tiga

3.5K 233 14
                                    

0o0
Happy Reading









"Gue gamau tinggal di sini!" teriak Bian sambil berdiri menghadap Jefran.

"Ayah tidak meminta persetujuan mu, mau tidak mau kau harus tetap tinggal di sini bersama Ayah!" kata Jefran tenang namun dengan sorot mata yang tajam.

"Siapa lo ngatur-ngatur gue? Lo bukan siapa-siapa gue bangsat!!" Jefran mengepalkan tangannya, ia tidak suka saat Bian mengeluarkan kata-kata kotor di hadapannya.

"JANGAN MENGUMPAT DI HADAPANKU, BIANTARA!!" Jefran membentak Bian dengan sangat keras bahkan urat-urat di lehernya terlihat. Membuat Bian mati-matian menahan tangisnya akibat terkejut.

Jujur saja Bian sangat takut dengan tatapan tajam yang di keluarkan oleh Jefran, selama 17 tahun hidup baru kali ini Bian takut, bahkan saat ia di hajar oleh preman pasar pun Bian tetap menunjukkan sisi sangarnya dan selalu mengangkat kepalanya.

Jefran kembali mengatur nafasnya, ia tidak boleh terbawa emosi saat menghadapi sifat keras kepala Bian. Semakin Jefran keras maka semakin susah untuk menaklukkan Bian.

"Sini" Jefran menepuk pahanya.

Bian ragu, namun saat ia melihat sorot mata tajam Jefran mau tidak mau ia harus menurutinya. Bian tidak mau mendapatkan bentakan lagi dari Jefran yang menurutnya sangatlah menyeramkan.

Bian mendudukkan tubuhnya di pangkuan Jefran, lalu menundukkan kepalanya agar tidak langsung bertatapan dengan wajah datar Jefran.

"Mau ya tinggal sama Ayah? Kalau kamu mau semua kebutuhan kamu akan tercukupi bahkan Ayah tidak akan mengekang kamu" kata Jefran lembut sambil mengusap kepala Bian yang terus saja menunduk.

Diluar, Jefran memang terlihat tegas, namun percayalah jika ia sudah berhadapan dengan orang yang ia sayang maka ia akan berubah. Wajah datar dan tatapan matanya yang tajam akan berubah menjadi tatapan lembut dan teduh. Terkecuali jika ia sedang marah.

Bian sedikit mendongakan kepalanya untuk melihat Jefran, ia tertegun dengan tatapan sayang yang di keluarkan oleh Jefran bahkan tatapan Ayahnya dulu tidak selembut tatapan yang diberikan oleh Jefran sekarang.

"B-boleh Ian minta s-sesuatu?" tanya Bian ragu-ragu.

"Apapun akan Ayah berikan selagi Ayah mampu" kata Jefran tersenyum bahkan bodyguard yang sedang berjaga pun kaget dengan perilaku tuanya sejak tadi.

"Ian mau tinggal di sini. Tapi janji kalau Ian udah sayang sama Om, Om jangan buang Ian" pinta Ian dengan suara parau bahkan air matanya sudah turun ke pipinya yang bakpao.

Bian takut jika nanti ia sudah sayang dengan Jefran, justru Jefran malah membuangnya dan itu akan membuatnya sangat sakit.

Jefran segera menarik Bian kedalam pelukannya, bahkan ia juga ikut menangis untuk pertama kalinya hanya karena bocah SMA di pangkuannya. Entah apa yang ada di pikiran Bian sampai ia mengatakan hal yang di luar nalar.

"Ayah ga akan buang Ian, Ayah bakal terus jaga Ian sampe nanti Ayah udah nggak ada di dunia ini" Bian langsung saja memeluk tubuh tegap Jefran dan menangis meraung-raung . Bodyguard yang melihat peristiwa tersebut ikut menitihkan air matanya.

Pertama kalinya para bodyguard itu melihat Tuanya sesayang dan setulus itu kepada seseorang. Bahkan kepada kedua anaknya saja tidak seperti itu.

BIANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang