satu

5K 269 7
                                    

0o0
Happy Reading









Biantara Gionino. Remaja 17 tahun, kelas 12 SMA di sebuah sekolah swasta yang paling terkenal se-Jakarta.

Hidup sebatang kara, kedua orang tuanya sudah berpisah sejak ia kelas 2 SMP. Ayahnya yang sudah menikah dan mempunyai keluarga baru sedangkan Ibunya sudah meninggal 2 tahun yang lalu akibat kecelakaan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Bian harus bekerja part time saat pulang sekolah. Dari mulai jam 3 sampai jam 7 malam, lalu dilanjutkan dengan balapan liar pada malam hari. Bagi Bian gaji dari bekerja di restoran tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, apalagi ia tinggal di kota metropolitan yang apa-apa serba mahal.

Belum lagi bayaran sekolahnya, Abian memang mendapatkan beasiswa namun tidak full oleh sebab itu ia harus mati-matian banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya. Semenjak orang tuanya berpisah Bian sudah tidak pernah mendapatkan uang saku dari orang tuanya, mereka hanya fokus kepada keluarganya masing-masing.

Bian merupakan remaja tampan namun lebih dominan manis, tubuhnya tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu berisi hanya di bagian tertentu saja yang berisi seperti pipi dan jari-jari tangan.

Namun jangan tertipu dengan wajah manisnya, sifat asli dari Bian itu sangatlah nakal dan jahil. Setiap hari ada saja tingkah anak itu yang membuat teman-temannya kesal. Namun walaupun begitu mereka tetap menyayangi Bian.

"Bolos yuk! gabut banget gue di kelas" ajak Bian kepada sahabatnya

"Gas lah, gue juga pengen nyebat" sahut sahabat Bian. Rega Williams

"Ke belakang sekolah aja, gue liat-liat tadi banyak bocah kelas 10 pada bolos" Alfiansyah Saputra. salah satu sahabat Bian juga.

"Ya udah ayok!"

Akhirnya mereka bertiga pergi keluar kelas, padahal sebentar lagi guru Kimia akan masuk namun bukan tiga sekawan namanya jika tidak membuat onar. Teman-teman kelasnya pun sudah biasa dengan kelakuan mereka, justru mereka bertiga lah yang membuat kelas menjadi lebih ramai dan menjadi kelas terfavorit selama 3 tahun berturut-turut akibat kecerdasan dari ketiganya.

Mereka bertiga memang cerdas, namun mereka menutupinya dengan tingkah nakalnya. Mereka bisa cerdas saat waktu-waktu tertentu saja.

Kini ketiganya sudah tiba di belakang sekolah dan benar saja banyak anak kelas 10 yang sedang membolos.

"Weh bocah bukan nya pada masuk kelas lo!" kata Rega lalu duduk di atas meja yang sudah tidak terpakai.

"Lah abang sendiri ngapa bolos?" tanya salah satu bocah kelas 10 itu.

"Kita mah udah pinter, mangkanya kaga belajar" sahur Bian yang sedang duduk di atas pepohonan yang bekas di tebang.

"Sombong bener lo" cibir anak kelas 10 tersebut.

"Bagi rokok lah gue, asem nih mulut" pinta Bian entah kepada siapa.

Puk

Alfian melemparkan bungkus rokok yang tinggal setengah, dengan senang hati Bian mengambilnya lalu menyalakannya dengan korek yang terletak di atas meja, entah punya siapa.

Asap rokok bergempul di sekitar belakang sekolah, bahkan mereka sudah menghabiskan beberapa batang rokok sambil mengobrol. Mereka memang beda angkatan namun tidak membuat mereka sungkan sama sekali, bahkan anak kelas 10 itu sering kali membully Rega.

"Nanti malam lu ikut tanding bang?" tanya salah satu bocah kelas 10, panggil saja dia Acong bocah yang sering sekali datang ke arena balap hanya untuk menonton kakak kelasnya itu.

BIANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang