IX - Hadiah Natal

245 34 13
                                    

Sudah hampir tiga puluh menit hadiah tersebut hanya teronggok diam di meja yang biasa Astoria gunakan untuk melukis. Agak mengherankan sebenarnya, Astoria menatap kotak itu dari sisi lain kamar.
Aneh, pikirnya.
Siapa yang tiba tiba memberikannya hadiah Natal? Apakah ini jebakan? Astoria rasa tidak. Apakah ini dimantrai? Siapa pula yang mau memantrainya?

Ah persetan dengan segalanya, Astoria penasaran. Dia memutuskan membuka kotak tersebut secara perlahan lahan.

Astoria tercekat ketika pertama kali membuka penutup hadiah itu. Dan matanya langsung terpaku kepada barang pertama yang terlihat setelah terbukanya bagian atas kotak hadiah tersebut.

Sebuah Knitted Cardigan berwarna beige dengan corak hijau emerald-khas slytherin sekali. Dengan motif bulan purnama  di bagian kanan, Cardigan ini tampak nyaman sekali. Astoria pelan pelan menyentuh dan mulai membentangkan Cardigan tersebut. Rasanya seperti salah satu bahan paling lembut yang pernah dia pegang.

Belum selesai, matanya kembali kepada kotak hadiah. Tak ia sangka, masih ada lagi satu kotak dengan ukuran lebih kecil yang terlihat mewah. Astoria memutuskan melipat Cardigannya kembali dengan rapih, dan beralih pada kotak selanjutnya.
Astoria menaikkan alis, sebenarnya ini dari siapa?

Satu buah gelang silver dengan simbol bulan purnama ditengahnya dan sepucuk surat dengan stempel Slytherin. Hal itu yang pertama kali Astoria lihat dalam kotak kedua yang ia dapatkan.

Astoria mengernyitkan dahinya. Stempel Asrama?Warna Hijau? Slytherin? Tidak mungkin Pansy yang mengirimnya, jadi siapa?

"Tidak mungkin, kan..."

Astoria tak mau menebak nebak sang pengirim, segera ia buka surat yang tersusun rapi dibawah hadiahnya. Surat itu terlihat menawan, dengan aksen silver dan simbol ular khas asramanya, akan membuat penasaran siapapun yang melihatnya.

Ketika kau merasa kedinginan dibawah hujan,
Kuharap ini bisa membantumu tetap hangat. Simbol bulan ini bisa menyala dalam gelap, sebagai pengingat selama masih ada bulan, kau masih memiliki cahaya harapan.
Bahkan jika kau berada di titik tergelapmu.

Happy Christmas, Astoria.
Sampai jumpa di tahun keempat.
D. Malfoy.

Jelas, Astoria kaget. Masih seperti mimpi, seorang Malfoy? Mengiriminya hadiah Natal? Untuk pertama kalinya dalam hidup Astoria. Dia sedikit kaget, namun malah senyuman yang tampak di wajahnya. Dia tersenyum, tulisan itu jelas ditulis tangan oleh pewaris Malfoy itu. Dia terkekeh, sepertinya mereka benar benar berteman dekat sekarang, atau lebih dari teman?

Tangannya mengesampingkan surat itu, beralih kembali kepada Knitted Cardigan yang tadi dilipat rapih. Cardigan berwarna beige dengan bahan yang tebal itu dibentangkannya lagi diatas meja. Ini terlihat mahal. Cardigan ini jelas akan menghangatkan badannya secara instan apabila dia memakainya saat kedinginan.

Kemudian, tangannya mengambil barang terakhir yang ia temukan.
Sebuah Gelang.

Gelang ini terlihat sangat anggun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelang ini terlihat sangat anggun. Setidaknya itu yang pertama kali Astoria pikirkan saat mengenakannya. Astoria mencoba menggunakannya. Cantik, pikirnya. Astoria mematikan lampu kamarnya.
Gelang ini benar benar menyala dalam gelap. Padahal, Astoria kira itu hanya sebuah candaan. Astoria kembali menatap hadiah hadiah dari Malfoy itu. Dia memberiku hadiah, apa yang akan kuberikan padanya? Aku tak punya banyak waktu dan tenaga untuk mencari hadiah hadiah mahal untuknya. Astoria kembali tenggelam dalam pikirannya. Hingga kemudian terbersit sebuah ide cemerlang, kemudian dia berlari mengambil peralatan lukisnya.

Astoria tau dia harus melukis apa kali ini.

***

Hari telah berganti sore, masih dalam suasana Natal namun Astoria terdeteksi masih berkutat dengan kanvas dan peralatan warna sejak dia mendapatkan kado misterius itu. Kamar Astoria terlihat sunyi, hanya ada suara suara guratan yang menandakan ada aktivitas manusia disana. Ya, suara Astoria yang sedang melukis. Kuas demi kuas, cat demi cat dia tuangkan, dia campurkan, dan dia sapu kedalam kanvas sesuai dengan imajinasinya.
Dia bertekad lukisan itu harus selesai hari ini.

Tak lama setelah itu, lukisannya selesai.
Astoria membanting tubuhnya ke ranjang seakan akan dia habis mengerjakan pekerjaan lembur tiga hari. Melelahkan, pikirnya. Tapi semua lelah tersebut terbayar ketika dia melihat hasil lukisannya dari ranjang tempat dia berada. Lukisan dengan bentuk horizontal dengan gambar pemandangan danau hitam dan sosok berambut pirang di tepinya, sosok yang diam diam Astoria perhatikan sejak dulu, sosok yang selalu menjadi topik pembicaraan kakaknya, dan sosok yang akan menerima lukisan tersebut.

Astoria melihat keluar jendela, salju mulai turun lebih lebat, dia memutuskan segera membungkus lukisannya sebaik mungkin, dan sebuah surat dengan ucapan terima kasih tentunya, Astoria mengirim lukisan tersebut lewat burung hantu tadi pagi yang masih ada dirumahnya, dan kembali merebahkan diri di ranjang kamarnya.
***

Malam tiba, salju semakin dingin. Astoria kembali ke kamar setelah membuat cokelat panas di dapur. Dia meraih Cardigan tadi dan memakainya. Sesuai dugaan, hangat sekali. Dia duduk di meja dengan menyeruput cokelatnya.

Dan di sisi lain, ada seorang anak laki laki yang tersenyum dan sedang menatap lukisan serta surat yang baru saja ia terima dari burung hantunya.

***

jujur kangen kalian bgt wkwkwk <33
maafkan slow update aku yaaa

Moonlight | Drastoria Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang