chapter 3
'Dari mana duitnya?!’ —Ustadz Yusuf Mansur
Beruntung nya Arsya tak ada rasa berdosa itu tertidur di pangkuan nya. Naira mencari cari jika ada informasi yang akan ia temukan terkait ayahnya. Betul saja anak ini menyimpan kartu nama ayahnya! Tch bocah biadap kenapa gak daritadi aja sih.
Memandangi kartu nama dengan warna hitam dan putih gading itu terlihat sangat elegant dan sederhana pikirnya.
“Selatan Askara?“ rasanya was was mendengar nama Selatan. Arah selatan dimana Naira tak begitu suka. Arah dimana ia disesatkan dan tak bisa kembali tenggelamnya gletser di kutub Selatan.
Perumpamaan yang bisa menggambarkan betapa menyedihkan nya dirinya saat bertemu cinta pertama nya. Dan.. Seperti dejavu ya namanya..
Siapa? Dimana?
“Ah! Basi malah mikir, hubungi saja dulu!“
tut tut..
Tertulis berdering saat Naira mulai memencet tombol telepon, ia berdoa setelah ini semoga ia tidak akan ada masalah serius. Kesialan yang bertubi-tubi menghampiri nya setelah ia merasakan sebentarnya bahagia sesaat. Seperti tak ada waktu untuknya bahagia.
Ia sudah di suguhkan pemandangan wajah yang tengik yang merusak pemandangannya persis seperti 7 tahun lalu.
“Penculik, pemerasan terhadap anak“
Jleb!
Uhuk..Naira tak terima setelah 7 tahun berlalu pertemuannya menjadi sangat tengik disini. Haloo anak siapa ini? Kurang ajar tak bisa mendidik anaknya dengan baik juga Arsya merasa terkekang karena dirimu sialan. Sekarang ia yang membantu anak nya bertemu dengan nya malah ia yang di katai penculik? Pemerasan?
Omong kosong macam apa ini?
“Terimakasih untuk pembayaran makan anak mu tuan dan ini anak mu jangan pernah bertemu lagi setelah ini oke?“ ucap Naira yang masih sopan setelah ia pikir pikir lagi ingin sekali menyakar wajahnya yang masih tampan.
“Kamu berhasil menidurkan anak saya? Diberikan obat penenang atau obat tidur macam apa kamu?“
Et dah ga bisa dibiarin Naira udah terlanjur kesel banget. Udah dibantuin juga malah nuduh enggak enggak! Pantes anaknya ikutan gak tahu diri kayak dirinya!
“Berani nya kau menuduhku yang tidak-tidak hah? Dasar lelaki tak tahu diri!“ ungkap Naira yang tak tahu perkara ini semua akan mendatangkan masalah yang lebih besar terutama kepada lelaki tak waras itu.
Lelaki itu hanya tersenyum picik sembari mengemban Askara kecil di dadanya, tatapan matanya yang memiliki arti terselubung penuh dengan tanda tanya besar.
“Jangan menatap saya dengan tatapan rasa benci seperti itu“
"...."
Naira terdiam membisu merasakan rasa sakit terdahulu yang pernah membekas dalam ingatannya seperti senandika kenangan pahit manis bersamanya. Lelaki di depannya ini, Naira pernah meraih rasa cinta nya yang kini telah pupus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Billionaire Problem!
Teen FictionNaira Chandrawira, tak ada habis nya kalau berbicara tentang finansial membuat wanita muda itu melakukan hal nekat. Saat dirinya lari dari kenyataanya ia sudah menggelapkan uang perusahaan. Namun tidak sampai situ saja dirinya kembali bertemu denga...