chapter 22 Bulan setelahnya dirinya berpindah ke desa.
Tepat setelah Naira Chandrawinara menjadi pegawai tetap di salah satu Departemen Store yang terkenal, ia sangat bersyukur kehidupan nya mulai pulih menjadi baik setelah sebelum sebelum nya ia mengalami banyak nya lubang lubang masalah yang satu persatu telah ia selesaikan.
Tentu saja dengan bantuan Danendra ia bisa bekerja disini.
Orang tuanya yang tak terdengar kabar nya, ia sudah di tinggal oleh Ibu nya sedari ia lahir lalu ayahnya yang tak mengurusi nya ia jadi tinggal menetap bersama bibi nya.
Begitu banyak kerabatnya, yang ia tahu hanyalah bibi nya sebagai ibu pengganti, Naira sudah menganggap bibi nya sebagai Ibu nya sendiri tak peduli dengan cemooh orang selama ini ia tetap berjuang untuk membayar balas budi nya untuk bibi nya.
Ia turun dari bus berjalan melangkah menuju sebuah pemukiman yang tak terlalu jauh dari halte bus, menenteng tasnya dan membawa sebungkus bakpao daging untuk dimakan dirumah.
Dari kejauhan rumah sederhana yang berada di dalam gang itu sangat damai. Tak banyak suara kendaraan yang membuat bising.Melihat bibi nya yang berada di teras rumah sambil menyesap teh nya ke bibir yang mulai keriput itu Naira sadar jika bibi nya ini sudah termakan umur tetapi sampai saat ini ia masih belum bisa memberikan apa yang terbaik untuknya.
“Aku pulang mama“ ucap Naira sambil mengecup tangan yang ia sebut mama nya.
Wanita yang mulai beranjak tua itu tersenyum apalagi Naira membawa sebungkus bakpao daging yang masih hangat dan empuk cocok untuk menemani teh dikala malam berbintang penuh harapan ini.
“Wah terimakasih telah membawakan mama ini, kamu mandi ya kalau mau makan sudah ada di meja makan jangan lupa panggil si Tio untuk makan juga!“ ucapnya wanita itu, Naira melangkahkan kaki nya masuk.
"..."
"Tio! Sedang apa kamu didalam hayo! Keluar makan jangan sampai aku katakan ke mamah jika kamu—“
Krek
“Apa?“
Suara pintu terbuka memunculkan Tio yang mengagetkan Naira secara alami, lelaki tinggi itu anak kandung bibi nya yang sudah Naira anggap seperti adiknya sendiri. Kini Tio duduk di bangku perguruan tinggi ia juga tak menyangka anak dongo seperti dirinya mampu bersaing menjadi mahasiswa.
“Kamu berkencan~“ cekikik Naira sambil melangkah ke arah meja makan.
Tio memutar matanya dengan malas dirinya sudah terbiasa dengan kelakuan jahil Naira. Tentu juga Tio juga memegang kunci As milik Naira. Mereka sama sama mengenggam sebuah kotak rahasia masing masing apalagi mereka sedari kecil bersama hingga ikatan saudara yang mulai mengerat seperti layaknya sedarah.
Mereka makan dengan khidmat namun Tio sedari tadi memandangi cincin yang tersemat di tangan Naira, walaupun ia tak peduli dengan percintaan Naira dan tidak ingin mencampuri urusan orang lain.
“Sudah berapa lama cincin itu tersemat?“
Naira menjawab nya “3 bulan, bagaimana jika aku menikah saja? Seperti nya ia sudah mapan mengingat mama sudah termakan umur dan ia ingin memiliki cucu secepatnya..“
“Bukannya kau memiliki masalah kronis terhadap percintaan mu, kemajuan untuk ada keinginan menikah aku kira kamu sejenis“ Naira tersedak ia buru buru meminum air putih yang tersedia.
“Uhuk... Anak kurang ajar! Aku memang punya masalah kronis tapi aku masih waras walaupun aku pernah disakiti tetapi aku tidak akan sebegitunya terhadap lelaki“
KAMU SEDANG MEMBACA
Billionaire Problem!
Genç KurguNaira Chandrawira, tak ada habis nya kalau berbicara tentang finansial membuat wanita muda itu melakukan hal nekat. Saat dirinya lari dari kenyataanya ia sudah menggelapkan uang perusahaan. Namun tidak sampai situ saja dirinya kembali bertemu denga...