Kereta mengeluarkan asap - asap tebal. Pertanda perjalanan telah dimulai. Disinilah Astoria sekarang, duduk di peron terbuka bersama Pansy. Tak banyak yang bisa ia lakukan disana. Dia melihat Daphne duduk agak jauh, bersama Millicent tentunya.
Mata Astoria tertuju pada pemandangan luar. Rasanya dia merindukan pemandangan ini. Kembali ke Hogwarts selalu melegakan baginya. Karena itu artinya dia akan lepas dari orang tuanya-setidaknya untuk sementara waktu. Yah walaupun kembali ke Hogwarts bukan berarti menyenangkan juga. Karena tentunya Astoria harus kembali berurusan dengan Daphne dan teman temannya. Tapi tak apa, setidaknya kali ini dia memiliki teman baru selain Pansy.Fokus Astoria berpindah pada pergelangan tangannya. Sebuah gelang yang dihadiahkan oleh Malfoy.
Senyum Astoria terukir ketika menatap gelang itu. Jika dipikir pikir, banyak sekali hal hal 'tidak mungkin' yang terjadi dalam setahun ini. Yang paling mengejutkan tentu pertemanannya dengan Malfoy. Entah bagaimana bisa terjadi begitu saja. Dan disinilah mereka sekarang, saling bertukar hadiah saat Natal.'Hei? Halo? Ada apa denganmu?' Suara Pansy terdengar.
'Eh? Tidak, tidak ada apa apa, Pans' Balas Astoria kikuk. Dia lupa dia duduk bersama Pansy dan dia mengoceh sejak tadi, Astoria malah terfokus pada hal lain.
'Dasar, aku perhatikan kau melamun saja sedari tadi, ada apa?' Pansy memajukan badannya sedikit, merasa kepo.
'Sudah kubilang tidak ada apa apaa Pans, mau biskuit? Tawar Astoria.
'Siapa yang menolak?' Balas Pansy ceria.
Astoria menghela nafas lega, sembari mengeluarkan setoples cookies cokelat buatannya, dia berfikir alangkah senangnya memiliki teman seperti Pansy, yang gampang ter-distract dengan makanan.
'gelangmu indah, apa itu hadiah?' Ujar Pansy dengan mulut setengah penuh.
"Bisa dibilang iya, hadiah Natal." Balas Astoria.
"woah, dari siapa? Tidak mungkin Daphne kan?" Pansy terkikik sendiri.
"pffft tentu tidak, dari seseorang." Balas Astoria lagi.
"uuu terlihat misterius, bolehkah aku tau siapa gerangann?" Pansy mulai berbicara dengan nada yang menjengkelkan.
"Sayangnya, tidak" balasku dengan senyum yang manis.
"tidak seru berbicara denganmu" Pansy merengut.
Astoria tertawa pelan, fokusnya kembali tertuju pada pemandangan diluar sana seiring kereta berjalan.
Lamunan Astoria terpecah setelah beberapa puluh menit. Saat sebuah suara yang dia kenal menghampiri telinganya, memanggil. Suara sosok yang baru saja dia lamunkan.
'Sendirian, Greengrass?' Ucap Malfoy.
'As you see.' Balas Astoria singkat. Matanya menunjuk kearah Pansy yang sedang tidur lelap.
Dalam hatinya berfikir, daritadi selain ke pemandangan, matanya mengarah ke gerombolan anak Slytherin. Namun bisa bisanya ia tak melihat Malfoy.
'Aku tidak ingat melihatmu dari awal kereta berjalan, kau kemana saja?' Astoria bertanya.
'Ah, mencariku rupanya?' Balas Malfoy.
Astoria mengernyitkan dahi, tidak menduga akan jawaban Malfoy yang terkesan....narsis.
Astoria membalas dengan dengusan. Dan hal itu unexpectedly membuat Malfoy tertawa.
'Aku duduk disana, bersama Blaise & Terence. Mungkin kau tidak melihatnya tadi, dari sini memang sedikit samar karena aku duduk diujung.' Malfoy menjelaskan sambil menunjuk.
Astoria membalas dengan anggukan pelan. Dia meraih sekaleng biskuit cokelat yang dia bawa daritadi.
'Mau bergabung?' Tawar Malfoy.
Astoria berhenti sebentar, lalu balas menggeleng. Terlalu beresiko, fikirnya. Berteman dengan Malfoy sudah menjadi salah satu keajaiban yang terjadi di hidupnya. Bahkan tidak dia percayai sepenuhnya saat ini. Dan sekarang dia diajak duduk bersama ditengah anak anak Slytherin yang notabene terlihat menyeramkan? Ah tidak, fikirnya.
'Tidak terima kasih, Pansy sudah lebih dari cukup.' Astoria membalas.
'Baiklah, aku duluan.' Pamit Malfoy
Astoria mengangguk singkat, Malfoy sudah setengah jalan ketika dia kembali ke arah Astoria.
'omong - omong, gelangmu cantik' kata Malfoy.
Selamat Sore, Parkinson' Tambahnya. Malfoy tersenyum lalu langsung berjalan kembali kearah Terence dan Blaise yang asik sendiri. Meninggalkan Astoria yang terdiam dengan pipi bersemu merah sambil memegang toples cookies nya bersama Pansy yang ikut terdiam melihat pemandangan yang baru saja dilihatnya."Demi Janggut Merlin, keajaiban dunia keberapa yang baru saja aku lihat." Batin Pansy.
***
Waktu berjalan begitu lama bagi Astoria sekarang, sudah satu jam Malfoy meninggalkan dirinya dan Pansy masih menatap dirinya dengan alis yang mengerucut, sementara Astoria berpura pura sibuk.
"Mind to explain?" Tanya Pansy.
"Apa yang harus dijelaskan?" Balas Astoria sambil menggaruk garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"Kau serius menanyakan hal itu?" Tanya Pansy mendesak.
"hehe, baiklah baiklah. Jangan beri aku tatapan mematikan itu." Balasan terakhir dari Astoria sebelum dia akhirnya mengalah dan memutuskan untuk bercerita.
setengah jam berlalu dan Pansy tidak mengeluarkan sepatah kata pun selama Astoria bercerita.
" Tidak masuk akal." tiga kata pertama yang keluar dari mulut Pansy.
Astoria mengangguk angguk pelan.
"Kau memakai pelet apa, hah?" Tanyanya.
Mereka berdua tertawa bersama sebelum akhirnya kereta mengeluarkan suara terompet, pertanda mereka telah sampai.
dan disinilah mereka sekarang, kembali menuju lantai bawah hogwarts, asrama mereka.
Tapi satu hal yang Astoria tidak sadari, Malfoy tidak terlihat sama sekali dari sekian ramainya anak anak Slytherin yang turun dari gerbong.****
halo?? *wajah tidak bersalah*
maafkan aku ya yang sudah membuat kalian menunggu tanpa kepastian, aku akan berusaha rajin update saat holiday ini hehehehehehehe. Terimakasih telah menunggu ceritaku, komen komen kalian really makes my day 💞 banyakin ya HEHEHEHE loveyou 🫰🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Drastoria
Fiksi PenggemarKetika seluruh dunia menjatuhkannya, Draco Malfoy seakan menemukan cahaya harapan dalam diri Astoria Greengrass. a Draco Malfoy and Astoria Greengrass fan fiction. July, 2022 all characters belong to JK Rowling.