Jam istirahat berbunyi, setelah Jean mendapatkan hukuman dari guru karena tidak mengerjakan tugas. Ia akhirnya terbebas dari hukuman yang membuat Jean menyesal tidak mengerjakan tugas. Guru itu berhasil membuat Jean jera. Hukuman yang di dapati nya yaitu menulis kan kalimat maaf di 4 lembar kertas penuh. Seharusnya Jean mengerjakan setidaknya satu tugas, jadi ia hanya perlu mengerjakan 3 lembar kertas itu.
Jean melempar pulpen yang di pegang nya selama 3 jam itu dan duduk lemas di lantai. Merasakan getaran serta pegal yang teramat pegal di seluruh tangan kanannya. Guru tersebut menghampiri Jean, lantas Jean mendongak menatap tajam guru di hadapannya. Dengan rahang yang bergetar, memang ini salah Jean yang tidak mengerjakan tugas, namun perbuatan guru itu dapat membunuhnya secara lamban. Bagaimana tidak, Jean harus menulis sambil berdiri. Bukankah itu hal yang bodoh.
Jean benar-benar merasa kakinya tak dapat di gerakan. Benar-benar kaku. Patah tulang yang pernah di alaminya membuat Jean susah hanya untuk berdiri, apalagi 3 jam. Jean hanya bisa memendam dendam nya untuk guru di hadapannya itu.
"Sudah puas, Jean?" Ucap guru itu sengaja meninggikan suaranya agar di dengar oleh siswa siswi yang berada di dalam kelas.
Jika belum ada izin keluar dari guru yang mengajar, maka para siswa siswi tidak pernah melanggar aturan tersebut. Mungkin, pengecualian untuk Jean dan teman-temannya. Jean menghela nafasnya saat mendengar ucapan gurunya tersebut. Jean melirik ke sekitar teman sekelasnya yang hanya bisa menatap kasihan, beberapa mungkin senang melihat dirinya menderita sedemikian. Karena hampir satu sekolah mengetahui cedera hebat yang di alami Jean.
"Sayang sekali pak, waktunya harus habis buat hukuman saya. Padahal saya mulai menikmati." Ucap Jean, bangun dari duduknya dan tak lepas menatap tajam guru di hadapannya.
"Setidaknya, kita bisa melakukannya nanti, Tuan Baratama." Usai mengatakan itu, guru tersebut pergi dari kelasnya. Dan para siswa siswi berlari keluar kelas untuk pergi ke kantin.
Ketiga teman Jean menghampiri nya. Memasang wajah khawatir, takut jika cedera Jean semakin parah jika terus berdiri. Jean terlihat seperti tidak kesakitan, itu membuat teman-teman nya sedikit lega. Padahal dalam diamnya Jean kesakitan, karena untuk pertama kalinya ia harus berdiri selama 3 jam.
"Lo gapapa Je?" Tanya Jema
Jean mengangguk dan keluar dari kelas, diikuti yang lainnya. Jean terlihat berjalan pincang. Namun Morgan, Jema dan Heksa tidak berani untuk menolongnya, karena tau Jean pasti marah jika di tolong oleh mereka. Setidaknya kalau Jean terjatuh baru mereka bertiga menolong.
"Je, mau ke UKS aja?" Tanya Morgan
Namun, Jean sibuk melirik ke kanan kiri mencari situasi aman untuk kabur dari sekolah."Ayo pergi dari sini." Ucap Jean dan berlari menuruni tangga di ikuti yang lainnya. Ketiga temannya jelas ngeri melihat Jean berlari, mengingat remaja itu mempunyai cedera serius di kaki kirinya.
Keamanan di sekolah ini tidak ketat. Sehingga sangat mudah bagi Jean dan teman-temannya untuk menyelundup keluar dari sekolah. Asal tidak meninggalkan jejak, sudah pasti aman. Mereka berempat pergi ke tempat yang sepi, sebagaimana tujuan mereka melakukan sesuatu hal yang tidak benar. Mereka menyelundup keluar dari sekolah hanya untuk menghisap kain yang tercampur oleh zat lain.
Disinilah, di bawah jembatan mereka berkumpul. Masing-masing secara bergantian menghisap kain tersebut. Ini adalah kali kedua bagi Jean, teman-temannya sudah lebih dulu melakukan hal seperti ini. Keempat remaja itu tersebut remaja yang nekat, yang tidak mau tau menahu soal konsekuensi yang akan mereka terima. Remaja di usia mereka memang sangat mudah tergoda dalam hal yang melenceng. Seperti mengkonsumsi narkotika. Siapa pun orang dewasa, pasti sedih jika melihat sekumpulan remaja merusak dirinya sendiri karena nafsu dan rasa ingin tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jean's Diary
Cerita PendekPada akhirnya mimpi itu akan hancur karena diri sendiri. Ini tentang Jean Baratama, remaja yang menjalani pubertas tak di duga. Salahnya pergaulan membuat hidup Jean terjerumus ke dalam hal tak baik. Mimpi yang Jean junjung setinggi langit pun lenya...