Sorak penonton menggema di tribun lapangan Stadion Mahanan, Solo. Semua penonton berteriak ramai menonton laga pertandingan perempat final sepak bola antar sekolah nasional. Terdengar suara hingar-bingar para penonton yang saling menabuhkan drum, membunyikan terompet dan meneriakkan yel-yel. Sebagian lainnya ada yang mengibarkan bendera dan mengenakan atribut khusus untuk mendukung timnya masing-masing.
Hari ini berlangsung pertandingan antara Tim SSB (Sekolah Sepak Bola) Macan, Jakarta melawan Tim SSB Angkasa, Salatiga untuk memperebutkan posisi di babak semifinal. Laga ini menjadi penting bagi kami, karena tim sekolah yang menjadi juara nanti berkesempatan untuk bergabung dalam Timnas U-17 Indonesia. Siapa sih yang tidak ingin masuk dalam tim inti sepak bola Indonesia untuk membela negeri ini di kancah internasional.
Walaupun masih jauh jaraknya, setidaknya aku melangkah maju untuk mewujudkan mimpiku sedari kecil. Yakni mimpi untuk membawa harum nama bangsa dengan menjadi juara nomor satu sepak bola dunia. Selain itu, aku sudah berjanji sama Ibu dan Ayah bahwa aku pasti bisa untuk bermain dalam tim sepak bola profresional dan membuat mereka bangga. Agar nanti ketika ku bisa menjadi pesepak bola yang sukses, aku bisa membahagiakan mereka dengan membelikan tempat tinggal yang lebih layak, serta bisa memberangkatkan mereka untuk pergi haji.
"ARGA JANGAN MELAMUN TERUS! BERSIAP TANGKAP OPERANKU!" teriak seorang rekan tim dari belakang kepadaku.
"Baik, serahkan padaku." Aku yang memakai jersey bernomor punggung 10 segera berlari mengambil operan dari temanku ditengah lapangan.
Zap!!! Bola kini ada dikakiku, aku pun langsung melesat ke arah gawang lawan. Di sisi pertahanan lawan ada tiga orang bek yang menjaga. Dua orang bek menghampiri untuk mengunci lajuku, sedangkan satu orang berjaga-jaga di dekat kiper. Beruntung aku melihat temanku Rio dalam posisi kosong disisi sebrang lapangan.
"Rio! Pakai combo spesial kita." Dengan kaki kananku aku segera mengoper bola melambung membentuk parabola sejauh 50 m ke arah kanan.
Dengan dadanya, Rio berhasil menerima bola operan dari ku tersebut. Aku dan Rio sudah bermain bola bersama sejak kecil. Kemampuan sepak bola kami bisa dikatakan hampir sama, akan tetapi ia memiliki kemampuan trapping bola yang diatas rata-rata. Ia bahkan mampu menerima bola tanpa mengurangi kecepatan larinya. Karena itu kami sering menjadi partner pemain penyerang yang bisa saling mengandalkan. Orang-orang sering menyebut kami sebagai Dynamic Duo, Arga-Rio.
Rio menggiring bola maju dan berhasil melewati satu bek di dekat kiper. Dengan cepat ia segera melakukan shoot bola dari jarak 13 m depan gawang lawan. Bola yang ditendang Rio menargetkan ke sudut kanan atas gawang. Bola melaju kencang itu ternyata berhasil di tepis oleh sang kiper lawan. Namun bola tidak bisa ditangkap dan memantul ke arah tengah tanpa ada bek lawan yang mengambilnya. Aku yang dalam posisi terdekat dari sana segera menyambar dan menendang bola.
Shoot dan "Goooaaal!!!"
Bola berhasil masuk. Skor saat ini menjadi 2: 1 untuk tim SSB Macan dan tim SSB Angkasa. Aku yang senang karena berhasil membobol gawang lawan langsung melakukan selebrasi sui ala Cristiano Ronaldo. Teman-teman pun mengerubungi ku dengan bangga.
"Kerja bagus Arga! Sekarang tinggal beberapa menit lagi sebelum pertandingan selesai. Ayo kita bisa bertahan sampai akhir." Kata Rio.
Priiittt!!! Pertandingan berakhir. Dan benar saja, tim SSB Macan berhasil mempertahankan skor nya sehingga unggul dan lolos untuk maju ke babak semifinal.
"Yosh! Tinggal dua pertandingan lagi untuk bisa masuk menjadi timnas U-17. Dengan kemampuan sepak bola dan kaki super ku ini, aku yakin 100 persent kita bisa lolos."
"Hahaha.. awas jangan terlalu PeDe Arga. Kita harus tetap berhati-hati, mengatur strategi dengan baik dan tidak meremehkan lawan selanjutnya. Ingat! Fokus pada mimpimu bro. Jangan terlalu berbangga diri dulu di awal." Ujar Rio kepada Arga.
Perkataan Rio ada benarnya. Lebih baik saat ini aku beristirahat dan mempersiapkan diri kembali untuk pertandingan semifinal minggu depan
Oh iya, ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan diriku dengan lengkap ya. Namaku Arga Zidane Prasetyo biasa dipanggil Arga.
Nama ini diberikan oleh kedua orangtuaku dengan makna yang indah. Apalagi arti nama Arga cocok sekali disematkan untuk calon jagoan, sekaligus menjadi do'a agar kelak aku bisa menjadi anak yang tumbuh kuat dan tangguh seperti halnya gunung tinggi.
Kemudian nama Zidane itu disematkan karena Ayah suka banget dengan tim sepak bola Perancis tiap nonton Piala Dunia, terutama dengan pemain legendarisnya yaitu Zinadine Zidane. Kedua orangtuaku berharap agar nanti aku bisa jadi orang hebat, berpretasi dan menjadi seorang juara layaknya Zidane.
Kesukaan Ayah menonton sepak bola ternyata menular kepadaku. Benar rupanya bahwa nama adalah do'a. Aku sudah mencintai sepak bola sejak masih kecil. Kalau dikasih mainan pasti yang kupilih adalah bola, aku nggak peduliin mainan lain seperti mobil-mobilan atau robot dengan suara "fire-fire" yang khas itu.
Aku ingat ketika usiaku menginjak 5 tahun, Ayah selalu mengajak aku bermain bola di lapangan dekat rumah setiap hari minggu pagi. Ayahku memang bukan seorang pemain, pelatih bola atau guru olahraga profesional, beliau hanya sekedar bisa bermain bola dari hobinya bermain futsal bersama teman-temannya. Namun dari nya lah aku mampu menguasai dasar sepak bola seperti menggiring (dribbling), mengoper (passing), menembak (shooting), menyundul bola (heading), menerima bola (juggling), dan menghentikan bola (trapping)
Selain itu aku juga sering diajak sama Ayah nonton pertandingan bola di televisi terutama saat Piala Dunia dan aku sangat menyukainya. Aku yang masih kecil sangat suka melihat saat tim pemain dari negara pemenang mengangkat tropi emas dan merayakan kemenangannya. Ingin rasanya bisa mengangkatkan piala emas itu juga. Namun ketika usiaku semakin bertambah aku menyadari bahwa Indonesia belum pernah ada dalam daftar negara yang bermain dalam pertandingan sepak bola dunia. Saat itu lah aku mulai tertantang dan mempunyai tekad untuk bisa membawa Indonesia bermain dalam piala dunia. Terdengar mustahil memang tapi siapa yang tahu.
Aku bukan dari keluarga yang berkecukupan lebih, Ayah hanya seorang PNS golongan 2b sedangkan ibu hanya seorang ibu rumah tangga. Untuk bisa membeli sepatu bola aku harus berjualan donat atau kue-kue jajanan pasar buatan ibu ke sekolah. Tapi beruntungnya aku memiliki orang tua yang supportif. Ketika usiaku menginjak 9 tahun, mereka memasukkan aku ke SSB (Sekolah Sepak Bola) Macan Jakarta agar kemampuan sepak bola ku dapat terpoles dengan baik.
Di SSB Macan inilah pertama kali aku bertemu dengan sahabat dan rekan timku, Rio Faturahman. Kami menjalani latihan bersama di sekolah bola selama 3 jam dalam satu minggu. Rumah Rio pun tidak jauh dari rumahku. Selain bermain bola, aku sering diajak Rio untuk pergi mengaji bareng tiap sore. Jadi tidak heran jika aku memiliki kemistri yang kuat dengan Rio ketika bermain bersama dalam suatu pertandingan sepak bola.
Selama berada di SSB Macan, berbagai gelar juara pertandingan kelas junior telah berhasil aku raih seperti Dondone Cup, Piala Dispora DKI Jakarta serta Indonesia Junior League (IJL) U-11 dan IJL U-13. Bisa dibilang saat ini aku dianggap seperti bintang di sekolah, karena selalu membawa tim sekolah juara. Bahkan aku rasa jika tidak lolos Liga Nasional penentu ini, aku yakin dari PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) juga pasti notis dengan keberadaanku.
Tapi tidak boleh berandai-andai terus Arga. Pertandingan berikutnya akan tiba sebentar lagi. Kini saatnya untuk fokus agar bisa bermain dengan baik.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga, Garuda Berkaki Satu
Teen FictionNamaku Arga. Hobiku adalah bermain sepak bola. Aku punya mimpi untuk membawa timnas Indonesia untuk menjadi juara dunia. Namun tanpa disangka, aku mengalami kecelakaan yang membuat kaki kananku harus diamputasi. Harapanku hampir pupus, sampai akhirn...