justru sekarang aku lebih banyak bersyukur karena di kota yang seluas ini aku bisa kapan saja menemui Bibi jika rindu dan butuh teman bercerita.

Aku akan datang pada Bibi kapan saja jika aku merasa jatuh, pelukan darinya sama seperti pelukan dari Ibu.

Hari ini aku memang datang sendiri tanpa Kak Hansa, dia bilang ada urusan yang harus diurusnya.

Let's Break Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang