Seperti Psikolog

26 0 0
                                    

Perkumpulan pun selesai. Azizah mulai melangkahkan kakinya yang masih sakit kearah sofa empuk dekat kipas angin. Dengan cepat ia meraih tas dan mengambil handphone-nya. Aplikasi BBM menjadi pusat perhatiannya.

Pembaruan:
Tancia Ozie 45 menit yang lalu
"Kau tetap yang terindah @vieMie"

"Alhamdulillah,, kamu sudah tidak sedih lagi." Ujar Azizah pelan.

Tiba-tiba,, ada tangan misterius mulai mendekap tubuh Azizah dari belakang. Jantungnya mulai berdegup kencang.

"Biarkan aku mendekapmu sejenak Azizah. Aku rindu mendekap ibu angkatku."

Terdengar suara Hefi pelan. Azizah mengikuti isyarat Hefi. Ia mulai merasa ada yang tidak beres dengan Hefi. Hefi bertingkah aneh dan sangat terbalik dari biasanya.

Tiba-tiba,, Azizah merasakan ada rasa dingin menyentuh kulitnya. Seperti tetesan air mata yang lumayan deras. Ia meletakkan handphonenya dan berbalik kearah Hefi. Hefi merunduk, menghindar dari tatapan mata Azizah. Terdengar suara isak tangis dari Hefi.

"Duduk dulu Fi. Aku ambilkan air minum dulu untuk mu." Pinta Azizah

Hefi menarik tangan Azizah.
"Tak perlu Azizah. Aku tidak haus."

Hefi pun duduk disofa, diikuti oleh Azizah. Azizah hanya diam menunggu Hefi menghentikan tangisnya. Azizah bukanlah tipe orang yang ingin tau urusan orang lain, jika orang itu tidak menceritakan kepadanya. Siapapun yang mengadu kepadanya, pasti akan Azizah tunggu sampai dia sendiri yang mulai bercerita.

"Aku rindu keluarga angkatku Zah. Tapi janji yang terikat padaku, membuatku tak bisa bertemu dengan mereka. Aku rindu dekapan bunda, curhat bareng bunda, ngaji bareng sama ayah dan makan bersama dengan mereka berdua. Rasanya itu semua hanya tinggal kenangan." Ujar Hefi lemas.

"Janji apa yang membuatmu tak bisa bertemu dengan mereka?"

"Dulu, ketika aku genap berusia 16 tahun. Orangtua angkatku mengantarkanku kembali ke keluarga kandungku. Sebelum aku pindah kerumah papaku. Bunda pernah berpesan untuk tidak kembali kerumah kami tanpa ijin dari kedua orangtua kandungku. Setelah itu aku masih sering kerumah orangtua angkatku. Bahkan bersama-sama dengan kedua orangtuaku. Lalu mama dan papa bercerai, karena adanya tante muda yang merayu papaku. Hak asuh akan diriku jatuh ketangan papa. Pada saat itu, aku merasa gagal menjadi anak. Karena aku tak bisa membuat papa dan mama tetap bersatu." Air mata Hefi mulai mengalir lagi.

"Sebelum papa menikah lagi, kita masih sering main kerumah orangtua angkatku. Tapi setelah menikah lagi, nuansa rumahku tak jauh beda dengan penjara. Semua kuasa diberikan kepada mama tiriku. Hari ini adalah ulang tahun bunda. Sudah 2 tahun aku gak pernah main lagi kerumah orangtua angkatku karena mama tiriku yang tak mengijinkanku." Lanjut Hefi

"Apa tidak ada nomor telpon yang bisa dihubungi?"

"Dulu ada. Tapi sekarang sudah tidak aktif lagi." "Apa kamu mau main kerumahku?" Ajak Hefi

"Emm.. memangnya boleh?"

Hefi hanya tersenyum dan menarik tangan Azizah. Pertanda bahwa dia ingin Azizah datang kerumahnya

Garis Wajah KebahagiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang